Purwokerto (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Edi Santoso mengatakan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) tahun ini menjadi momentum untuk terus memperkuat peran pers sebagai rujukan terpercaya.
"Melimpahnya informasi pada era digital membuat publik atau netizen sulit menemukan informasi yang terpercaya. Di sinilah, menurut saya, media arus utama harus tampil sebagai pegangan dan rujukan terpercaya," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Koordinator Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Unsoed tersebut mengatakan pada saat ini disinformasi atau berita bohong banyak bermunculan sehingga masyarakat sulit membedakan mana opini dan mana fakta.
"Di antara banyaknya disinformasi atau berita bohong atau hoaks membuat peran pers menjadi makin penting untuk memberi pencerahan sehingga masyarakat memiliki rujukan yang terpercaya dan berintegritas," katanya.
Dia menambahkan, HPN menjadi momentum untuk terus meningkatkan komitmen dalam mendukung pembangunan di daerah.
"Media arus utama bisa berkolaborasi dengan netizen atau pengguna medsos yang terverifikasi untuk menyuguhkan 'hyperlocal journalism' yang paralel dengan tujuan pembangunan daerah," katanya.
Dia menjelaskan yang dimaksud dengan "hyperlocal journalism" adalah merupakan praktik jurnalisme yang menghadirkan lokalitas.
"Selama ini, jurnalisme seperti ini lebih banyak dilakukan oleh pegiat media sosial. Kolaborasi semacam ini, berdasarkan penelitian kami, sebetulnya sudah mulai terjalin di beberapa daerah. Misalnya, di daerah Brebes, beberapa komunitas jurnalis warga telah menjadi mitra media arus utama. Banyak tulisan dari blog jurnalis warga yang kemudian disebarluaskan melalui media arus utama," katanya.
Dengan demikian, media arus utama akan terus mendapat tempat di tengah masyarakat terlebih jika terus menjaga integritasnya sebagai sumber informasi yang terpercaya.
"Media arus utama memiliki modal profesionalisme, yang itu tidak dimiliki kanal-kanal pribadi. Sumber-sumber medsos mungkin menawarkan kecepatan dan variasi informasi, tetapi miskin akurasi dan jauh dari nilai-nilai etik profesional," katanya.
Dengan demikian, kata dia, peran media arus utama tidak tergantikan kendati pada saat ini peran media sosial dan kanal-kanal pribadi juga terus menguat.
"Peran media arus utama tidak akan tergantikan dan akan terus dicari sebagai tempat konfirmasi berita, terutama kalau menyangkut hal-hal penting," katanya.
"Melimpahnya informasi pada era digital membuat publik atau netizen sulit menemukan informasi yang terpercaya. Di sinilah, menurut saya, media arus utama harus tampil sebagai pegangan dan rujukan terpercaya," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.
Koordinator Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Unsoed tersebut mengatakan pada saat ini disinformasi atau berita bohong banyak bermunculan sehingga masyarakat sulit membedakan mana opini dan mana fakta.
"Di antara banyaknya disinformasi atau berita bohong atau hoaks membuat peran pers menjadi makin penting untuk memberi pencerahan sehingga masyarakat memiliki rujukan yang terpercaya dan berintegritas," katanya.
Dia menambahkan, HPN menjadi momentum untuk terus meningkatkan komitmen dalam mendukung pembangunan di daerah.
"Media arus utama bisa berkolaborasi dengan netizen atau pengguna medsos yang terverifikasi untuk menyuguhkan 'hyperlocal journalism' yang paralel dengan tujuan pembangunan daerah," katanya.
Dia menjelaskan yang dimaksud dengan "hyperlocal journalism" adalah merupakan praktik jurnalisme yang menghadirkan lokalitas.
"Selama ini, jurnalisme seperti ini lebih banyak dilakukan oleh pegiat media sosial. Kolaborasi semacam ini, berdasarkan penelitian kami, sebetulnya sudah mulai terjalin di beberapa daerah. Misalnya, di daerah Brebes, beberapa komunitas jurnalis warga telah menjadi mitra media arus utama. Banyak tulisan dari blog jurnalis warga yang kemudian disebarluaskan melalui media arus utama," katanya.
Dengan demikian, media arus utama akan terus mendapat tempat di tengah masyarakat terlebih jika terus menjaga integritasnya sebagai sumber informasi yang terpercaya.
"Media arus utama memiliki modal profesionalisme, yang itu tidak dimiliki kanal-kanal pribadi. Sumber-sumber medsos mungkin menawarkan kecepatan dan variasi informasi, tetapi miskin akurasi dan jauh dari nilai-nilai etik profesional," katanya.
Dengan demikian, kata dia, peran media arus utama tidak tergantikan kendati pada saat ini peran media sosial dan kanal-kanal pribadi juga terus menguat.
"Peran media arus utama tidak akan tergantikan dan akan terus dicari sebagai tempat konfirmasi berita, terutama kalau menyangkut hal-hal penting," katanya.