Semarang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat inflasi sebesar 0,75 persen dialami provinsi ini pada Maret 2022.
Kepala BPS Jawa Tengah Adhi Wiriana dalam siaran pers di Semarang, Jumat, mengatakan, kenaikan harga telur ayam, cabai merah, tiket angkutan udara, minyak goreng, dan emas perhiasan menjadi pemicu inflasi.
Kenaikan harga telur ayam memberi kontribusi terbesar terhadap inflasi, yakni sebesar 0,09 persen.
"Kenaikan harga minyak goreng memberi kontribusi sebesar 0,05 persen terhadap inflasi," katanya.
Sementara itu dari lima kota besar di Jawa Tengah tempat dilakukan survei indeks harga konsumen, kata dia, seluruhnya mengalami inflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Cilacap yang mencapai 1,19 persen, sementara inflasi terendah terjadi di Kota Semarang sebesar 0,66 persen.
Nilai tukar petani di Jawa Tengah pada Maret 2022, kata dia, tercatat sebesar 102,62. Nilai tersebut turun sebesar 0,21 persen di banding bulan sebelumnya.
Penurunan tersebut, lanjut dia, disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani dibandingkan dengan indeks harga yang harus dibayarkan.
Kepala BPS Jawa Tengah Adhi Wiriana dalam siaran pers di Semarang, Jumat, mengatakan, kenaikan harga telur ayam, cabai merah, tiket angkutan udara, minyak goreng, dan emas perhiasan menjadi pemicu inflasi.
Kenaikan harga telur ayam memberi kontribusi terbesar terhadap inflasi, yakni sebesar 0,09 persen.
"Kenaikan harga minyak goreng memberi kontribusi sebesar 0,05 persen terhadap inflasi," katanya.
Sementara itu dari lima kota besar di Jawa Tengah tempat dilakukan survei indeks harga konsumen, kata dia, seluruhnya mengalami inflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Cilacap yang mencapai 1,19 persen, sementara inflasi terendah terjadi di Kota Semarang sebesar 0,66 persen.
Nilai tukar petani di Jawa Tengah pada Maret 2022, kata dia, tercatat sebesar 102,62. Nilai tersebut turun sebesar 0,21 persen di banding bulan sebelumnya.
Penurunan tersebut, lanjut dia, disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani dibandingkan dengan indeks harga yang harus dibayarkan.