Batang (ANTARA) - Balai Pengelola Sumber Daya Alam Pemali-Comal, Jawa Tengah, mengoptimalkan sumber mata air untuk menyuplai irigasi lahan pertanian dalam upaya mencegah kekeringan pada saat musim kemarau.
Koordinator Alokasi Air Balai Pengelola SDA Pemali-Comal Adi Setyono di Batang, Kamis, mengatakan bahwa fenomena El Nino yang rentan memicu kekeringan di sejumlah wilayah dikhawatirkan berdampak pada mengeringnya sumber-sumber mata air yang semula menjadi sentra penyuplai irigasi lahan pertanian.
"Oleh karena itu, kami siap mengoptimalkan sumber mata air yang masih ada untuk membantu petani yang sedang memasuki masa tanam," katanya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga menerapkan manajemen tata kelola air dan pola tanam yang tepat, langkah alternatif yang dipilih yakni mengambil sumber air yang masih dapat digunakan.
"Sumber-sumber air itu bisa berupa buangan atau sungai, kemudian untuk dinaikkan menggunakan mesin pompa untuk mengaliri lahan pertanian yang masih membutuhkan air," katanya.
Menurut dia, referensinya di hilir Sungai Sambong karena belum asin masih sangat mungkin untuk disedot untuk menyuplai air lahan pertanian seluas 1.176 hektare, terutama yang belum memasuki masa panen, seperti daerah Depok dan Tegalsari.
Saat ini, kata dia, sejumlah lahan masih memasuki masa tanam dua meski jika melihat waktunya seharusnya sudah panen raya pada akhir Juli 2023 namun nyatanya tanaman padi masih masa pembungaan.
"Maka pola yang diterapkan adalah pengairan bergilir karena stok air yang tersisa 680 liter per detik yang dioptimalkan mampu mengairi padi yang masih pembungaan. Kami memperkirakan akhir Agustus 2023 sudah bisa panen raya," katanya.
Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pengelola Air Kedungdowo Kramat, Kabupaten Batang Wuryanto mengatakan saat ini stok air di Bendungan Kedungdowo hanya sekitar 680 liter per detik sehingga tidak bisa untuk mengairi lahan sawah seluas 1.176 hektare.
Secara normal, kata dia, kebutuhan irigasi pertanian sekitar 1.500 liter per detik sehingga kondisi air di bendungan itu sudah tidak dapat diandalkan untuk mengairi lahan tanaman padi yang masih membutuhkan cukup banyak air.
"Ini rawan sekali, kalau sampai akhir Agustus 2023 tidak turun hujan sementara debit air bendungan makin menurun maka dikhawatirkan pasokan air tidak sampai bawah dan menimbulkan krisis air," katanya.
Menurut dia, sebagai langkah untuk mengaliri lahan pertanian rawan kekeringan, para petani harus menyedot air dari Sungai Sambong untuk dimasukkan ke aliran sekunder.
"Air yang disedot ke aliran sekunder ini mengairi lahan pertanian di Klidang Lor, Klidang Wetan, Depok, dan Tegalsari. Kami berharap Agustus 2023, para petani sudah mulai bisa panen raya dengan target 6-7 ton per hektare," katanya.
Baca juga: Pemkab Batang bagikan 17.823 bendera sambut HUT RI
Koordinator Alokasi Air Balai Pengelola SDA Pemali-Comal Adi Setyono di Batang, Kamis, mengatakan bahwa fenomena El Nino yang rentan memicu kekeringan di sejumlah wilayah dikhawatirkan berdampak pada mengeringnya sumber-sumber mata air yang semula menjadi sentra penyuplai irigasi lahan pertanian.
"Oleh karena itu, kami siap mengoptimalkan sumber mata air yang masih ada untuk membantu petani yang sedang memasuki masa tanam," katanya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga menerapkan manajemen tata kelola air dan pola tanam yang tepat, langkah alternatif yang dipilih yakni mengambil sumber air yang masih dapat digunakan.
"Sumber-sumber air itu bisa berupa buangan atau sungai, kemudian untuk dinaikkan menggunakan mesin pompa untuk mengaliri lahan pertanian yang masih membutuhkan air," katanya.
Menurut dia, referensinya di hilir Sungai Sambong karena belum asin masih sangat mungkin untuk disedot untuk menyuplai air lahan pertanian seluas 1.176 hektare, terutama yang belum memasuki masa panen, seperti daerah Depok dan Tegalsari.
Saat ini, kata dia, sejumlah lahan masih memasuki masa tanam dua meski jika melihat waktunya seharusnya sudah panen raya pada akhir Juli 2023 namun nyatanya tanaman padi masih masa pembungaan.
"Maka pola yang diterapkan adalah pengairan bergilir karena stok air yang tersisa 680 liter per detik yang dioptimalkan mampu mengairi padi yang masih pembungaan. Kami memperkirakan akhir Agustus 2023 sudah bisa panen raya," katanya.
Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pengelola Air Kedungdowo Kramat, Kabupaten Batang Wuryanto mengatakan saat ini stok air di Bendungan Kedungdowo hanya sekitar 680 liter per detik sehingga tidak bisa untuk mengairi lahan sawah seluas 1.176 hektare.
Secara normal, kata dia, kebutuhan irigasi pertanian sekitar 1.500 liter per detik sehingga kondisi air di bendungan itu sudah tidak dapat diandalkan untuk mengairi lahan tanaman padi yang masih membutuhkan cukup banyak air.
"Ini rawan sekali, kalau sampai akhir Agustus 2023 tidak turun hujan sementara debit air bendungan makin menurun maka dikhawatirkan pasokan air tidak sampai bawah dan menimbulkan krisis air," katanya.
Menurut dia, sebagai langkah untuk mengaliri lahan pertanian rawan kekeringan, para petani harus menyedot air dari Sungai Sambong untuk dimasukkan ke aliran sekunder.
"Air yang disedot ke aliran sekunder ini mengairi lahan pertanian di Klidang Lor, Klidang Wetan, Depok, dan Tegalsari. Kami berharap Agustus 2023, para petani sudah mulai bisa panen raya dengan target 6-7 ton per hektare," katanya.
Baca juga: Pemkab Batang bagikan 17.823 bendera sambut HUT RI