Pati (ANTARA) - Para nelayan di Pati, Jawa Tengah dengan ratusan kapalnya tak melaut karena biaya operasional mahal menyusul tingginya harga  solar, sedangkan hasil melaut minim.

Menurut Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Pati Rasmijan di Pati, Senin, jumlah kapal nelayan yang tidak melaut hingga saat ini mencapai 500-an unit.

Salah satu penyebabnya, kata dia, biaya operasional melaut yang mahal, terutama solar nonsubsidi yang mencapai Rp16.500 per liter, sedangkan kebutuhan sekali melaut bisa mencapai ratusan ribu liter.

Ia mencontohkan persediaan solar untuk melaut dengan tujuan laut di Papua bisa mencapai 1.000 drum dengan kapasitas 200 liter per drum. Namun, hasil melaut ternyata tidak sesuai harapan.

Baca juga: Cuaca buruk, nelayan Pekalongan pilih tidak melaut

Untuk itulah, kata dia, banyak nelayan memilih tidak melaut, ketika melihat teman nelayan lain yang mencoba melaut ternyata tidak mendapatkan hasil memuaskan.

Permasalahan lain yang semakin memberatkan para nelayan, kata dia, kenaikan pungutan hasil perikanan (PHP).

"Nelayan juga masih dihadapkan dengan aturan lain terkait pengurusan persyaratan melaut yang sampai sekarang masih ada permasalahan yang belum bisa terselesaikan dengan cepat," ujarnya.

Untuk itu, para nelayan di Kabupaten Pati berencana mengajukan sejumlah tuntutan kepada pemerintah pusat, di antaranya soal harga solar agar diturunkan serta kemudahan dalam pengurusan surat-surat kelengkapan untuk melaut.

Baca juga: Juni - Juli perkiraan musim panen ikan di perairan Cilacap
Baca juga: Ratusan perahu nelayan meriahkan tradisi larung kepala kerbau di Jepara

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024