Solo (ANTARA) -
"Dulu banyak imej buruk tentang Solo, kami mau mengubah itu. Alhamdulillah kalau di Solo banyak dukungan dari pak Kapolres, pak Dandim, dari guru kami Gus Karim (pengasuh pondok Az-Zayadiyy Abdul Karim)," katanya pada Seminar Kebangsaan Penanggulangan Bahaya Radikalisme Masa Depan dan Keberhasilan Gerakan Toleransi Solo Terhadap Kemajuan Ekonomi Kreatif di Pondok Pesantren Az-Zayadiyy Solo, Sabtu.
"Sekarang kita masuk nomor 4 kota paling toleran," katanya.
"Ya karena dukungan dari seluruh pemuka agama. Para kyai dan hari ini bertemu dengan para alumni Ponpes Tebuireng, tambah kekuatan lagi," katanya.
Terkait dengan bahaya radikalisme, Pengasuh Pondok Pesantren Tebungireng Jombang KH Abdul Halim Mahfudz mengatakan sudah terjadi sejak zaman Belanda.
Terkait dengan paham radikalisme, dikatakannya, selama ukhuwah terbangun, maka radikalisme akan tersingkir dengan sendirinya.
"Harus saling bersinergi satu sama lain," katanya.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka berupaya terus memperkuat Solo sebagai Kota Toleransi sehingga mampu memberikan rasa nyaman kepada masyarakat.
"Dulu banyak imej buruk tentang Solo, kami mau mengubah itu. Alhamdulillah kalau di Solo banyak dukungan dari pak Kapolres, pak Dandim, dari guru kami Gus Karim (pengasuh pondok Az-Zayadiyy Abdul Karim)," katanya pada Seminar Kebangsaan Penanggulangan Bahaya Radikalisme Masa Depan dan Keberhasilan Gerakan Toleransi Solo Terhadap Kemajuan Ekonomi Kreatif di Pondok Pesantren Az-Zayadiyy Solo, Sabtu.
Ia mengatakan pada tahun 2021 di mana pada saat itu menjadi momen awal dia menjabat sebagai Wali Kota Surakarta, Solo menempati posisi ke-9 sebagai kota paling toleran di Indonesia.
"Sekarang kita masuk nomor 4 kota paling toleran," katanya.
Ia mengatakan ingin menghilangkan imej Kota Solo sebagai kota teroris menjadi Solo yang adem ayem.
"Ya karena dukungan dari seluruh pemuka agama. Para kyai dan hari ini bertemu dengan para alumni Ponpes Tebuireng, tambah kekuatan lagi," katanya.
"Bahkan Hadratus Syaikh (Pendiri Ponpes Tebuireng Hadhratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari) pada saat itu cukup frontal dalam menghadapi aliran baru," katanya.
Terkait dengan paham radikalisme, dikatakannya, selama ukhuwah terbangun, maka radikalisme akan tersingkir dengan sendirinya.
"Akan berhenti sendiri. Bahkan (paham radikalisme) saat itu (zaman KH Hasyim Asy'ari) lebih berat," katanya.
Ia mengatakan Tebuireng hingga saat ini juga terus aktif memperluas syi'ar, saling mendukung, dan mengingatkan.
"Harus saling bersinergi satu sama lain," katanya.