Cilacap (ANTARA) - Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization) memberikan apresiasi terhadap pengembangan kampung sidat yang dikelola Koperasi Mina Sidat Bersatu di Desa Kaliwungu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
"Saya sangat senang berada di sini, Desa Kaliwungu, ada Koperasi Mina Sidat Bersatu. Ini (kampung sidat) adalah karya yang sangat mengesankan," kata Kepala Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal di Cilacap, Jateng, Kamis.
Rajendra mengatakan hal itu usai melakukan kunjungan lapangan di kampung sidat, Desa Kaliwungu, Kecamatan Kedungreja, Cilacap, yang merupakan proyek FAO bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan dukungan Fasilitas Lingkungan Global (Global Environment Facility/GEF) dalam kerangka IFish.
Menurut dia, kegiatan Koperasi Mina Sidat Bersatu tidak hanya pada produksi sidat, juga melakukan upaya konservasi terhadap ikan tersebut.
Bahkan, setelah proyek IFish diluncurkan di Kaliwungu, kata dia, desa tersebut berkembang menjadi modern dan dihubungi oleh negara lain.
"Jadi, saya pikir ini adalah kesempatan bagus untuk menunjukkan hal ini di Indonesia. Tidak hanya untuk Indonesia dan provinsi lain di mana kita bisa bekerja sama," katanya.
Rajendra mengaku akan memamerkan kisah kesuksesan Koperasi Mina Sidat Bersatu ke seluruh dunia. "Saya dengan tulus berterima kasih atas semua pekerjaan hebat yang dilakukan oleh Koperasi Mina Sidat Bersatu," katanya menegaskan.
Menurut dia, kampung sidat di Desa Kaliwungu juga menjadi bagian dari rencana KKP yang akan mengembangkan 130 kampung perikanan di berbagai wilayah Indonesia.
Sementara itu, Ketua Koperasi Mina Sidat Bersatu Ruddy Sutomo mengakui program dari FAO memberikan efek positif bagi perkembangan koperasi.
"Tentunya dengan adanya program dari FAO ini semakin mengembangkan dan memperluas jaringan kami, sehingga banyak yang mengenal sidat, banyak yang datang ke sini. Alhamdulillah dari beberapa daerah sudah menjadi mitra Koperasi Mina Sidat Bersatu," katanya.
Terkait dengan produksi ikan sidat, dia mengatakan pihaknya sebenarnya bisa menjual 1-2 ton per bulan namun sejak adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sama sekali tidak bisa produksi karena banyak restoran di Indonesia yang tutup dan pintu ekspor ke Jepang pun tertutup.
"Saat ini, kami memulainya lagi, sekitar 1-1,5 ton," katanya.
Dalam kunjungan lapangan tersebut, Rajendra Aryal beserta sejumlah pejabat KKP berkesempatan meninjau tempat pendederan benih sidat yang dikelola Koperasi Mina Sidat Bersatu.
Selain itu, rombongan juga mengunjungi tempat pengolahan sidat, kolam pembesaran sidat, dan melakukan restocking (pengisian kembali) ikan sidat di aliran Sungai Cibereum, Desa Kaliwungu.
Dalam hal ini, Koperasi Mina Sidat Bersatu telah berkomitmen untuk melakukan upaya konservasi dengan cara menyisihkan 2,5 persen ikan sidat indukan hasil pembesaran untuk dilepas (restocking) di sungai agar bisa melakukan pemijahan secara alami.
Sebelum dilepasliarkan, indukan sidat itu terlebih dahulu diukur dan diberi tanda (tagging) agar ketika ditemukan oleh nelayan bisa diketahui arah pergerakannya.
"Saya sangat senang berada di sini, Desa Kaliwungu, ada Koperasi Mina Sidat Bersatu. Ini (kampung sidat) adalah karya yang sangat mengesankan," kata Kepala Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal di Cilacap, Jateng, Kamis.
Rajendra mengatakan hal itu usai melakukan kunjungan lapangan di kampung sidat, Desa Kaliwungu, Kecamatan Kedungreja, Cilacap, yang merupakan proyek FAO bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan dukungan Fasilitas Lingkungan Global (Global Environment Facility/GEF) dalam kerangka IFish.
Menurut dia, kegiatan Koperasi Mina Sidat Bersatu tidak hanya pada produksi sidat, juga melakukan upaya konservasi terhadap ikan tersebut.
Bahkan, setelah proyek IFish diluncurkan di Kaliwungu, kata dia, desa tersebut berkembang menjadi modern dan dihubungi oleh negara lain.
"Jadi, saya pikir ini adalah kesempatan bagus untuk menunjukkan hal ini di Indonesia. Tidak hanya untuk Indonesia dan provinsi lain di mana kita bisa bekerja sama," katanya.
Rajendra mengaku akan memamerkan kisah kesuksesan Koperasi Mina Sidat Bersatu ke seluruh dunia. "Saya dengan tulus berterima kasih atas semua pekerjaan hebat yang dilakukan oleh Koperasi Mina Sidat Bersatu," katanya menegaskan.
Menurut dia, kampung sidat di Desa Kaliwungu juga menjadi bagian dari rencana KKP yang akan mengembangkan 130 kampung perikanan di berbagai wilayah Indonesia.
Sementara itu, Ketua Koperasi Mina Sidat Bersatu Ruddy Sutomo mengakui program dari FAO memberikan efek positif bagi perkembangan koperasi.
"Tentunya dengan adanya program dari FAO ini semakin mengembangkan dan memperluas jaringan kami, sehingga banyak yang mengenal sidat, banyak yang datang ke sini. Alhamdulillah dari beberapa daerah sudah menjadi mitra Koperasi Mina Sidat Bersatu," katanya.
Terkait dengan produksi ikan sidat, dia mengatakan pihaknya sebenarnya bisa menjual 1-2 ton per bulan namun sejak adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sama sekali tidak bisa produksi karena banyak restoran di Indonesia yang tutup dan pintu ekspor ke Jepang pun tertutup.
"Saat ini, kami memulainya lagi, sekitar 1-1,5 ton," katanya.
Dalam kunjungan lapangan tersebut, Rajendra Aryal beserta sejumlah pejabat KKP berkesempatan meninjau tempat pendederan benih sidat yang dikelola Koperasi Mina Sidat Bersatu.
Selain itu, rombongan juga mengunjungi tempat pengolahan sidat, kolam pembesaran sidat, dan melakukan restocking (pengisian kembali) ikan sidat di aliran Sungai Cibereum, Desa Kaliwungu.
Dalam hal ini, Koperasi Mina Sidat Bersatu telah berkomitmen untuk melakukan upaya konservasi dengan cara menyisihkan 2,5 persen ikan sidat indukan hasil pembesaran untuk dilepas (restocking) di sungai agar bisa melakukan pemijahan secara alami.
Sebelum dilepasliarkan, indukan sidat itu terlebih dahulu diukur dan diberi tanda (tagging) agar ketika ditemukan oleh nelayan bisa diketahui arah pergerakannya.