Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang, Jawa Tengah, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengingatkan bahwa perencanaan jalan dan saluran harus dilakukan bersamaan agar tidak berdampak terhadap kerusakan infrastruktur yang baru saja dibangun.
"Harusnya perencanaan baik antara jalan dan saluran. Jadi, kalau hujan, airnya lari ke saluran, tidak ke jalan," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Kamis.
Ia mencontohkan jalur alternatif yang menghubungkan daerah Jangli dengan kampus Universitas Diponegoro Semarang di kawasan Tembalang yang ambles, padahal belum lama dibangun.
"Ya, kami minta untuk segera dikaji lagi karena memang di sana ada kayak tanah seperti lempung. Begitu kena air jadi kayak pecah," katanya.
Solusinya, kata dia, akan dibuatkan saluran air sehingga ketika terjadi hujan maka air akan langsung masuk ke dalam saluran, bukan tertahan di jalan.
"Harus dibuatkan saluran karena air langsung ke saluran mestinya. Sama kayak tanah longsor, kalau tidak ada saluran akan terjadi longsor," katanya.
Ita sudah memanggil kontraktor yang membangun jalan tersebut dan sudah mulai dibuatkan "crossing" saluran untuk mencegah jalan kembali ambles.
"Kemarin saluran masuk ke salah satu perumahan. Ada yang enggak mau, saluran dibongkar karena kena lapangan voli. Saya mediasi, undang ke sini," katanya.
Ternyata, kata dia, warga di perumahan tersebut tidak keberatan pembangunan saluran mengenai lapangan, asalkan setelah itu dikembalikan lagi pada fungsinya seperti semula.
"Mereka maunya, setelah dibongkar bawahnya lalu dikembalikan lagi (lapangan voli, red.). Saya banru mediasi sudah bisa. Jadi, air nanti lari ke saluran. Tidak ke jalan lagi," katanya.
Diakuinya, pembangunan jalur alternatif tersebut memang belum rampung dan akan dilakukan secara bertahap hingga ditargetkan rampung pada 2024.
"Belum selesai. Bertahap ya, jadi bertahap, baru selesai di 2024. Mungkin bisa efektif (digunakan, red.) ya di 2024," pungkasnya.
Sebelumnya, kerusakan jalur alternatif Undip Tembalang-Jangli tersebut viral di media sosial lantaran jalan tersebut belum lama dibangun.
Akun Instagram @infokejadiansemarang.new mengunggah foto kerusakan jalan tersebut, sembari menuliskan "Entah siapa yang salah, alam atau pemborongnya (kontraktor)".
Tak hanya itu, akun Instagram tersebut juga mengingatkan masyarakat untuk tidak melewati jalur tersebut karena berbahaya, apalagi pada malam hari karena belum adanya lampu penerangan jalan.
"Untuk sementara jangan lewat jalan tersebut. Untuk segera diperbaiki dan tidak memakan korban," tulisnya di postingan.
Unggahan tersebut langsung mendapatkan respons dari warganet yang menduga-duga penyebab kerusakan itu hingga permintaan kepada Pemerintah Kota Semarang untuk segera memperbaiki.
Baca juga: Normalisasi Sungai Plumbon dimulai 2023
"Harusnya perencanaan baik antara jalan dan saluran. Jadi, kalau hujan, airnya lari ke saluran, tidak ke jalan," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di Semarang, Kamis.
Ia mencontohkan jalur alternatif yang menghubungkan daerah Jangli dengan kampus Universitas Diponegoro Semarang di kawasan Tembalang yang ambles, padahal belum lama dibangun.
"Ya, kami minta untuk segera dikaji lagi karena memang di sana ada kayak tanah seperti lempung. Begitu kena air jadi kayak pecah," katanya.
Solusinya, kata dia, akan dibuatkan saluran air sehingga ketika terjadi hujan maka air akan langsung masuk ke dalam saluran, bukan tertahan di jalan.
"Harus dibuatkan saluran karena air langsung ke saluran mestinya. Sama kayak tanah longsor, kalau tidak ada saluran akan terjadi longsor," katanya.
Ita sudah memanggil kontraktor yang membangun jalan tersebut dan sudah mulai dibuatkan "crossing" saluran untuk mencegah jalan kembali ambles.
"Kemarin saluran masuk ke salah satu perumahan. Ada yang enggak mau, saluran dibongkar karena kena lapangan voli. Saya mediasi, undang ke sini," katanya.
Ternyata, kata dia, warga di perumahan tersebut tidak keberatan pembangunan saluran mengenai lapangan, asalkan setelah itu dikembalikan lagi pada fungsinya seperti semula.
"Mereka maunya, setelah dibongkar bawahnya lalu dikembalikan lagi (lapangan voli, red.). Saya banru mediasi sudah bisa. Jadi, air nanti lari ke saluran. Tidak ke jalan lagi," katanya.
Diakuinya, pembangunan jalur alternatif tersebut memang belum rampung dan akan dilakukan secara bertahap hingga ditargetkan rampung pada 2024.
"Belum selesai. Bertahap ya, jadi bertahap, baru selesai di 2024. Mungkin bisa efektif (digunakan, red.) ya di 2024," pungkasnya.
Sebelumnya, kerusakan jalur alternatif Undip Tembalang-Jangli tersebut viral di media sosial lantaran jalan tersebut belum lama dibangun.
Akun Instagram @infokejadiansemarang.new mengunggah foto kerusakan jalan tersebut, sembari menuliskan "Entah siapa yang salah, alam atau pemborongnya (kontraktor)".
Tak hanya itu, akun Instagram tersebut juga mengingatkan masyarakat untuk tidak melewati jalur tersebut karena berbahaya, apalagi pada malam hari karena belum adanya lampu penerangan jalan.
"Untuk sementara jangan lewat jalan tersebut. Untuk segera diperbaiki dan tidak memakan korban," tulisnya di postingan.
Unggahan tersebut langsung mendapatkan respons dari warganet yang menduga-duga penyebab kerusakan itu hingga permintaan kepada Pemerintah Kota Semarang untuk segera memperbaiki.
Baca juga: Normalisasi Sungai Plumbon dimulai 2023