Jakarta (ANTARA) - Saat ini terlalu absurd mengharapkan Chelsea, Manchester City dan Liverpool tergelincir, apalagi sampai mengharapkan sering tergelincir, karena skuad mereka terlalu lengkap, terlalu dalam, terlalu kuat.
Kecuali krisis cedera menyerang mereka seperti terjadi pada musim-musim lalu, ketiga klub yang menduduki tiga teratas klasemen Liga Premier itu terlalu sulit dikejar oleh tim-tim di bawahnya, termasuk Manchester United.
Bagi Manchester United sendiri, hal yang paling realistis dicapai selama separuh terakhir masa kompetisi liga musim ini adalah finis empat besar.
Sekalipun jeblok di papan tengah dan tak pernah lagi merasakan gelar liga sejak ditinggalkan Sir Alex Ferguson, Man United masih menjadi salah satu klub yang layak dibahas.
Salah satunya karena tempatnya dalam ekosistem sepak bola Inggris dan Eropa, serta statusnya sebagai salah satu tiga klub sepak bola terpopuler di dunia setelah Barcelona dan Real Madrid, selain menjadi salah satu dari empat klub terkaya di dunia versi majalah Forbes setelah dua raksasa Spanyol itu dan Bayern Muenchen di Jerman.
Dengan di antaranya memiliki 250 juta pengikut di Instagram, Twitter, Facebook dan YouTube, Man United masih menjadi klub paling populer di Inggris, sehingga tetap menarik untuk dibahas, apalagi setiap suksesi pada klub-klub raksasa seperti MU selalu menarik perhatian penggemar sepak bola.
Dan diskusi akan dimulai dengan pertanyaan apakah pelatih baru Ralf Rangnick akan berhasil memasukkan MU ke empat besar?
Ralf Rangnick akan mengawali petualangannya dalam 24 pertandingan liga berikutnya dengan menjamu Crystal Palace dua hari mendatang pada 5 Desember.
Jika melihat jadwal pertandingan dua bulan ke depan sepertinya nasib baik bisa lebih berpihak kepada Manchester United. Dan ini bisa menguntungkan Rangnick.
Sekalipun berhasil atau tidak mengangkat performa MU dalam sisa musim ini Rangnick sepertinya tak berminat melanjutkan diri sebagai manajer permanen, tetap saja ada tuntutan dari dalam dirinya untuk melesatkan MU ke level paling tinggi yang dia mampu.
Ini terutama berkaitan dengan pertaruhan untuk reputasi dan rumus sepak bola menyerang dan menekan-nya yang dikenal dengan gegenpressing.
Dan di atas kertas, Rangnick seharusnya tidak terlalu sulit mencapai target minimal masuk empat besar, karena dua faktor berikut.
Pertama, dia dianugerahi skuad yang penuh talenta dan bintang. Beberapa di antaranya memang sudah dimakan usia, namun sebagian dari yang sudah dimakan usia itu masih tetap bersinar. Contohnya Cristiano Ronaldo yang menyumbangkan dua gol saat menghentikan Arsenal 3-2 dalam pertandingan liga Jumat dini hari tadi.
Rangnick juga memiliki stok pemain muda berlimpah yang selama karir kepelatihan dan manajerial klubnya di Jerman, Austria dan Rusia, selalu memprioritaskan pemain muda.
Di Old Trafford, Rangnick memiliki pemain-pemain muda yang berorientasi menyerang dan menekan yang mungkin memiliki DNA yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan gegenpressing-nya.
Pemain-pemain seperti Bruno Fernandes, Marcus Rashford, Jadon Sancho, Mason Greenwood, Donny van de Beek, dan Scott McTominay adalah di antara pemain muda yang kemungkinan memenuhi kriteria muda energik yang gemar menusuk lawan dan ngotot saat kehilangan bola seperti diinginkan Rangnick.
Berpengaruh besar
Bahkan dalam skuad Setan Merah ada sejumlah pemain yang tak terbilang muda namun selalu ngotot dan ofensif dalam bermanuver. Fred adalah salah satunya.
Rivaldo yang merupakan mantan ikon sepak bola Brazil bahkan menilai Fred memiliki mentalitas seperti diinginkan Rangnick.
Statistik pertandingan sepanjang November lalu memperlihatkan Fred adalah pemain MU yang paling sering menekan lawan sekalipun umpan dia kerap tidak akurat. Dia juga selalu bermain dalam teamwork, yang adalah nilai penting lainnya yang ditekankan Rangnick dalam gegenpressing.
Jika semua ini belum cukup, dia masih bisa mendatangkan pemain-pemain ideal dengan filosofi sepak bola yang dianutnya pada bursa transfer Januari nanti.
Faktor kedua adalah jadwal pertandingan liga yang lebih menguntungkan Man United yang dalam 13 pertandingan ke depan praktis hanya menemukan West Ham United sebagai lawan yang berpotensi merepotkan mereka.
