Temanggung (ANTARA) - Anggota Komisi IV DPR RI Vita Ervina meminta para petani kopi di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, untuk terus mempertahankan petik merah guna menjaga kualitas kopi Temanggung.
"Berbicara kualitas kopi, tentu pertama petani harus melakukan petik merah," katanya pada bimbingan teknis, strategi pascapanen tanaman kopi dan teori serta praktik seduh kopi di Temanggung, Selasa.
Ia menyampaikan panen kopi tidak bisa sekali panen, harus bertahap karena buah kopi tidak masak bersamaan.
"Oleh karena itu, ketika panen kopi harus dipilih yang berkualitas dulu dengan cara petik merah atau buah-yang benar-benar sudah masak, jangan semua dipanen bersamaan," katanya.
Ia menuturkan kegiatan hari ini mengenalkan lagi kepada para petani dan masyarakat luas bagaimana penanganan pascapanen tanaman kopi.
Menurut dia kopi sudah menjadi salah satu icon Kabupaten Temanggung sehingga penanganan pascapanen ini yang perlu disebarkan lagi untuk pengetahuan masyarakat karena hal ini juga mempengaruhi kualitas kopi.
Dalam kegiatan ini, katanya peserta juga praktik sedu kopi. Hal ini juga penting, karena cita rasa kopi akan terbangun dalam meracik kopi.
"Hal-hal kecil itu mungkin terlewatkan, maka kami mulai lagi dari hal tersebut sehingga cita rasa kopi yang diharapkan muncul dan bisa dirasakan oleh para penikmat kopi," katanya.
Koordinator Pengolahan Hasil Perkebunan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Supri Hartono menyampaikan masyarakat Kabupaten Temanggung harus bangga, karena hasil kopinya sudah diekspor sehingga sudah dirasakan oleh masyarakat dunia.
"Meskipun sudah mengekspor kopi, tetapi kadang belum merasakan kopi kita sendiri. Konsumsi kopi dalam negeri semakin hari semakin meningkat, hal ini bisa lihat dengan pertumbuhan kafe di mana-mana," katanya.
Ia menyampaikan kopi Temanggung telah mendapat sertifikat indikasi geografis (IG), Insya Allah akan mendorong harga di pasar dunia.
Supri menjelaskan setelah melakukan budi daya kopi secara benar, tidak kalah penting adalah penanganan pascapanen. Pertama dengan cara petik merah
"Kalau dulu petiknya borongan yang hijau pun dipetik, tetapi sebenarnya itu merupakan kerugian karena harga kopi merah dengan kopi yang belum masak berbeda, kualitasnya berbeda," katanya.
Menurut dia kalau kopi merah jelas rasanya lebih enak dan kualitasnya lebih bagus, masuk kopi premium.
"Akhir-akhir ini sebagian besar petani di Temanggung sudah petik merah walaupun baru tiga tahun. Melalui pertemuan ini kami mengajak masyarakat selalu petik merah. Dengan petik merah kualitas akan lebih bagus dan cita rasa yang muncul di kopi merah akan terasa," katanya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Temanggung Joko Budi Nuryanto menyampaikan 40 persen kopi di Jawa Tengah dihasilkan dari Temanggung.
"Luas lahan kopi jenis robusta di Kabupaten Temanggung sekitar 12.000 hektare," katanya.
Baca juga: Bupati minta petani tetap jaga kualitas kopi Temanggung
"Berbicara kualitas kopi, tentu pertama petani harus melakukan petik merah," katanya pada bimbingan teknis, strategi pascapanen tanaman kopi dan teori serta praktik seduh kopi di Temanggung, Selasa.
Ia menyampaikan panen kopi tidak bisa sekali panen, harus bertahap karena buah kopi tidak masak bersamaan.
"Oleh karena itu, ketika panen kopi harus dipilih yang berkualitas dulu dengan cara petik merah atau buah-yang benar-benar sudah masak, jangan semua dipanen bersamaan," katanya.
Ia menuturkan kegiatan hari ini mengenalkan lagi kepada para petani dan masyarakat luas bagaimana penanganan pascapanen tanaman kopi.
Menurut dia kopi sudah menjadi salah satu icon Kabupaten Temanggung sehingga penanganan pascapanen ini yang perlu disebarkan lagi untuk pengetahuan masyarakat karena hal ini juga mempengaruhi kualitas kopi.
Dalam kegiatan ini, katanya peserta juga praktik sedu kopi. Hal ini juga penting, karena cita rasa kopi akan terbangun dalam meracik kopi.
"Hal-hal kecil itu mungkin terlewatkan, maka kami mulai lagi dari hal tersebut sehingga cita rasa kopi yang diharapkan muncul dan bisa dirasakan oleh para penikmat kopi," katanya.
Koordinator Pengolahan Hasil Perkebunan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Supri Hartono menyampaikan masyarakat Kabupaten Temanggung harus bangga, karena hasil kopinya sudah diekspor sehingga sudah dirasakan oleh masyarakat dunia.
"Meskipun sudah mengekspor kopi, tetapi kadang belum merasakan kopi kita sendiri. Konsumsi kopi dalam negeri semakin hari semakin meningkat, hal ini bisa lihat dengan pertumbuhan kafe di mana-mana," katanya.
Ia menyampaikan kopi Temanggung telah mendapat sertifikat indikasi geografis (IG), Insya Allah akan mendorong harga di pasar dunia.
Supri menjelaskan setelah melakukan budi daya kopi secara benar, tidak kalah penting adalah penanganan pascapanen. Pertama dengan cara petik merah
"Kalau dulu petiknya borongan yang hijau pun dipetik, tetapi sebenarnya itu merupakan kerugian karena harga kopi merah dengan kopi yang belum masak berbeda, kualitasnya berbeda," katanya.
Menurut dia kalau kopi merah jelas rasanya lebih enak dan kualitasnya lebih bagus, masuk kopi premium.
"Akhir-akhir ini sebagian besar petani di Temanggung sudah petik merah walaupun baru tiga tahun. Melalui pertemuan ini kami mengajak masyarakat selalu petik merah. Dengan petik merah kualitas akan lebih bagus dan cita rasa yang muncul di kopi merah akan terasa," katanya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Temanggung Joko Budi Nuryanto menyampaikan 40 persen kopi di Jawa Tengah dihasilkan dari Temanggung.
"Luas lahan kopi jenis robusta di Kabupaten Temanggung sekitar 12.000 hektare," katanya.
Baca juga: Bupati minta petani tetap jaga kualitas kopi Temanggung