Cilacap (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, melalui Dinas Perikanan setempat mendorong pengembangan budi daya ikan sidat karena selain kaya manfaat juga memiliki potensi ekspor.

"Kami mendorong pengembangan budi daya sidat di berbagai wilayah Cilacap karena nilai ekonominya memang tergolong tinggi," kata Kepala Bidang Perikanan Budi Daya Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Indarto di Cilacap, Jumat.

Ia mengakui pada awalnya, pihaknya mendorong pengembangan budi daya sidat di wilayah timur Cilacap seperti Kecamatan Nusawungu, Kroya, Sampang, Maos, dan Adipala.

Baca juga: Kampung sidat Kaliwungu Cilacap jadi percontohan

Menurut dia, budi daya sidat di wilayah tersebut masih ada hingga sekarang namun kurang berkembang karena usahanya masih dalam skala kecil, belum dibudidayakan secara berkelompok.

"Kalau dibudidayakan secara berkelompok dan kelompoknya kuat akan mampu membudidayakan mulai dari benih seperti yang dikembangkan di Koperasi Mina Sidat Bersatu, Desa Kaliwungu, Kecamatan Kedungreja," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya saat sekarang fokus terhadap pengembangan budi daya sidat di Kaliwungu yang sedang diusulkan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk dijadikan sebagai Kampung Sidat.

Kendati demikian, dia mengatakan pihaknya tetap mendorong pengembangan budi daya sidat di berbagai wilayah Cilacap.

Menurut dia, produksi sidat di Cilacap selama tahun 2021 tercatat mencapai 33,5 ton.

"Pemasaran sidat memang sempat terhambat akibat pandemi dan peluang ekspornya baru kembali terbuka sekitar pertengahan tahun 2021," katanya.

Terkait dengan produksi perikanan budi daya di Cilacap selama tahun 2021, Indarto mengatakan hal itu mencapai 14.339 ton, sedangkan tahun 2020 hanya sebesar 13.908 ton.

Menurut dia, produksi perikanan budi daya terbesar pada tahun 2021 didominasi udang yang mencapai 4.914 ton.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Koperasi Mina Sidat Bersatu Ruddy Sutomo mengatakan pihaknya sebenarnya bisa menjual 1-2 ton per bulan namun sejak adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sama sekali tidak bisa produksi karena banyak restoran di Indonesia yang tutup dan pintu ekspor ke Jepang pun tertutup.

"Saat ini, kami memulainya lagi, sekitar 1-1,5 ton," katanya.

Menurut dia, pihaknya juga telah berkomitmen untuk melakukan upaya konservasi dengan cara menyisihkan 2,5 persen ikan sidat indukan hasil pembesaran untuk dilepas (restocking) di sungai agar bisa melakukan pemijahan secara alami.

Akan tetapi sebelum dilepasliarkan, indukan sidat itu terlebih dahulu diukur dan diberi tanda (tagging) agar ketika ditemukan oleh nelayan bisa diketahui arah pergerakannya.

Baca juga: FAO apresiasi pengembangan kampung sidat di Kaliwungu Cilacap
Baca juga: KKP apresiasi pengelolaan ikan sidat di Kabupaten Cilacap
 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024