Magelang (ANTARA) - Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid menyampaikan bahwa Festival Tenun Nusantara yang diselenggarakan di taman kompleks Candi Borobudur ikut mengangkat destinasi pariwisata super prioritas ini.
"Ini kegiatan mengangkat kembali tradisi wastra Nusantara khususnya tenun Sumba dan itu adalah karya yang luar biasa, di sini hadir para maestro datang jauh dari Sumba," katanya di Magelang, Jawa Tengah, Rabu malam.
Ia menyampaikan hal tersebut usai membuka Festival Tenun Nusantara di kompleks Candi Borobudur.
"Sebagai destinasi juga bagian dari kita untuk mengangkat destinasi pariwisata super prioritas Borobudur karena kami lihat sebenarnya sangat penting untuk menghadirkan kegiatan-kegiatan berkualitas di tempat ini," katanya.
Baca juga: BKB kampanyekan pelestarian nilai relief Candi Borobudur
Menurut dia, hal itu bagian dari kebijakan bahwa sebetulnya candi ini bukan hanya monumen candi yang penting, tetapi keseluruhan taman ini juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dengan berbagai kegiatan khususnya yang terkait dengan pelestarian kebudayaan.
"Kegiatan ini salah satu wujud konkretnya kami membawa tenun Sumba yang sudah melanglang buana ke seluruh dunia dan malam ini kami hadirkan di kompleks Candi Borobudur," katanya.
Ia menuturkan memilih Candi Borobudur sebagai warisan dunia ini juga sama menjadi latar yang luar biasa dan di dalam relief Candi Borobudur sebetulnya ada informasi mengenai tenun, mengenai wastra.
"Jadi kami lihat juga ada koneksi historis yang dimiliki candi ini dan nampaknya sekali ekspresi budaya di Nusantara ini," katanya.
Hilmar menyampaikan bahwa Borobudur ini juga terbuka untuk daerah lain, sangat mungkin, bukan hanya tenun Sumba.
"Sangat mungkin kolaborasi kita terbuka dengan teman-teman berbagai ekspresi. Namun, yang pasti kami jaga harus jelas ini untuk pelestarian budaya dan juga ada hubungan historis, narasinya juga harus sangat kuat. Jadi tidak bisa asal fesyen," katanya.
Dalam festival ini selain diselenggarakan pameran, juga digelar peragaan busana karya desainer Edo Hutabarat dengan bahan kain tenun Sumba yang menghadirkan bentuk baru atau kontemporer.
Baca juga: Aktivitas keagamaan di Borobudur tarik minat umat Buddha dunia
Baca juga: Peringatan Hari Wayang ditandai meditation world di Candi Borobudur
Baca juga: Atthasilani umat Buddha di Candi Borobudur wujud toleransi
"Ini kegiatan mengangkat kembali tradisi wastra Nusantara khususnya tenun Sumba dan itu adalah karya yang luar biasa, di sini hadir para maestro datang jauh dari Sumba," katanya di Magelang, Jawa Tengah, Rabu malam.
Ia menyampaikan hal tersebut usai membuka Festival Tenun Nusantara di kompleks Candi Borobudur.
"Sebagai destinasi juga bagian dari kita untuk mengangkat destinasi pariwisata super prioritas Borobudur karena kami lihat sebenarnya sangat penting untuk menghadirkan kegiatan-kegiatan berkualitas di tempat ini," katanya.
Baca juga: BKB kampanyekan pelestarian nilai relief Candi Borobudur
Menurut dia, hal itu bagian dari kebijakan bahwa sebetulnya candi ini bukan hanya monumen candi yang penting, tetapi keseluruhan taman ini juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dengan berbagai kegiatan khususnya yang terkait dengan pelestarian kebudayaan.
"Kegiatan ini salah satu wujud konkretnya kami membawa tenun Sumba yang sudah melanglang buana ke seluruh dunia dan malam ini kami hadirkan di kompleks Candi Borobudur," katanya.
Ia menuturkan memilih Candi Borobudur sebagai warisan dunia ini juga sama menjadi latar yang luar biasa dan di dalam relief Candi Borobudur sebetulnya ada informasi mengenai tenun, mengenai wastra.
"Jadi kami lihat juga ada koneksi historis yang dimiliki candi ini dan nampaknya sekali ekspresi budaya di Nusantara ini," katanya.
Hilmar menyampaikan bahwa Borobudur ini juga terbuka untuk daerah lain, sangat mungkin, bukan hanya tenun Sumba.
"Sangat mungkin kolaborasi kita terbuka dengan teman-teman berbagai ekspresi. Namun, yang pasti kami jaga harus jelas ini untuk pelestarian budaya dan juga ada hubungan historis, narasinya juga harus sangat kuat. Jadi tidak bisa asal fesyen," katanya.
Dalam festival ini selain diselenggarakan pameran, juga digelar peragaan busana karya desainer Edo Hutabarat dengan bahan kain tenun Sumba yang menghadirkan bentuk baru atau kontemporer.
Baca juga: Aktivitas keagamaan di Borobudur tarik minat umat Buddha dunia
Baca juga: Peringatan Hari Wayang ditandai meditation world di Candi Borobudur
Baca juga: Atthasilani umat Buddha di Candi Borobudur wujud toleransi