Sebelum menghadapi derbi Manchester 5 Maret mendatang di mana saat itu Setan Merah mungkin sudah terbiasa dengan taktik sepak bola menekan ala Rangnick, Man United bakal menghadapi 13 tim yang hampir semuanya secara teoritis di bawah kelas mereka.
Jika mulus dalam 13 pertandingan liga ke depan, maka perhitungan poin paling optimistis yang diperoleh MU adalah 30 poin. Tetapi tidak mustahil jika mendapatkan semua 39 poin dari 13 laga itu.
Tapi masih ada kekurangan pada diri Rangnick, yakni belum pernah membawa tim menjuarai liga, rekam jejak yang justru dimiliki Louis van Gaal dan Jose Mourinho yang memang bertabur trofi juara liga, bahkan Liga Champions.
Di luar reputasinya yang ahli melesatkan tim-tim tak dikenal ke liga elite Bundesliga, sukses paling besar Rangnick dalam liga adalah membawa RB Leipzig finis urutan ketiga pada musim 2018-2019.
Rangnick juga masih asing dengan kultur sepak bola Liga Inggris, walaupun kabarnya sewaktu muda pernah studi di negara ini dan menjadi penggemar salah satu klub Inggris. Manchester United sendiri adalah klub raksasa pertama yang dia latih.
Namun pelatih yang mengawali karir kepelatihannya pada1980-an itu piawai dalam mentransformasi klub-klub yang dipimpinnya, bahkan metode sepak bolanya menginspirasi pelatih-pelatih seperti Jurgen Klopp dan Thomas Tuchel yang tengah mendominasi Liga Inggris dan bahkan Eropa, bersama Pep Guardiola.
Rangnick juga berpengaruh besar kepada dua klub Red Bull, yakni Leipzig di Jerman dan Salzburg di Austria, lewan peran pentingnya dalam proses rekrutmen pemain.
Pemain-pemain seperti Erling Haaland dan Sadio Mane bertransformasi dari bukan siapa-siapa menjadi superstar-superstar seperti sekarang berkat pria berusia 63 tahun ini.
Selain gegenpressing yang bisa membuat United berubah agresif, Rangnick diharapkan bisa melecut pemain muda Setan Merah untuk berkembang menjadi seperti Haaland dan Mane.
Atmosfer seperti ini bisa menciptakan kompetisi yang sengit di kalangan pemain MU yang ada akhirnya membuat pemain berusaha keras mengeluarkan potensi terbaiknya.
Jika berjalan seperti ini maka seharusnya bukan misi yang mustahil bagi Ralf Rangnik untuk melontarkan kembali Setan Merah ke tempat tinggi selama sisa musim ini, bahkan lebih dari sekadar masuk empat besar pun bisa.
Kecuali krisis cedera menyerang mereka seperti terjadi pada musim-musim lalu, ketiga klub yang menduduki tiga teratas klasemen Liga Premier itu terlalu sulit dikejar oleh tim-tim di bawahnya, termasuk Manchester United.
Bagi Manchester United sendiri, hal yang paling realistis dicapai selama separuh terakhir masa kompetisi liga musim ini adalah finis empat besar.
Sekalipun jeblok di papan tengah dan tak pernah lagi merasakan gelar liga sejak ditinggalkan Sir Alex Ferguson, Man United masih menjadi salah satu klub yang layak dibahas.
Salah satunya karena tempatnya dalam ekosistem sepak bola Inggris dan Eropa, serta statusnya sebagai salah satu tiga klub sepak bola terpopuler di dunia setelah Barcelona dan Real Madrid, selain menjadi salah satu dari empat klub terkaya di dunia versi majalah Forbes setelah dua raksasa Spanyol itu dan Bayern Muenchen di Jerman.
Dengan di antaranya memiliki 250 juta pengikut di Instagram, Twitter, Facebook dan YouTube, Man United masih menjadi klub paling populer di Inggris, sehingga tetap menarik untuk dibahas, apalagi setiap suksesi pada klub-klub raksasa seperti MU selalu menarik perhatian penggemar sepak bola.
Dan diskusi akan dimulai dengan pertanyaan apakah pelatih baru Ralf Rangnick akan berhasil memasukkan MU ke empat besar?
Ralf Rangnick akan mengawali petualangannya dalam 24 pertandingan liga berikutnya dengan menjamu Crystal Palace dua hari mendatang pada 5 Desember.
Jika melihat jadwal pertandingan dua bulan ke depan sepertinya nasib baik bisa lebih berpihak kepada Manchester United. Dan ini bisa menguntungkan Rangnick.
Sekalipun berhasil atau tidak mengangkat performa MU dalam sisa musim ini Rangnick sepertinya tak berminat melanjutkan diri sebagai manajer permanen, tetap saja ada tuntutan dari dalam dirinya untuk melesatkan MU ke level paling tinggi yang dia mampu.
Ini terutama berkaitan dengan pertaruhan untuk reputasi dan rumus sepak bola menyerang dan menekan-nya yang dikenal dengan gegenpressing.
