Klaten (ANTARA) - Sebanyak 60 warga Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, sempat mengungsi akibat meningkatnya aktivitas Gunung Merapi berupa guguran awan panas pada Rabu (9/3) petang.
Kepala Desa Balerante Sukono di Klaten, Kamis mengatakan meningkatnya aktivitas Gunung Merapi mulai terjadi pada Rabu malam tepatnya pukul 21.30 WIB. Selanjutnya pada pukul 24.00 WIB Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyarankan agar warga yang tinggal di desa paling atas untuk turun ke tempat evakuasi sementara.
"Akhirnya saat itu warga berbondong-bondong turun, kemudian jam 06.00 WIB tadi pagi warga kembali ke rumah masing-masing karena kondisinya sudah aman," katanya.
Baca juga: 193 warga mengungsi untuk menghindari dampak Merapi sudah pulang
Ia mengatakan 60 warga yang mengungsi tersebut didominasi oleh kelompok rentan yang berasal dari Dukuh Sambungrejo, Ngipiksari, Sukorejo, dan Balerante.
"Ibu-ibu yang paling banyak. Sebagian berasal dari dukuh yang paling atas, yakni Sambungrejo yang jaraknya 4,2 km dari puncak," katanya.
Selanjutnya, ia belum dapat memastikan apakah nanti malam warga akan kembali ke tempat pengungsian yang berada di Balai Desa Balerante tersebut.
"(Kalau aman) nggak usah turun, ini kan sebagai tempat di kala keadaan darurat. Kalau darurat turun ke sini. Di tempat evakuasi sementara ini jaraknya sekitar 8,9 km (dari puncak)," katanya.
Sementara itu, disinggung mengenai proses evakuasi tadi malam, dikatakannya, para pengungsi datang secara mandiri.
"Sejak tahun 2015 ada erupsi freatik warga sudah membekali diri dari sisi armada, yakni dengan kendaraan masing-masing, mereka ngungsinya secara mandiri, tadi malam juga tidak ada yang diambil," katanya.
Kepala Desa Balerante Sukono di Klaten, Kamis mengatakan meningkatnya aktivitas Gunung Merapi mulai terjadi pada Rabu malam tepatnya pukul 21.30 WIB. Selanjutnya pada pukul 24.00 WIB Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyarankan agar warga yang tinggal di desa paling atas untuk turun ke tempat evakuasi sementara.
"Akhirnya saat itu warga berbondong-bondong turun, kemudian jam 06.00 WIB tadi pagi warga kembali ke rumah masing-masing karena kondisinya sudah aman," katanya.
Baca juga: 193 warga mengungsi untuk menghindari dampak Merapi sudah pulang
Ia mengatakan 60 warga yang mengungsi tersebut didominasi oleh kelompok rentan yang berasal dari Dukuh Sambungrejo, Ngipiksari, Sukorejo, dan Balerante.
"Ibu-ibu yang paling banyak. Sebagian berasal dari dukuh yang paling atas, yakni Sambungrejo yang jaraknya 4,2 km dari puncak," katanya.
Selanjutnya, ia belum dapat memastikan apakah nanti malam warga akan kembali ke tempat pengungsian yang berada di Balai Desa Balerante tersebut.
"(Kalau aman) nggak usah turun, ini kan sebagai tempat di kala keadaan darurat. Kalau darurat turun ke sini. Di tempat evakuasi sementara ini jaraknya sekitar 8,9 km (dari puncak)," katanya.
Sementara itu, disinggung mengenai proses evakuasi tadi malam, dikatakannya, para pengungsi datang secara mandiri.
"Sejak tahun 2015 ada erupsi freatik warga sudah membekali diri dari sisi armada, yakni dengan kendaraan masing-masing, mereka ngungsinya secara mandiri, tadi malam juga tidak ada yang diambil," katanya.