Purwokerto (ANTARA) - Dosen Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Ayusia Sabhita Kusuma optimistis Indonesia yang memegang Keketuaan ASEAN 2023 mampu menstabilkan situasi di Asia Tenggara.
"Memang sudah terbukti karena Indonesia salah satu dari lima negara 'founding fathers' ASEAN dan banyak kasus-kasus terutama konflik di Asia Tenggara yang dibantu penyelesaiannya oleh Indonesia seperti di Kamboja dan Myanmar," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu.
Ia mengatakan hal itu sudah menunjukkan bahwa peran Indonesia sangat penting apalagi sekarang ini sudah jadi Keketuaan ASEAN untuk yang kelima kalinya
Menurut dia, Indonesia seperti pemimpin yang sudah natural karena SDM dan SDA terbesar di Asia Tenggara dan secara kekuatan keamanan diperhitungkan juga terutama soal menjaga agar Asia Tenggara stabil terutama dari kekuatan-kekuatan besar seperti dari Amerika Serikat dan China
Selain itu, kata dia, politik bebas aktif yang dijalankan dalam menstabilkan keamanan di Asia Tenggara menunjukkan bahwa peranan Indonesia di ASEAN sangat besar.
Dengan menempati posisi sebagai Keketuaan ASEAN 2023, lanjut dia, peran Indonesia semakin strategis dalam mengembalikan sentralitas ASEAN terutama masalah perekonomian yang mengalami pertumbuhan cukup besar.
"Ini kemarin kalau di level internasional 'kan masih ada konflik Rusia-Ukraina itu ya yang mengakibatkan ada beberapa kendala terkait perdagangan, ekonomi," jelas dosen Kajian Asia Tenggara itu.
Jika Asia Tenggara fokus terhadap perdagangan di antara para anggota ASEAN serta dibantu negara-negara lain seperti Korea Selatan dan Jepang, kata dia, Indonesia bisa menstabilkan masalah ekonomi dan tentu saja hal itu jangka panjang karena konflik-konflik di Asia Tenggara harus dikelola supaya perekonomian stabil serta tidak ada guncangan.
Dengan demikian, lanjut dia, paling tidak semua bidang itu bisa saling mempengaruhi terutama bidang ekonomi, politik, dan keamanan.
"Saya yakin Indonesia cukup mampu, bisa menstabilkan banyak bidang itu, politik, ekonomi, dan keamanan karena juga Indonesia dipercaya sama negara-negara tetangga," tegasnya.
Terkait dengan peluang yang dapat dimanfaatkan Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023, dia mengatakan hal itu lebih ke upaya untuk meningkatkan "matching branding" Indonesia dan bagaimana kemudian politik internal bisa lebih stabil.
"Artinya, kita (Indonesia, red.) 'kan menjadi contoh. Transisi demokrasi di Indonesia ini 'kan menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan terutama negara-negara yang masih semi-demokrasi atau demokrasi semu seperti Myanmar," jelasnya.
Lebih lanjut, dosen yang akrab disapa Ayus itu mengatakan Keketuaan ASEAN 2023 menjadi peluang bagi Indonesia untuk memberikan contoh proses demokratisasi yang baik.
Menurut dia, hal itu diperkuat dengan posisi Indonesia yang akan menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu) pada tahun 2024, sehingga akan ada transisi kepemimpinan.
"Jadi menurut saya, itu menjadikan Indonesia lebih dilihat dunia, apakah kita mampu menjadi benar-benar negara demokrasi ketiga di dunia, apakah kita sudah mampu menunjukkan bahwa kita sudah matang, sudah dewasa, meminimalisasi 'money politic', meminimalisasi hoaks atau kampanye hitam di momentum ini," tegasnya.
Dia mengatakan walau bagaimanapun politik domestik dan politik luar negeri Indonesia berjalan dua arah ketika menjadi penengah bagi negara-negara lain karena diplomasi yang dijalankan tergolong bagus.
Akan tetapi jika secara internal masih banyak persoalan seperti masalah politik dan ekonomi, kata dia, hal itu berarti masih ada yang kurang sehingga harus diperbaiki agar Indonesia benar-benar bisa diperhitungkan oleh negara-negara lain di dunia.
