Semarang (ANTARA) - Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 3 Jateng-DIY Aman Santosa menyebutkan penggunaan layanan perbankan digital menunjukkan tren peningkatan, bahkan lebih tinggi selama pandemi COVID-19.

"Perubahan perilaku terjadi di masyarakat sebenarnya bukan karena pandemi, tetapi dengan adanya pandemi semakin meningkat dan hal ini harus disikapi perbankan, karena jika tidak perbankan akan tertinggal," kata Aman Santosa saat memberikan pelatihan wartawan cetak dan elektronik, di Yogyakarta, Jumat (26/11).

Aman menjelaskan peningkatan penggunaan layanan digital tersebut antara lain terjadi pada perilaku masyarakat yang melalukan top up e-wallet (81 persen), transfer uang (78 persen), pembayaran listrik dan PDAM (55 persen).

Kemudian pembelian pulsa listrik dan token listrik (53 persen), pembayaran akun virtual (50 persen), pembayaran kartu kredit (35 persen), top up uang elektronik seperti e-money dan flazz (21 persen), dan transaksi cardless (15 persen).

"Sebagian perbankan sudah mulai sadar dan merespon adanya perubahan perilaku masyarakat tersebut dengan menerapkan berbagai strategi," kata Aman.

Salah satu strategi yang diterapkan di antaranya sejumlah bank tidak lagi membuka kantor cabang di Jawa Tengah dan lebih mengedepankan para Agen Laku Pandai yang tersebar di seluruh wilayah serta penerapan m-banking.

Aman menyebutkan dari data yang ada menunjukkan adanya tren kenaikan penutupan kantor cabang yang diimbangi tren penurunan pembukaan ATM.

"Transformasi digital terlihat diberbagai aspek dan perbankan harus siap, karena potensinya setelah pandemi berakhir kenyamanan kebiasaan baru tersebut akan terus berlanjut," kata Aman.

Oleh karena itu, kata Aman, OJK terus mendorong perbankan baik bank umum maupun BPR untuk sigap menangkap perubahan tersebut.

Dalam kesempatan tersebut Aman juga menyebutkan realisasi penyaluran kredit selama pandemi COVID-19 mencapai Rp31.702 miliar selama periode Januari sampai Agustus 2021 dan sebanyak 42 persen di antaranya untuk UMKM.

"Penyaluran KUR di Jateng mencapai 18 persen atau tertinggi secara nasional dan banyak faktor sebagai pendukungnya," kata Aman.

Sejumlah faktor tersebut di antaranya adanya Tim Akselerasi Percepatan Pembangunan Daerah (TAPD), peran bank di Jateng dalam melakukan penetrasi di daerah-daerah. Jadi bank lebih agresif dalam menyalurkan KUR," kata Aman.

Aman mencontohkan BRI dan Bank Jateng yang memiliki cabang hampir di seluruh pelosok Jawa Tengah, dimana BRI dan Bank Jateng merupakan dua bank dengan porsi penyaluran KUR tertinggi di Jateng.

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024