Dan di atas kertas, Rangnick seharusnya tidak terlalu sulit mencapai target minimal masuk empat besar, karena dua faktor berikut.
Pertama, dia dianugerahi skuad yang penuh talenta dan bintang. Beberapa di antaranya memang sudah dimakan usia, namun sebagian dari yang sudah dimakan usia itu masih tetap bersinar. Contohnya Cristiano Ronaldo yang menyumbangkan dua gol saat menghentikan Arsenal 3-2 dalam pertandingan liga Jumat dini hari tadi.
Rangnick juga memiliki stok pemain muda berlimpah yang selama karir kepelatihan dan manajerial klubnya di Jerman, Austria dan Rusia, selalu memprioritaskan pemain muda.
Di Old Trafford, Rangnick memiliki pemain-pemain muda yang berorientasi menyerang dan menekan yang mungkin memiliki DNA yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan gegenpressing-nya.
Pemain-pemain seperti Bruno Fernandes, Marcus Rashford, Jadon Sancho, Mason Greenwood, Donny van de Beek, dan Scott McTominay adalah di antara pemain muda yang kemungkinan memenuhi kriteria muda energik yang gemar menusuk lawan dan ngotot saat kehilangan bola seperti diinginkan Rangnick.
Berpengaruh besar
Bahkan dalam skuad Setan Merah ada sejumlah pemain yang tak terbilang muda namun selalu ngotot dan ofensif dalam bermanuver. Fred adalah salah satunya.
Rivaldo yang merupakan mantan ikon sepak bola Brazil bahkan menilai Fred memiliki mentalitas seperti diinginkan Rangnick.
Statistik pertandingan sepanjang November lalu memperlihatkan Fred adalah pemain MU yang paling sering menekan lawan sekalipun umpan dia kerap tidak akurat. Dia juga selalu bermain dalam teamwork, yang adalah nilai penting lainnya yang ditekankan Rangnick dalam gegenpressing.
Jika semua ini belum cukup, dia masih bisa mendatangkan pemain-pemain ideal dengan filosofi sepak bola yang dianutnya pada bursa transfer Januari nanti.
Faktor kedua adalah jadwal pertandingan liga yang lebih menguntungkan Man United yang dalam 13 pertandingan ke depan praktis hanya menemukan West Ham United sebagai lawan yang berpotensi merepotkan mereka.
Sebelum menghadapi derbi Manchester 5 Maret mendatang di mana saat itu Setan Merah mungkin sudah terbiasa dengan taktik sepak bola menekan ala Rangnick, Man United bakal menghadapi 13 tim yang hampir semuanya secara teoritis di bawah kelas mereka.
Jika mulus dalam 13 pertandingan liga ke depan, maka perhitungan poin paling optimistis yang diperoleh MU adalah 30 poin. Tetapi tidak mustahil jika mendapatkan semua 39 poin dari 13 laga itu.
Tapi masih ada kekurangan pada diri Rangnick, yakni belum pernah membawa tim menjuarai liga, rekam jejak yang justru dimiliki Louis van Gaal dan Jose Mourinho yang memang bertabur trofi juara liga, bahkan Liga Champions.
Di luar reputasinya yang ahli melesatkan tim-tim tak dikenal ke liga elite Bundesliga, sukses paling besar Rangnick dalam liga adalah membawa RB Leipzig finis urutan ketiga pada musim 2018-2019.
Rangnick juga masih asing dengan kultur sepak bola Liga Inggris, walaupun kabarnya sewaktu muda pernah studi di negara ini dan menjadi penggemar salah satu klub Inggris. Manchester United sendiri adalah klub raksasa pertama yang dia latih.
Namun pelatih yang mengawali karir kepelatihannya pada1980-an itu piawai dalam mentransformasi klub-klub yang dipimpinnya, bahkan metode sepak bolanya menginspirasi pelatih-pelatih seperti Jurgen Klopp dan Thomas Tuchel yang tengah mendominasi Liga Inggris dan bahkan Eropa, bersama Pep Guardiola.
Rangnick juga berpengaruh besar kepada dua klub Red Bull, yakni Leipzig di Jerman dan Salzburg di Austria, lewan peran pentingnya dalam proses rekrutmen pemain.
Pemain-pemain seperti Erling Haaland dan Sadio Mane bertransformasi dari bukan siapa-siapa menjadi superstar-superstar seperti sekarang berkat pria berusia 63 tahun ini.
Selain gegenpressing yang bisa membuat United berubah agresif, Rangnick diharapkan bisa melecut pemain muda Setan Merah untuk berkembang menjadi seperti Haaland dan Mane.
Atmosfer seperti ini bisa menciptakan kompetisi yang sengit di kalangan pemain MU yang ada akhirnya membuat pemain berusaha keras mengeluarkan potensi terbaiknya.
Jika berjalan seperti ini maka seharusnya bukan misi yang mustahil bagi Ralf Rangnik untuk melontarkan kembali Setan Merah ke tempat tinggi selama sisa musim ini, bahkan lebih dari sekadar masuk empat besar pun bisa.