Purwokerto (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menggandeng Perkumpulan Pelaku Jamu Alami Indonesia (PPJAI) dan PT Karya Pak Oles Tokcer sebagai orang tua angkat jamu yang akan bertindak sebagai mentor bisnis bagi pelaku UMKM jamu di Jawa Tengah.
Dalam siaran pers yang diterima di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Sabtu, Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan orang tua angkat Jamu adalah program BPOM sejak 2018 dalam rangka mendorong kalangan industri jamu menjadi mentor bisnis pengusaha jamu kelas usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) termasuk pelaku jamu gendong.
“Dukungan terhadap peningkatan daya saing obat tradisional termasuk jamu sangat diperlukan untuk kelas UMKM. Obat tradisional memiliki potensi mengisi pasar lokal juga menembus pasar global. Maka peningkatan mutu, keamanan, dan khasiat harus dikawal," katanya.
Ia mengatakan upaya untuk membangun citra positif jamu, harus dilakukan terus-menerus karena masih banyak ditemukan produk obat tradisional dan pangan yang mengandung bahan kimia obat (BKO).
Obat tradisional dan pangan yang mengandung BKO bertentangan dengan kaidah obat tradisional, herbal, dan jamu.
Dalam rangka membangun citra positif tersebut BPOM aktif meningkatkan pengawasan obat dan makanan melalui serangkaian strategi untuk melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan.
Masuknya PPJAI sebagai orang tua angkat jamu menyusul 10 industri yang terlebih dulu tergabung dalam program tersebut, yakni PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, PT Konimex, PT Industri Jamu Borobudur, PT Mustika Ratu, PT Martina Berto, PT Sinde Budi Sentosa, PT Sari Enesis Indah, PT Air Mancur, PT Ultra Sakti, dan PT Kino Indonesia.
Baca juga: Jamu herbal Barlingmascakeb didorong tembus pasar Timur Tengah
Terkait dengan hal itu, Ketua PPJAI Mukit Hendrayatno mengapresiasi masuknya Perkumpulan Pelaku Jamu Alami Indonesia sebagai orang tua angkat jamu.
Menurut dia, pihaknya berkomitmen mendukung program BPOM terutama bimbingan dan bantuan kepada pelaku usaha UMKM termasuk pelaku jamu gendong.
"Jamu gendong adalah usaha jamu hilir paling mikro dalam rantai pasar jamu. Jangan meremehkan 'mbok-mbok' jamu gendong, yang mampu menyekolahkan putra-putrinya sampai sarjana. Pelaku jamu gendong telah terbukti bisa menjadi tulang punggung keluarga," kata pengusaha jamu asal Cilacap itu.
Ia mengatakan bimbingan yang diberikan orang tua angkat jamu berupa "sharing knowledge", pemenuhan persyaratan, cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB), pemilihan bahan baku, teknologi produksi, pemasaran digital, dan tips menembus pasar ekspor.
Selain itu, program stikerisasi untuk jamu gendong terus dilanjutkan karena terbukti meningkatkan kepercayaan pasar terhadap produk jamu gendong.
Pelaku jamu gendong harus dilestarikan karena usaha tersebut mengandung aspek budaya, kesehatan, ekonomi, dan sosial. Pada aspek sosial membantu agar pelaku jamu gendong tetap bertahan berarti telah memberdayakan perempuan Indonesia karena mayoritas pelaku jamu gendong merupakan kaum perempuan.
"Jamu gendong merupakan agen utama untuk membangun citra positif jamu tradisional. Bahkan, mengadvokasi manfaat jamu secara umum. Dukungan kepada jamu gendong oleh UMKM yang lebih besar, asosiasi, dan pemerintah mutlak dibutuhkan," kata Mukit.
Baca juga: Batang dukung Kampung Jamune jadi sarana pemberdayaan perempuan
Baca juga: Boyolali dorong pelestarian budaya racik jamu tradisional
Dalam siaran pers yang diterima di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Sabtu, Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan orang tua angkat Jamu adalah program BPOM sejak 2018 dalam rangka mendorong kalangan industri jamu menjadi mentor bisnis pengusaha jamu kelas usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) termasuk pelaku jamu gendong.
“Dukungan terhadap peningkatan daya saing obat tradisional termasuk jamu sangat diperlukan untuk kelas UMKM. Obat tradisional memiliki potensi mengisi pasar lokal juga menembus pasar global. Maka peningkatan mutu, keamanan, dan khasiat harus dikawal," katanya.
Ia mengatakan upaya untuk membangun citra positif jamu, harus dilakukan terus-menerus karena masih banyak ditemukan produk obat tradisional dan pangan yang mengandung bahan kimia obat (BKO).
Obat tradisional dan pangan yang mengandung BKO bertentangan dengan kaidah obat tradisional, herbal, dan jamu.
Dalam rangka membangun citra positif tersebut BPOM aktif meningkatkan pengawasan obat dan makanan melalui serangkaian strategi untuk melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan.
Masuknya PPJAI sebagai orang tua angkat jamu menyusul 10 industri yang terlebih dulu tergabung dalam program tersebut, yakni PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, PT Konimex, PT Industri Jamu Borobudur, PT Mustika Ratu, PT Martina Berto, PT Sinde Budi Sentosa, PT Sari Enesis Indah, PT Air Mancur, PT Ultra Sakti, dan PT Kino Indonesia.
Baca juga: Jamu herbal Barlingmascakeb didorong tembus pasar Timur Tengah
Terkait dengan hal itu, Ketua PPJAI Mukit Hendrayatno mengapresiasi masuknya Perkumpulan Pelaku Jamu Alami Indonesia sebagai orang tua angkat jamu.
Menurut dia, pihaknya berkomitmen mendukung program BPOM terutama bimbingan dan bantuan kepada pelaku usaha UMKM termasuk pelaku jamu gendong.
"Jamu gendong adalah usaha jamu hilir paling mikro dalam rantai pasar jamu. Jangan meremehkan 'mbok-mbok' jamu gendong, yang mampu menyekolahkan putra-putrinya sampai sarjana. Pelaku jamu gendong telah terbukti bisa menjadi tulang punggung keluarga," kata pengusaha jamu asal Cilacap itu.
Ia mengatakan bimbingan yang diberikan orang tua angkat jamu berupa "sharing knowledge", pemenuhan persyaratan, cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB), pemilihan bahan baku, teknologi produksi, pemasaran digital, dan tips menembus pasar ekspor.
Selain itu, program stikerisasi untuk jamu gendong terus dilanjutkan karena terbukti meningkatkan kepercayaan pasar terhadap produk jamu gendong.
Pelaku jamu gendong harus dilestarikan karena usaha tersebut mengandung aspek budaya, kesehatan, ekonomi, dan sosial. Pada aspek sosial membantu agar pelaku jamu gendong tetap bertahan berarti telah memberdayakan perempuan Indonesia karena mayoritas pelaku jamu gendong merupakan kaum perempuan.
"Jamu gendong merupakan agen utama untuk membangun citra positif jamu tradisional. Bahkan, mengadvokasi manfaat jamu secara umum. Dukungan kepada jamu gendong oleh UMKM yang lebih besar, asosiasi, dan pemerintah mutlak dibutuhkan," kata Mukit.
Baca juga: Batang dukung Kampung Jamune jadi sarana pemberdayaan perempuan
Baca juga: Boyolali dorong pelestarian budaya racik jamu tradisional