Banyumas (ANTARA) - Bupati Banyumas Achmad Husein menilai diversifikasi produk olahan susu seperti yoghurt (susu fermentasi) dapat meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat, khususnya petani susu.

"Daripada susunya dijual hanya sebagai susu murni, paling seliter harganya berapa. Tapi kalau dia (petani susu) mengolahnya jadi yoghurt, harganya bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat," katanya di Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu.

Ia mengatakan hal itu usai membuka kegiatan Pelatihan Pembuatan Minuman Kesehatan Olahan Susu yang Difermentasi pada Civitas Academica Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Ibnu Sina Ajibarang.

Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Stikes Ibnu Sina bekerja sama dengan Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dalam rangka Dies Natalis Ke-59 Fakultas Farmasi Unair.

Saat memberi sambutan dalam pembukaan pelatihan tersebut, Bupati mengatakan acara tersebut sangat bermanfaat bagi seluruh peserta pelatihan maupun masyarakat luas.

"Kenapa? Karena ini membuat sesuatu yang bisa menimbulkan perubahan pada diri sendiri dan lingkungan, perubahan yang baik," katanya.

Terkait dengan hal itu, Husein mengajak seluruh peserta pelatihan untuk bisa menyerap ilmu tentang pembuatan olahan susu yang disampaikan oleh pemateri dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Stikes Ibnu Sina Ajibarang Adi Susanto mengatakan pelatihan yang diselenggarakan selama dua hari tersebut diikuti sekitar 200 peserta dari berbagai kalangan seperti petani susu, pelaku UMKM, organisasi profesi, perwakilan instansi, dan sebagainya.

Menurut dia, pihaknya sengaja meminta Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Farmasi Unair untuk memberikan pelatihan pembuatan yoghurt minuman kesehatan olahan susu yang difermentasi tersebut.

"Karena kami melihat Kabupaten Banyumas banyak potensinya, salah satunya susu segar yang dapat kita tingkatkan kualitasnya. Harapannya bisa meningkatkan nilai jual maupun nilai keekonomiannya," kata Adi.

Sementara itu, Ketua Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Farmasi Unair Prof. Sudjarwo mengatakan kegiatan pelatihan tersebut merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat dalam rangka Dies Natalis Ke-59 Fakultas Farmasi Unair.

Menurut dia, kegiatan itu dilakukan karena pendidikan tinggi juga milik masyarakat, sehingga pihaknya harus dekat dengan masyarakat.

"Inilah salah satu alih teknologi yang paling sederhana untuk orang awam yang bisa diterapkan untuk bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya.

Ia mengatakan minuman kesehatan olahan susu sangat bermanfaat bagi kesehatan karena bisa untuk mencegah diare, meningkatkan imun, dan sebagainya.

Oleh karena itu, ia mengharapkan petani susu yang produknya berlebih dapat membuat minuman kesehatan olahan susu dan menjualnya sendiri sebagai binaan Stikes Ibnu Sina.

Selain itu, menurut dia, usaha pembuatan minuman kesehatan olahan susu sangat menjanjikan. Dengan demikian, lanjut dia, petani susu tidak lagi mengalami permainan harga yang dilakukan olah tengkulak.

"Selama ini yang saya dengar, petani susu ini setor ke tengkulak. Kalau harganya jatuh, kasihan (petani)," kata Prof Sudjarwo.

Salah seorang petani susu asal Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Ratini yang mengikuti kegiatan ini mengaku memiliki tiga ekor sapi perah yang produktif.

Setiap harinya, kata dia, susu sapi segar yang dihasilkan rata-rata 30 liter.

"Tergantung kondisi sapi. Misal, kalau sapinya sedang hamil tua, produksi susunya semakin sedikit, bahkan ada yang kering, sehingga penghasilan berkurang," katanya.

Ia bersyukur karena bisa mengikuti pelatihan pembuatan minuman kesehatan olahan susu yang difermentasi tersebut, sehingga nantinya dapat membuat yoghurt sendiri yang nilai jualnya lebih tinggi dari susu segar.

Selama ini, menurut dia, petani susu di Desa Karangtengah menjual susu segar melalui koperasi dengan harga berkisar Rp6.000-Rp7.000 per liter yang tergantung pada kualitas.

"Harga ecerannya (untuk konsumen) Rp10.000 per liter," katanya. 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024