Solo (ANTARA) - Sebanyak 93 tumpeng nasi kuning dengan berbagai lauk-pauk khas, di antaranya telur dadar, sambal goreng, abon, srundeng, bergedel kentang, dan kering tempe memeriahkan ulang tahun ke-93 Pasar Gede Hardjonagoro Solo, Jawa Tengah pada tahun ini.
Pantauan di Solo, Kamis gunungan nasi kuning tersebut uaai didoakan lalu dibagikan secara merata kepada para pedagang dan masyarakat umum yang ikut menyaksikan acara.
Koordinator Komunitas Paguyuban Pasar Gede Solo Wiharto mengatakan acara tersebut dikemas dalam Kembul Agung Pasar Lelangen yang terinspirasi oleh realitas bahwa Pasar Gede saat ini menjadi pasar wisata.
"Secara filosofi, lelangen adalah tempat untuk bersenang-senang, menyenangkan hati, dan menghibur diri. Makanya kata lelangen menjadi pilihan kami untuk mengekspresikan slogan Pasar Gede agar lebih bisa dikenal masyarakat," katanya.
Lelangen merupakan singkatan dari lestari yang artinya berusia panjang, laris artinya banyak dikunjungi oleh masyarakat pembeli, dan ngangeni yang artinya pasar senantiasa selalu dirindukan oleh masyarakat yang pernah berkunjung ke Pasar Gede.
Selain sebagai rasa syukur, kembul agung ini juga menjadi cara bagi pedagang untuk ikut mempromosikan pasar.
"Karena pasar tradisional masih sangat minim dipromosikan oleh pemkot. Kami berupaya secara mandiri, ini kami lakukan sejak Pasar Gede terbakar, kami tidak bosan-bosan mempersatukan pasar harus jadi ruang entertainment dan enterpreneur, berkembang, punya daya tarik, dan jadi tempat yang suka dikunjungi oleh masyarakat," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka berharap Pasar Gede sebagai pasar yang ikonik dan menjadi jujugan bagi para wisatawan bisa meneruskan eksistensi.
"Apa-apa yang ada di dalamnya luar biasa, tidak ditemukan di kota-kota lain. Dawetnya, jajanan pasar, keramahan mbok-mbok yang ada di situ jadi pembeda. Luar biasa sekali," katanya.
Ia mengatakan ada beberapa makanan khas Pasar Gede yang menjadi favorit.
"Dari kecil sampai sekarang ayam goreng kawit ndisik ibuk tuku to (dari dulu ibu beli), usus, dawet," katanya.
Pantauan di Solo, Kamis gunungan nasi kuning tersebut uaai didoakan lalu dibagikan secara merata kepada para pedagang dan masyarakat umum yang ikut menyaksikan acara.
Koordinator Komunitas Paguyuban Pasar Gede Solo Wiharto mengatakan acara tersebut dikemas dalam Kembul Agung Pasar Lelangen yang terinspirasi oleh realitas bahwa Pasar Gede saat ini menjadi pasar wisata.
"Secara filosofi, lelangen adalah tempat untuk bersenang-senang, menyenangkan hati, dan menghibur diri. Makanya kata lelangen menjadi pilihan kami untuk mengekspresikan slogan Pasar Gede agar lebih bisa dikenal masyarakat," katanya.
Lelangen merupakan singkatan dari lestari yang artinya berusia panjang, laris artinya banyak dikunjungi oleh masyarakat pembeli, dan ngangeni yang artinya pasar senantiasa selalu dirindukan oleh masyarakat yang pernah berkunjung ke Pasar Gede.
Selain sebagai rasa syukur, kembul agung ini juga menjadi cara bagi pedagang untuk ikut mempromosikan pasar.
"Karena pasar tradisional masih sangat minim dipromosikan oleh pemkot. Kami berupaya secara mandiri, ini kami lakukan sejak Pasar Gede terbakar, kami tidak bosan-bosan mempersatukan pasar harus jadi ruang entertainment dan enterpreneur, berkembang, punya daya tarik, dan jadi tempat yang suka dikunjungi oleh masyarakat," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka berharap Pasar Gede sebagai pasar yang ikonik dan menjadi jujugan bagi para wisatawan bisa meneruskan eksistensi.
"Apa-apa yang ada di dalamnya luar biasa, tidak ditemukan di kota-kota lain. Dawetnya, jajanan pasar, keramahan mbok-mbok yang ada di situ jadi pembeda. Luar biasa sekali," katanya.
Ia mengatakan ada beberapa makanan khas Pasar Gede yang menjadi favorit.
"Dari kecil sampai sekarang ayam goreng kawit ndisik ibuk tuku to (dari dulu ibu beli), usus, dawet," katanya.