Boyolali (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali menyebutkan di wilayahnya belum ada kasus terkait maraknya gagal ginjal akut yang terjadi pada anak usia 0 hingga 18 tahun di beberapa wilayah Indonesia.

"Maraknya gagal ginjal akut pada anak, di wilayah Boyolali hingga saat ini, belum ada kasus," kata Kepala Dinkes Boyolali dokter Puji Astuti di Boyolali, Jateng, Rabu.

Menurut Puji Astuti gejala-gejalanya gagal ginjal akut yang menyerang pada anak usai 0 sampai 18 tahun itu, dimulai deman tujuh hingga 14 hari.

"Kemudian, penderita adanya gangguan mulai baik prerenal, renal maupun pos renal yakni dengan air kencing tidak lancar dan air kencing berwarna kemerahan," kata Puji.

Selain itu, jika pasien mempunyai gejala tersebut juga dapat menanyakan apakah penderita pernah ada riwayat perjalan sebelumnya atau riwayat pernah terkena penyakit COVID-19.

"Jadi hal-hal yang ada hubungannya dengan infeksi itu, perlu ditanyakan secara mendetail," katanya.

Bahkan, kata dia, dari pemeriksaan laboratorium juga perlu dilakukan adanya nanti akan ditemukan oreum kreatinin yang meningkat.

Kreatinin merupakan zat limbah dalam darah yang diproduksi oleh jaringan otot saat Anda bergerak atau beraktivitas. Jumlah kreatinin di dalam darah diatur oleh ginjal. Itulah alasan mengapa pemeriksaan kadar kreatinin sering dilakukan sebagai salah satu cara untuk menilai fungsi ginjal.

Namun, kata dia, di Boyolali hingga sekarang belum ditemukan adanya kasus gagal ginjal akut pada anak.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan sebelumnya telah mencatat 189 kasus gagal ginjal akut misterius pada anak dari berbagai wilayah di Indonesia. Menurut data kementerian, gagal ginjal akut misterius terjadi pada anak usia enam bulan sampai 18 tahun. 
 

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Teguh Imam Wibowo
Copyright © ANTARA 2024