Baca juga: Akademisi menilai kemenangan Timnas Indonesia dipengaruhi mental juara
"Memang sudah terbukti karena Indonesia salah satu dari lima negara 'founding fathers' ASEAN dan banyak kasus-kasus terutama konflik di Asia Tenggara yang dibantu penyelesaiannya oleh Indonesia seperti di Kamboja dan Myanmar," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu.
Ia mengatakan hal itu sudah menunjukkan bahwa peran Indonesia sangat penting apalagi sekarang ini sudah jadi Keketuaan ASEAN untuk yang kelima kalinya
Menurut dia, Indonesia seperti pemimpin yang sudah natural karena SDM dan SDA terbesar di Asia Tenggara dan secara kekuatan keamanan diperhitungkan juga terutama soal menjaga agar Asia Tenggara stabil terutama dari kekuatan-kekuatan besar seperti dari Amerika Serikat dan China
Selain itu, kata dia, politik bebas aktif yang dijalankan dalam menstabilkan keamanan di Asia Tenggara menunjukkan bahwa peranan Indonesia di ASEAN sangat besar.
Dengan menempati posisi sebagai Keketuaan ASEAN 2023, lanjut dia, peran Indonesia semakin strategis dalam mengembalikan sentralitas ASEAN terutama masalah perekonomian yang mengalami pertumbuhan cukup besar.
"Ini kemarin kalau di level internasional 'kan masih ada konflik Rusia-Ukraina itu ya yang mengakibatkan ada beberapa kendala terkait perdagangan, ekonomi," jelas dosen Kajian Asia Tenggara itu.
Jika Asia Tenggara fokus terhadap perdagangan di antara para anggota ASEAN serta dibantu negara-negara lain seperti Korea Selatan dan Jepang, kata dia, Indonesia bisa menstabilkan masalah ekonomi dan tentu saja hal itu jangka panjang karena konflik-konflik di Asia Tenggara harus dikelola supaya perekonomian stabil serta tidak ada guncangan.
Dengan demikian, lanjut dia, paling tidak semua bidang itu bisa saling mempengaruhi terutama bidang ekonomi, politik, dan keamanan.
"Saya yakin Indonesia cukup mampu, bisa menstabilkan banyak bidang itu, politik, ekonomi, dan keamanan karena juga Indonesia dipercaya sama negara-negara tetangga," tegasnya.
Terkait dengan peluang yang dapat dimanfaatkan Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023, dia mengatakan hal itu lebih ke upaya untuk meningkatkan "matching branding" Indonesia dan bagaimana kemudian politik internal bisa lebih stabil.
"Artinya, kita (Indonesia, red.) 'kan menjadi contoh. Transisi demokrasi di Indonesia ini 'kan menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan terutama negara-negara yang masih semi-demokrasi atau demokrasi semu seperti Myanmar," jelasnya.
Lebih lanjut, dosen yang akrab disapa Ayus itu mengatakan Keketuaan ASEAN 2023 menjadi peluang bagi Indonesia untuk memberikan contoh proses demokratisasi yang baik.
Menurut dia, hal itu diperkuat dengan posisi Indonesia yang akan menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu) pada tahun 2024, sehingga akan ada transisi kepemimpinan.
"Jadi menurut saya, itu menjadikan Indonesia lebih dilihat dunia, apakah kita mampu menjadi benar-benar negara demokrasi ketiga di dunia, apakah kita sudah mampu menunjukkan bahwa kita sudah matang, sudah dewasa, meminimalisasi 'money politic', meminimalisasi hoaks atau kampanye hitam di momentum ini," tegasnya.
Dia mengatakan walau bagaimanapun politik domestik dan politik luar negeri Indonesia berjalan dua arah ketika menjadi penengah bagi negara-negara lain karena diplomasi yang dijalankan tergolong bagus.
Akan tetapi jika secara internal masih banyak persoalan seperti masalah politik dan ekonomi, kata dia, hal itu berarti masih ada yang kurang sehingga harus diperbaiki agar Indonesia benar-benar bisa diperhitungkan oleh negara-negara lain di dunia.
Baca juga: Akademisi menilai kemenangan Timnas Indonesia dipengaruhi mental juara