Solo (ANTARA) - Perusahaan teknologi BukuWarung berkomitmen mendukung pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), salah satunya dari sisi pencatatan keuangan.
"Sejak berdiri pada tahun 2019, kami aktif blusukan ke UMKM dan di situ kami menemukan masalah di bidang pencatatan keuangan, literasi keuangan," kata Government Relations and Partnership Manager BukuWarung Gusti Raganata pada pelatihan keuangan Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Akses Pembiayaan melalui Literasi Keuangan dan Fasilitasi Studi Kelayakan Usaha bagi UMKM di Kabupaten Sukoharjo, Selasa.
Akibat dari rendahnya literasi keuangan sekaligus edukasi terkait pencatatan keuangan, dikatakannya, sejumlah pelaku UMKM tidak bisa memiliki permodalan yang baik karena tidak memiliki akses dengan lembaga pembiayaan.
"Dari situ akhirnya kami membuat aplikasi BukuWarung yang merupakan aplikasi pencatatan digital. Ke depan BukuWarung juga akan terintegrasi dengan layanan keuangan digital, seperti sistem pembayaran, layanan peminjaman modal," katanya.
Sejak awal berdiri hingga tahun lalu, aplikasi tersebut sudah digunakan oleh lebih dari 7 juta orang.
"Hingga tahun 2021 kami sudah membuat laporan terhadap dampak BukuWarung terhadap UMKM, bahwa kami berkontribusi sebesar 0,27 persen terhadap PDB Indonesia. Kami juga berkontribusi terhadap penambahan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja," katanya.
Dengan berbagai fitur yang tersedia dalam aplikasi tersebut, ia berharap BukuWarung bisa membantu UMKM untuk naik kelas.
"Harapannya UMKM di Indonesia juga bisa meningkatkan literasi keuangan atau bisa memiliki akun bank agar bisa bersaing dengan UMKM manapun sehingga meningkatkan kesejahteraan secara umum," katanya.
Sementara itu, PR Manager di BukuWarung Maisha Ardani mengatakan pada tahun ini ditargetkan terjadi penambahan jumlah pengguna aplikasi tersebut.
"Mudah-mudahan di akhir tahun ini bisa sampai 15 juta pengguna. Harapannya BukuWarung juga bisa menjadi solusi di masa pandemi, sebagai salah satu sarana memperlihatkan laporan keuangan sehingga mendapatkan modal usaha," katanya.
Terkait dengan kegiatan tersebut, BukuWarung tidak hanya menyelenggarakan kegiatan di Kota Solo tetapi juga di sebelas kota lain di Jawa Tengah untuk program literasi keuangan dan delapan kota untuk studi kelayakan usaha.
Beberapa daerah untuk kegiatan tersebut di antaranya Sukoharjo, Banyumas, Cilacap, Tegal, Pekalongan, Semarang, Salatiga, dan Pati.
"Sejak berdiri pada tahun 2019, kami aktif blusukan ke UMKM dan di situ kami menemukan masalah di bidang pencatatan keuangan, literasi keuangan," kata Government Relations and Partnership Manager BukuWarung Gusti Raganata pada pelatihan keuangan Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Akses Pembiayaan melalui Literasi Keuangan dan Fasilitasi Studi Kelayakan Usaha bagi UMKM di Kabupaten Sukoharjo, Selasa.
Akibat dari rendahnya literasi keuangan sekaligus edukasi terkait pencatatan keuangan, dikatakannya, sejumlah pelaku UMKM tidak bisa memiliki permodalan yang baik karena tidak memiliki akses dengan lembaga pembiayaan.
"Dari situ akhirnya kami membuat aplikasi BukuWarung yang merupakan aplikasi pencatatan digital. Ke depan BukuWarung juga akan terintegrasi dengan layanan keuangan digital, seperti sistem pembayaran, layanan peminjaman modal," katanya.
Sejak awal berdiri hingga tahun lalu, aplikasi tersebut sudah digunakan oleh lebih dari 7 juta orang.
"Hingga tahun 2021 kami sudah membuat laporan terhadap dampak BukuWarung terhadap UMKM, bahwa kami berkontribusi sebesar 0,27 persen terhadap PDB Indonesia. Kami juga berkontribusi terhadap penambahan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja," katanya.
Dengan berbagai fitur yang tersedia dalam aplikasi tersebut, ia berharap BukuWarung bisa membantu UMKM untuk naik kelas.
"Harapannya UMKM di Indonesia juga bisa meningkatkan literasi keuangan atau bisa memiliki akun bank agar bisa bersaing dengan UMKM manapun sehingga meningkatkan kesejahteraan secara umum," katanya.
Sementara itu, PR Manager di BukuWarung Maisha Ardani mengatakan pada tahun ini ditargetkan terjadi penambahan jumlah pengguna aplikasi tersebut.
"Mudah-mudahan di akhir tahun ini bisa sampai 15 juta pengguna. Harapannya BukuWarung juga bisa menjadi solusi di masa pandemi, sebagai salah satu sarana memperlihatkan laporan keuangan sehingga mendapatkan modal usaha," katanya.
Terkait dengan kegiatan tersebut, BukuWarung tidak hanya menyelenggarakan kegiatan di Kota Solo tetapi juga di sebelas kota lain di Jawa Tengah untuk program literasi keuangan dan delapan kota untuk studi kelayakan usaha.
Beberapa daerah untuk kegiatan tersebut di antaranya Sukoharjo, Banyumas, Cilacap, Tegal, Pekalongan, Semarang, Salatiga, dan Pati.