Purwokerto (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah terus mengintensifkan gerakan penanaman pohon guna menjaga kelestarian sumber air yang ada di wilayah setempat.
"Kami berharap seluruh pihak termasuk pemerintah desa untuk dapat bersinergi dengan pemerintah kabupaten dalam menjaga kelestarian sumber air dan mengamankan air baku dengan cara melakukan penanaman pohon, membuat biopori dan sumur resapan," kata Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi melalui siaran pers yang diterima di Purwokerto, Rabu.
Bupati menjelaskan, pada tahun 2020 indeks kualitas air di Purbalingga mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Pencanangan peningkatan dan pengamanan air baku menjadi momen yang penting dan strategis dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya melestarikan, menjaga lingkungan serta menjaga sumber-sumber air di Purbalingga," katanya.
Perempuan yang akrab disapa Bupati Tiwi itu menambahkan pihaknya akan segera menyiapkan SE Bupati yang ditujukan kepada seluruh camat, kepala desa dan instansi agar ikut berperan aktif dalam upaya peningkatan dan pengamanan air baku melalui gerakan penanaman pohon, pembuatan sumur resapan dan biopori.
Bupati menjelaskan, pihaknya baru saja melakukan penanaman pohon yang berlokasi di Desa Karangcegak, Kecamatan Kutasari.
Baca juga: Pemanfaatan air baku Bendungan Logung Kudus baru bisa direalisasikan 2025
"Penanaman pohon ini merupakan bagian dari gerakan tanam 1.000 pohon di empat desa penyangga air. Keempat desa tersebut adalah Desa Karangcegak, Desa Serayu Larangan dan Desa Cipaku Kecamatan Mrebet, serta Desa Tlagayasa Kecamatan Bobotsari," katanya.
Selain penanaman 1.000 pohon, Pemerintah Kabupaten Purbalingga juga membangun sebanyak lima unit sumur resapan dan 10 unit biopori.
Sementara itu, Kepala Bapelitbangda Kabupaten Purbalingga Suroto menambahkan gerakan pelestarian sumber air bersih merupakan hal yang sangat penting.
"Pasalnya, meskipun potensi air bersih di Kabupaten Purbalingga cukup tinggi, namun ketersediaannya cenderung menurun dari waktu ke waktu," katanya.
Dia menambahkan, pembangunan wilayah dan pertumbuhan ekonomi menyebabkan banyak terjadi perubahan tata guna lahan serta semakin berkurangnya daerah resapan air.
"Terkait hal tersebut, maka dalam rangka menjaga ketersediaan air bagi generasi mendatang, perlu sosialisasi dan edukasi yang terus menerus kepada seluruh pemangku kepentingan serta masyarakat tentang pentingnya menjaga keberlangsungan sumber air," katanya.
Pemkab Purbalingga, kata dia, akan terus meningkatkan edukasi dan sosialisasi mengenai hal tersebut guna mengajak peran aktif semua pihak dalam menjaga keberlangsungan sumber air di wilayah ini.
"Para pemangku kepentingan dan seluruh masyarakat dapat berperan aktif dengan cara menggencarkan gerakan penanaman pohon, membuat biopori dan sumur resapan," katanya.
Baca juga: Air baku dari Bendungan Logung bisa dimanfaatkan PDAM Kudus pada 2022
Baca juga: Pengolahan air baku dari Bendungan Logung bakal dikelola swasta
"Kami berharap seluruh pihak termasuk pemerintah desa untuk dapat bersinergi dengan pemerintah kabupaten dalam menjaga kelestarian sumber air dan mengamankan air baku dengan cara melakukan penanaman pohon, membuat biopori dan sumur resapan," kata Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi melalui siaran pers yang diterima di Purwokerto, Rabu.
Bupati menjelaskan, pada tahun 2020 indeks kualitas air di Purbalingga mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Pencanangan peningkatan dan pengamanan air baku menjadi momen yang penting dan strategis dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya melestarikan, menjaga lingkungan serta menjaga sumber-sumber air di Purbalingga," katanya.
Perempuan yang akrab disapa Bupati Tiwi itu menambahkan pihaknya akan segera menyiapkan SE Bupati yang ditujukan kepada seluruh camat, kepala desa dan instansi agar ikut berperan aktif dalam upaya peningkatan dan pengamanan air baku melalui gerakan penanaman pohon, pembuatan sumur resapan dan biopori.
Bupati menjelaskan, pihaknya baru saja melakukan penanaman pohon yang berlokasi di Desa Karangcegak, Kecamatan Kutasari.
Baca juga: Pemanfaatan air baku Bendungan Logung Kudus baru bisa direalisasikan 2025
"Penanaman pohon ini merupakan bagian dari gerakan tanam 1.000 pohon di empat desa penyangga air. Keempat desa tersebut adalah Desa Karangcegak, Desa Serayu Larangan dan Desa Cipaku Kecamatan Mrebet, serta Desa Tlagayasa Kecamatan Bobotsari," katanya.
Selain penanaman 1.000 pohon, Pemerintah Kabupaten Purbalingga juga membangun sebanyak lima unit sumur resapan dan 10 unit biopori.
Sementara itu, Kepala Bapelitbangda Kabupaten Purbalingga Suroto menambahkan gerakan pelestarian sumber air bersih merupakan hal yang sangat penting.
"Pasalnya, meskipun potensi air bersih di Kabupaten Purbalingga cukup tinggi, namun ketersediaannya cenderung menurun dari waktu ke waktu," katanya.
Dia menambahkan, pembangunan wilayah dan pertumbuhan ekonomi menyebabkan banyak terjadi perubahan tata guna lahan serta semakin berkurangnya daerah resapan air.
"Terkait hal tersebut, maka dalam rangka menjaga ketersediaan air bagi generasi mendatang, perlu sosialisasi dan edukasi yang terus menerus kepada seluruh pemangku kepentingan serta masyarakat tentang pentingnya menjaga keberlangsungan sumber air," katanya.
Pemkab Purbalingga, kata dia, akan terus meningkatkan edukasi dan sosialisasi mengenai hal tersebut guna mengajak peran aktif semua pihak dalam menjaga keberlangsungan sumber air di wilayah ini.
"Para pemangku kepentingan dan seluruh masyarakat dapat berperan aktif dengan cara menggencarkan gerakan penanaman pohon, membuat biopori dan sumur resapan," katanya.
Baca juga: Air baku dari Bendungan Logung bisa dimanfaatkan PDAM Kudus pada 2022
Baca juga: Pengolahan air baku dari Bendungan Logung bakal dikelola swasta