Purwokerto (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) mengukuhkan Prof Drs Ahmad, M.Pd., Ph.D. sebagai Guru Besar Pendidikan Matematika pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Pengukuhan tersebut dilaksanakan dalam Rapat Senat Terbuka yang digelar di Auditorium Ukhuwah Islamiyah, Kampus I UMP di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.
Saat ditemui wartawan, Rektor UMP Dr Jebul Suroso mengatakan Universitas Muhammadiyah Purwokerto saat ini memiliki 11 profesor, lima orang diantaranya telah meninggal dunia.
"Pak Ahmad merupakan profesor keenam, namun lima profesor lainnya sudah almarhum. Kami sangat berharap kehadiran profesor ini bisa menjadi teladan akademik. Yang kedua bisa menjadi teladan untuk bisa bermanfaat bagi masyarakat," katanya.
Menurut dia, tingginya muruah perguruan tinggi adalah ketika keilmuan digali sedemikian dalam, tetapi manfaat bagi masyarakat juga semakin kuat.
Lebih lanjut, rektor menyoroti masalah blended learning yang diusung Prof Ahmad sebagai pokok pembahasan dalam orasi ilmiah pengukuhan guru besar tersebut.
"'Blended learning, online learning, secara keseluruhan kami terapkan dalam rangka melakukan transformasi pembelajaran di perguruan tinggi Muhammadiyah dari model konvensional ke yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman," katanya.
Ia mengatakan hadirnya Prof Akhmad tentu akan menguatkan metode pembelajaran yang secara kebetulan Guru Besar Pendidikan Matematika itu berasal dari FKIP.
"Harapan besar nanti akan membawa perubahan yang semakin nyata. Bukan hanya untuk UMP, tapi juga untuk pendidikan di negeri ini, dan kami berharap besok bukan hanya dari FKIP profesornya, tetapi akan bermunculan lagi dari fakultas lain," katanya.
UMP sekarang punya 40 orang calon profesor, tiga orang diantaranya masih menunggu proses turunnya surat keputusan.
Sementara itu, Prof Ahmad mengatakan orasi ilmiah yang disampaikan dalam pengukuhan guru besar tersebut berjudul "Blended learning Berbasis Smart Classroom dalam Pembelajaran Matematika".
"Pembelajaran sekarang yang bagus adalah perpaduan antara daring dan luring, sehingga pada saat luring kita desain semacam ruangan yang berupa kelas pintar (cerdas). Di situ dibutuhkan peralatan-peralatan yang sangat canggih," katanya.
Ia mengaku telah mempraktikkan metode pembelajaran tersebut saat memberikan materi kuliah bagi mahasiswa Keperawatan di Universitas Aisyiyah (Unisa) Surakarta.
Menurut dia, ruang kuliah di Unisa Surakarta tersebut dijadikan kelas pintar dan selanjutnya digabung dengan blended learning yang melibatkan mahasiswa dari Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, Universitas Muhammadiyah Mataram, Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
"Respons mereka sangat bagus, sangat baik, karena di situ terjadi interaksi antara dosen dan mahasiswa serta antarmahasiswa, dengan menggunakan peralatan yang canggih, seperti laptop dengan layar berukuran besar. Di situlah kita menulis dengan perangkat lunak yang ada di laptop," kata Prof Ahmad.
Pengukuhan tersebut dilaksanakan dalam Rapat Senat Terbuka yang digelar di Auditorium Ukhuwah Islamiyah, Kampus I UMP di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.
Saat ditemui wartawan, Rektor UMP Dr Jebul Suroso mengatakan Universitas Muhammadiyah Purwokerto saat ini memiliki 11 profesor, lima orang diantaranya telah meninggal dunia.
"Pak Ahmad merupakan profesor keenam, namun lima profesor lainnya sudah almarhum. Kami sangat berharap kehadiran profesor ini bisa menjadi teladan akademik. Yang kedua bisa menjadi teladan untuk bisa bermanfaat bagi masyarakat," katanya.
Menurut dia, tingginya muruah perguruan tinggi adalah ketika keilmuan digali sedemikian dalam, tetapi manfaat bagi masyarakat juga semakin kuat.
Lebih lanjut, rektor menyoroti masalah blended learning yang diusung Prof Ahmad sebagai pokok pembahasan dalam orasi ilmiah pengukuhan guru besar tersebut.
"'Blended learning, online learning, secara keseluruhan kami terapkan dalam rangka melakukan transformasi pembelajaran di perguruan tinggi Muhammadiyah dari model konvensional ke yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman," katanya.
Ia mengatakan hadirnya Prof Akhmad tentu akan menguatkan metode pembelajaran yang secara kebetulan Guru Besar Pendidikan Matematika itu berasal dari FKIP.
"Harapan besar nanti akan membawa perubahan yang semakin nyata. Bukan hanya untuk UMP, tapi juga untuk pendidikan di negeri ini, dan kami berharap besok bukan hanya dari FKIP profesornya, tetapi akan bermunculan lagi dari fakultas lain," katanya.
UMP sekarang punya 40 orang calon profesor, tiga orang diantaranya masih menunggu proses turunnya surat keputusan.
Sementara itu, Prof Ahmad mengatakan orasi ilmiah yang disampaikan dalam pengukuhan guru besar tersebut berjudul "Blended learning Berbasis Smart Classroom dalam Pembelajaran Matematika".
"Pembelajaran sekarang yang bagus adalah perpaduan antara daring dan luring, sehingga pada saat luring kita desain semacam ruangan yang berupa kelas pintar (cerdas). Di situ dibutuhkan peralatan-peralatan yang sangat canggih," katanya.
Ia mengaku telah mempraktikkan metode pembelajaran tersebut saat memberikan materi kuliah bagi mahasiswa Keperawatan di Universitas Aisyiyah (Unisa) Surakarta.
Menurut dia, ruang kuliah di Unisa Surakarta tersebut dijadikan kelas pintar dan selanjutnya digabung dengan blended learning yang melibatkan mahasiswa dari Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, Universitas Muhammadiyah Mataram, Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
"Respons mereka sangat bagus, sangat baik, karena di situ terjadi interaksi antara dosen dan mahasiswa serta antarmahasiswa, dengan menggunakan peralatan yang canggih, seperti laptop dengan layar berukuran besar. Di situlah kita menulis dengan perangkat lunak yang ada di laptop," kata Prof Ahmad.