Jakarta (ANTARA) -
Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid atau Alissa Wahid berharap para Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 1444 Hijriah/2023 dapat melayani jamaah haji lansia dengan suka cita.
"Perlu suka cita dan happy. Melayani lansia itu enak lho, kecenderungannya mereka menurut. Kalau kita gembira, mereka gembira," kata Alissa Wahid pada Bimtek Terintegrasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) PPIH Arab Saudi di Asrama Haji, Jakarta, Kamis.
Menurut Alissa, ada tips untuk menjadikan petugas haji agar selalu dalam suasana gembira di saat mengalami lelah, merasa pekerjaan menumpuk, dan lainnya. Salah satunya dengan mengetahui solusi atas diri sendiri jika sedang stres, lelah, dan lainnya.
"Kenali itu, cari solusi, dan lakukan. Kalau kita lagi kesal, sebetulnya yang rugi kita sendiri, karena kondisi tidak berubah, jadi dibawa happy saja. Misal kita mengenali diri, kita bisa happy dengan belanja, atau lainnya lakukan," katanya.
Alissa menyebutkan sebenarnya ada empat tipe kepribadian dari para lansia yang perlu dikenali yakni Sanguin (tipe yang heboh, ramai, dan suka menjadi pusat perhatian); tipe Koleris (suka mengatur), Flegmatis (suka damai dan pada tipe ini tidak bisa mengambil keputusan), dan tipe Melankolis (selalu ingin sempurna dan sering baper).
"Saat petugas menghadapi lansia yang Koleri, biasanya mereka suka mendekati petugas dan meminta ambil peran, maka petugas bisa meminta mereka untuk membantu," katanya.
Sementara di saat dihadapkan dengan tipe lansia yang inginnya diperhatikan atau banyak menuntut sempurna, maka petugas cukup mendengarkan dan bisa melontarkan pertanyaan balik apa yang diinginkan mereka.
"Kalem dan sabar adalah kunci dalam melayani jemaah haji lansia. Dengarkan dan jawab dengan oo gitu," kata Alissa yang kemudian seluruh peserta Bimtek mengikuti kata oo gitu.
Sebagai petugas haji, lanjut Alissa, tidak bisa jika bertipe Flegmatis, bersantai begitu juga saat menghadapi lansia Flegmatis yang kesasar, maka mereka jangan diberikan kesempatan mengambil keputusan.
Alissa Wahid juga memaparkan perlunya membangun kebersamaan jemaah lansia berbagai karakter dengan membagi tugas dalam satu tim.
"Jangan terbawa psikologisnya, jangan sampai petugas haji naik darah, nanti kita sendiri tidak bisa berpikir rasional kalau kita emosi. Bagaimana kalau kita sedang emosi misalnya, minta teman lain take over, kita menyingkir, lakukan relaksasi psikologis sendiri," katanya.
Alissa menekankan pendekatan psikologis kepada jemaah harus disesuaikan karakter mereka, misalnya dengan bercanda, merayu, dengan menawari makanan, mengajak ngobrol dan lainnya.
"Kalau diomelin bagaimana? Diomelin akan menjadi kenangan indah," kata Alissa Wahid.