Purwokerto (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada Minggu menyelenggarakan lomba lato-lato serta kegiatan edukasi mengenai permainan tradisional di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.
Sebanyak 252 peserta dari berbagai daerah di Pulau Jawa mengikuti kegiatan tersebut, yang berlangsung di halaman Kantor Pusat Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kampus 1 Ahmad Dahlan, Purwokerto.
Peserta lomba lato-lato yang antara lain berasal dari Banyumas, Cilacap, Yogyakarta, Solo, Jakarta, dan Purbalingga meliputi pelajar tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi serta anggota masyarakat umum.
Seluruh peserta lomba lato-lato diwajibkan memakai helm serta menjaga jarak aman dengan peserta lainnya.
Di samping mengadakan lomba, UMP menyelenggarakan kegiatan bertajuk "Edukasi Permainan Tradisional Lato-Lato, Bagaimana Peran Orang Tua dan Sekolah serta Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas".
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat UMP itu diisi dengan pemaparan mengenai cara bermain lato-lato yang baik dan aman.
Rektor UMP Assoc. Prof. Dr. Jebul Suroso mengemukakan bahwa perguruan tinggi berupaya menyampaikan edukasi mengenai penggunaan lato-lato secara aman.
"Memberikan pesan edukasi kepada mereka supaya lato-lato tetap menyenangkan, sehat, dan aman," katanya.
Menurut dia, lato-lato dapat menjadi salah satu alternatif permainan yang menggabungkan psikomotorik, afektif, dan pengetahuan.
Dia berharap kepopuleran lato-lato bisa mendorong orang untuk kembali memainkan permainan-permainan tradisional yang lain, sehingga tidak hanya terpaku pada permainan digital saja.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas Joko Wiyono mengatakan bahwa dinas hingga saat ini belum merasa perlu melarang anak-anak sekolah bermain lato-lato.
Meski demikian, dia mengatakan, para kepala sekolah dan guru sudah diminta untuk menyampaikan kepada siswa supaya tidak membawa dan memainkan lato-lato di sekolah.
"Yang terpenting proporsi penempatan dan penggunaannya saja, karena lato-lato ini juga ada unsur psikologi belajarnya, ada kognitifnya, ada afektifnya, ada psikomotornya. Paling tidak ini untuk mengurangi kebiasaan mereka bermain gawai," katanya.
Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat UMP Prof. Dr. Sukirno mengatakan bahwa penyelenggaraan lomba lato-lato ditujukan untuk mengedukasi masyarakat, khususnya anak-anak, mengenai penggunaan permainan tradisional seperti lato-lato.
"Kami adakan kegiatan pengabdian ini karena memang ada yang pro dan kontra terhadap permainan lato-lato," katanya.
Kegiatan edukasi itu mencakup pemaparan mengenai cara bermain lato-lato yang aman, antara lain dengan menggunakan helm serta menjaga jarak paling tidak 50 cm dari pemain yang lain.
"Ini yang menjadi kekhawatiran kan ketidakamanan, atau (risiko) menimbulkan kecelakaan. Ini yang kami coba atasi dengan cari solusi, antara lain menggunakan helm saat bermain, maupun peralatan lainnya yang bisa menambah kenyamanan dan keamanan," kata Sukirno.
Dia juga mengimbau orang tua memilih lato-lato yang bolanya terbuat dari plastik, bukan yang dari kaca.
Sebanyak 252 peserta dari berbagai daerah di Pulau Jawa mengikuti kegiatan tersebut, yang berlangsung di halaman Kantor Pusat Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kampus 1 Ahmad Dahlan, Purwokerto.
Peserta lomba lato-lato yang antara lain berasal dari Banyumas, Cilacap, Yogyakarta, Solo, Jakarta, dan Purbalingga meliputi pelajar tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi serta anggota masyarakat umum.
Seluruh peserta lomba lato-lato diwajibkan memakai helm serta menjaga jarak aman dengan peserta lainnya.
Di samping mengadakan lomba, UMP menyelenggarakan kegiatan bertajuk "Edukasi Permainan Tradisional Lato-Lato, Bagaimana Peran Orang Tua dan Sekolah serta Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas".
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat UMP itu diisi dengan pemaparan mengenai cara bermain lato-lato yang baik dan aman.
Rektor UMP Assoc. Prof. Dr. Jebul Suroso mengemukakan bahwa perguruan tinggi berupaya menyampaikan edukasi mengenai penggunaan lato-lato secara aman.
"Memberikan pesan edukasi kepada mereka supaya lato-lato tetap menyenangkan, sehat, dan aman," katanya.
Menurut dia, lato-lato dapat menjadi salah satu alternatif permainan yang menggabungkan psikomotorik, afektif, dan pengetahuan.
Dia berharap kepopuleran lato-lato bisa mendorong orang untuk kembali memainkan permainan-permainan tradisional yang lain, sehingga tidak hanya terpaku pada permainan digital saja.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas Joko Wiyono mengatakan bahwa dinas hingga saat ini belum merasa perlu melarang anak-anak sekolah bermain lato-lato.
Meski demikian, dia mengatakan, para kepala sekolah dan guru sudah diminta untuk menyampaikan kepada siswa supaya tidak membawa dan memainkan lato-lato di sekolah.
"Yang terpenting proporsi penempatan dan penggunaannya saja, karena lato-lato ini juga ada unsur psikologi belajarnya, ada kognitifnya, ada afektifnya, ada psikomotornya. Paling tidak ini untuk mengurangi kebiasaan mereka bermain gawai," katanya.
Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat UMP Prof. Dr. Sukirno mengatakan bahwa penyelenggaraan lomba lato-lato ditujukan untuk mengedukasi masyarakat, khususnya anak-anak, mengenai penggunaan permainan tradisional seperti lato-lato.
"Kami adakan kegiatan pengabdian ini karena memang ada yang pro dan kontra terhadap permainan lato-lato," katanya.
Kegiatan edukasi itu mencakup pemaparan mengenai cara bermain lato-lato yang aman, antara lain dengan menggunakan helm serta menjaga jarak paling tidak 50 cm dari pemain yang lain.
"Ini yang menjadi kekhawatiran kan ketidakamanan, atau (risiko) menimbulkan kecelakaan. Ini yang kami coba atasi dengan cari solusi, antara lain menggunakan helm saat bermain, maupun peralatan lainnya yang bisa menambah kenyamanan dan keamanan," kata Sukirno.
Dia juga mengimbau orang tua memilih lato-lato yang bolanya terbuat dari plastik, bukan yang dari kaca.