Purwokerto (ANTARA) - Perum Bulog Cabang Banyumas memastikan stok beras di gudang Bulog setempat masih mencukupi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara, Jawa Tengah, selama musim kemarau.

"Stok beras masih aman di posisi 8.000-an ton," kata Pimpinan Cabang Bulog Banyumas Rasiwan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat.

Sementara untuk realisasi penyerapan atau pembelian beras dan gabah dari petani, kata dia, hingga saat ini telah mencapai kisaran 23.000 ton setara beras dari target pengadaan pangan tahun 2023 yang sebesar 31.000 ton setara beras.

Oleh karena itu, dia mengaku optimistis target pengadaan pangan tersebut dapat tercapai karena masa panen musim tanam kedua akan segera berlangsung meskipun luasan panennya tidak sebesar musim tanam pertama.

"Kemarin kami juga sudah melakukan evaluasi terhadap kinerja semester I dengan mengundang mitra kerja yang ada di wilayah Banyumas, juga untuk persiapan penyerapan di masa panen kedua yang puncaknya akan berlangsung pada akhir Juli hingga September," jelasnya.

Dari hasil evaluasi tersebut, kata dia, diketahui bahwa harga gabah dan beras di tingkat petani saat sekarang masih berada di atas harga pembelian pemerintah (HPP) karena luasan panennya masih sedikit.

Dalam hal ini, lanjut dia, harga gabah kering panen di tingkat petani saat sekarang masih mencapai Rp5.500 per kilogram atau di atas HPP yang sebesar Rp5.000/kg, harga gabah kering giling mencapai Rp6.500/kg atau di atas HPP yang sebesar Rp6.300/kg, dan harga beras mencapai Rp10.200/kg atau di atas HPP yang sebesar Rp9.950/kg.

"Mudah-mudahan memasuki akhir bulan Juli dan awal Agustus, luasan panen bertambah banyak, semoga harganya bisa turun, sehingga kegiatan penyerapan untuk pengadaan pangan bisa dilakukan secara maksimal," tegasnya.

Lebih lanjut, Rasiwan mengakui luas panen musim tanam kedua tidak seluas panen musim tanam pertama karena adanya sejumlah faktor di antaranya cuaca dan karakter lahan terutama sawah tadah hujan atau nonirigasi teknis.

Sementara dari sisi kualitas, kata dia, gabah hasil panen musim kedua relatif lebih bagus dari musim tanam pertama karena cuaca mendukung, curah hujan sedikit, sehingga proses panen dan pascapanennya mendukung peningkatan kualitas.

"Cuma dari sisi harga, ini yang jadi tantangan karena jumlah panennya lebih sedikit, kemudian kualitasnya bagus, itu yang membuat harganya kadang-kadang sulit untuk turun," jelasnya.

Disinggung mengenai kemungkinan adanya area tanaman padi di wilayah eks Keresidenan Banyumas yang terancam puso akibat kekeringan, dia mengatakan berdasarkan pantauan Bulog Banyumas maupun informasi dari Dinas Pertanian dan mitra kerja, hingga saat ini belum ada wilayah yang mengalami kekeringan ekstrem yang berdampak terhadap tanaman padi. 


Baca juga: Jateng siapkan cadangan pangan hadapi El Nino

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024