Solo (ANTARA) -
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut keluarga menjadi fondasi kemajuan bangsa, sehingga peran setiap anggota sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak.
Pada puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 Tahun 2023 di Pedhapi Gede Balai Kota Surakarta, Rabu, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan peran keluarga sangat diperlukan dalam tumbuh kembang anak yang akan menjadi penerus bangsa di masa yang akan datang.
Ia mengatakan untuk menuju Indonesia Emas pada tahun 2045, seluruh pihak harus tetap bekerja keras untuk menyukseskannya, termasuk juga lingkup keluarga.
"Agar pendapatan kita naik pesat dengan memanfaatkan bonus demografi dan arahan Presiden, penentunya adalah keluarga. Keluarga menjadi fondasi untuk kemajuan bangsa dan remaja, inilah yang akan menjadi pemimpin masa depan," katanya.
"Agar pendapatan kita naik pesat dengan memanfaatkan bonus demografi dan arahan Presiden, penentunya adalah keluarga. Keluarga menjadi fondasi untuk kemajuan bangsa dan remaja, inilah yang akan menjadi pemimpin masa depan," katanya.
Pada kesempatan itu, ia juga mengapresiasi capaian Pemkot Surakarta yang mampu menekan angka stunting, yakni dari 20 persen menjadi 16 persen.
"Kota Solo bagus, dari 20 persen turun jadi 16 persen, turunnya 4 persen lebih. Kalau nasional turunnya 2,8 persen. Saya berharap tahun 2023 akhir sudah di bawah 14 persen, sekitar 11 persen (untuk Kota Solo, Red.)," katanya.
Atas capaian tersebut, lanjutnya, Kota Solo bisa menjadi percontohan bagi daerah lain di Indonesia. "Karena penurunannya jauh di bawah nasional. Saya kira tim pendamping keluarga, PKK, kader-kadernya kompak. Ada 1.000 lebih tim pendamping keluarga yang dikerahkan di Solo," katanya.
Ia juga mengapresiasi inovasi yang diterapkan di Solo untuk mengurangi kasus stunting, salah satunya penerapan by name by adress, sehingga bantuan yang disalurkan oleh pemerintah tepat sasaran.
"Yang terjadi di Solo memang ketepatan sasaran dalam memberikan bantuan. Penyerapan anggaran di atas 92 persen. Kalau anggaran stunting polanya jelas, salah satunya melalui DAK (dana alokasi khusus) yang ada di Dinas Kesehatan," katanya.
"Yang terjadi di Solo memang ketepatan sasaran dalam memberikan bantuan. Penyerapan anggaran di atas 92 persen. Kalau anggaran stunting polanya jelas, salah satunya melalui DAK (dana alokasi khusus) yang ada di Dinas Kesehatan," katanya.
Dengan dana alokasi khusus tersebut, diharapkan bisa digunakan untuk membeli produk makanan lokal dalam menekan angka stunting.