Semarang (ANTARA) - Politikus muda PDI Perjuangan drg. Rahajeng Widyaswari meyakini bahwa generasi muda sebenarnya tidak antipati politik, tetapi mereka masih mencari tahu bagaimana sebenarnya dunia politik.

"Sebenarnya gen Z tidak antipati politik, namun mereka masih dalam fase meraba," kata Ajeng, sapaan akrabnya, saat berkunjung ke Kantor Perum LKBN ANTARA Biro Jawa Tengah, Semarang, Senin.

Menurut putri mendiang Tjahjo Kumolo itu, para politikus perlu memberikan contoh dan pemahaman kepada para generasi muda, baik kalangan milenial hingga gen Z agar mereka tertarik dengan politik.

"Jadi, gimana caranya, pinternya kita (politikus) untuk menggandeng mereka bahwa politik itu tidak seperti yang mereka pikirkan, tidak seburuk yang mereka pikirkan," kata perempuan kelahiran Semarang, 27 Juli 1985 itu.

Ia menyebutkan salah satu upayanya adalah dengan mendekatkan diri dengan kalangan muda, misalnya ikut dan masuk ke dalam komunitas-komunitas yang sedang digandrungi anak muda.

"Harus tahu nih mereka sukanya apa. Sekarang ini, kelihatannya gen Z suka bergabung dengan komunitas-komunitas, Ya bagaimana caranya berpartisipasi dalam komunitas yang sedang hits atau tren ya," ujarnya.

Seiring dengan digitalisasi yang berdampak dengan membanjirnya informasi, kata Ajeng, generasi muda terdampak dengan banyaknya berita tentang politik bernada negatif.

"Sekarang di zaman medsos (media sosial), orang kan bebas mengkritik, terutama mengkritik pemerintah. Karena gen Z ini mereka sehari-harinya lihat ya dari gadget, dari medsos. Semua masuk ke kepala mereka, baik yang baik maupun buruk," katanya.

Di era keterbukaan seperti sekarang, kata dia, sebenarnya menjadi jalan agar generasi muda masuk ke politik, dengan banyaknya warganet yang berkomentar tentang peristiwa atau isu politik yang jadi pemberitaan hangat.

"Belakangan ini netizen banyak aktif mengomentari tentang pemerintahan. Sedikit banyak ini memberi pengaruh bagi mereka bahwa politik itu tidak seperti yang mereka pikirkan, politik itu menyenangkan. Apalagi, untuk tujuan baik memajukan Indonesia," katanya.

Sementara itu, Kepala Perum LKBN ANTARA Biro Jateng Teguh Imam Wibowo menyampaikan bahwa generasi muda perlu diberikan gambaran seluas-luasnya mengenai politik sebagai bagian dari proses demokrasi di Indonesia.

"Bukan hal tahu bagi generasi Z untuk memahami politik di Indonesia. Mungkin lima tahun lalu mereka belum terlalu terlibat dalam proses demokrasi karena belum cukup umur dan tidak memenuhi syarat sebagai pemilih," katanya.

Akan tetapi, kata dia, saat ini mereka, khususnya generasi Z adalah komponen atau kelompok yang memiliki basis massa cukup besar sehingga penting untuk memahami politik dan demokrasi di Indonesia.

"Karena mereka adalah penentu suara bangsa Indonesia ke depan. Jadi, upaya untuk mendorong pendidikan pemahaman politik bagi kalangan gen Z perlu dilakukan 'stakeholder' dan semua pihak terkait, tidak hanya mereka yang akan berkontestasi dalam pemilu mendatang," pungkas Teguh.

Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024