Habib Umar Alhamid: Jangan adu domba TNI dan umat Islam

Rabu, 16 Februari 2022 10:04 WIB

Jakarta (ANTARA) - Panglima Generasi Cinta Negeri (Gentari) Habib Umar Alhamid meminta semua pihak mewaspadai upaya yang mencoba mengadu domba antara TNI dan umat Islam dan meminta untuk mengakhiri upaya tersebut.

"Saya minta kepada semua pihak untuk mewaspadai bahaya laten 'adu domba' ini. Karena bahaya adu domba ini lebih besar dari bahaya COVID-19, dampaknya bangsa ini bisa terpecah,” pintanya.

Dia juga menekankan agar semua pihak tidak saling curiga satu sama lain. Dialog dan silaturahmi melalui forum diskusi atau seminar harus lebih dikedepankan.

"Karena saya yakin kalau TNI dan rakyat itu satu. Seperti semboyannya TNI selama ini, yakni dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh Rakyat. Dan, kita semua tahu kalau TNI bukan milikmu, tapi milik kita, rakyat Indonesia," katanya.

Habib Umar menilai ada pihak-pihak tertentu yang mencoba mengadu domba antara TNI dan umat Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari ketegangan antara TNI dan umat Islam akhir-akhir ini.

"Saya melihatnya kejadian tersebut bukanlah kejadian biasa. Karena kejadiannya seperti terstruktur dan masif,” kata Habib Umar.

Habib Umar mencontohkan soal penurunan sejumlah Baliho tokoh ormas yang dilakukan TNI di sejumlah titik yang tersebar di DKI Jakarta. Menurutnya, kenapa harus TNI yang menurunkan baliho tersebut. Padahal masih ada Satpol PP.

"Mungkin saja pada saat itu tidak ada yang berani menurunkannya, maka diinstruksikanlah TNI yang dinilai dekat dan dicintai oleh rakyat,” ucapnya.

Kemudian, Habib Umar juga mencontohkan pernyataan Kasad Dudung tentang “Tuhan bukan orang Arab” yang menuai polemik. Menurutnya, pernyataan Kasad Dudung tersebut, secara eksplisit dan implisit, siapa pun akan mudah mencerna bahwa tidak ada yang salah dengan pernyataan tersebut.

Mayoritas masyarakat paham bahwa kalimat utuhnya tidak ada hal yang salah dengan "makna dan maksud" dari kalimat tersebut.

Namun, selalu saja ada pihak-pihak yang sengaja memanfaatkan situasi tersebut untuk melakukan berbagai upaya berlandaskan pada kepentingan kelompoknya sendiri, semisal mencari panggung, mencari simpati, atau mungkin sengaja mendiskreditkan tokoh-tokoh nasional yang ada.

“Oleh karena itu, saya menyarankan sudahilah upaya-upaya seperti itu. Kita itu negara besar, banyak hal yang lebih produktif yang bisa kita lakukan bersama, utamakan tabayyun, kedepankan persatuan dan kesatuan,” jelasnya.

Terpisah, Ketua Rekat Indonesia Raya Eka Gumilar menyampaikan hal yang sama. Menurutnya, tidak boleh menghakimi pernyataan seseorang sesuai perspektif atau seleranya sendiri. Dia lantas meminta semua pihak mengedepankan tabayun.

“Tabayun itu penting sekali. Juga jangan mudah menghakimi pernyataan orang lain. Itu tidak boleh. Mari kita junjung persatuan dan kesatuan bangsa ini,” katanya.


Editor: M Arief Iskandar


Pewarta : Putu Indah Savitri
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Sertijab, Gus Yaqut dan Menag Nasaruddin Umar saling beri apresiasi

21 October 2024 14:45 Wib

Adik Gus Dur ungkap alasan mau "dipinang" Andika-Hendi

08 October 2024 8:34 Wib

SDIT Umar Bin Khathab Kudus juara umum lomba panahan

26 August 2024 8:28 Wib

Pemkot Surakarta tambah koridor bergaya Malioboro

27 May 2024 16:27 Wib

Untuk wisata religi, makam ulama besar Kiai Sholeh Darat direnovasi

10 March 2023 22:27 Wib, 2023
Terpopuler

Presiden Prabowo bertemu Jokowi di angkringan

PERISTIWA - 04 November 2024 5:03 Wib

Ratusan lapak pedagang ludes akibat kebakaran di Pasar Gubug Grobogan

PERISTIWA - 05 November 2024 14:58 Wib

Pengamat sosial sebut aparat perlu sikapi aksi demo dengan hati-hati

PERISTIWA - 07 November 2024 6:03 Wib

Gelar Pengawasan Daerah Provinsi Jateng, KPK- Sekda Tekankan Integritas ASN

PERISTIWA - 08 November 2024 13:43 Wib

Pasar Modal Indonesia selenggarakan CMSE 2024

EKONOMI - 11 jam lalu