Semarang (ANTARA) - Pakar marketing Yuswohady memperkirakan perekonomian Indonesia segera rebound bersamaan dengan meningkatnya optimisme dan belanja masyarakat setelah melewati gelombang kedua COVID-19 pada Juni-Juli 2021.

"Kuartal IV 2021 tanda-tanda rebound makin kelihatan, persiapan untuk recovery," kata Yuswohady dalam bincang virtual bertajuk New Normal Talks: Narasi Bisnis Pascavaksin yang diadakan Telkom Indonesia, Kamis.

Selain Yuswohady, tampil sebagai narasumber dalam bincang tersebut Senior Vice President (SVP) Corporate Communication and Investor Relation Telkom Ahmad Reza dengan pemandu Sabri Rasyid, AVP Extcomm Telkom.

Baca juga: Menko Airlangga: Pertumbuhan ekonomi Indonesia ke arah positif

Yuswohady mengemukakan saat ini muncul fenomena dan tren revenge travel atau aksi balas dendam berlibur setelah 1,5 tahun terkunci PPKM. Kawasan Puncak macet, pariwisata Bali bergeliat, resto, kafe, dan tempat umum lainnya juga mengalami hal sama.

"Tingkat okupansi kawasan The Nusa Dua Bali periode Januari-Juni 2021 terus mengalami peningkatan, 7,71 persen hingga 19,88 persen," katanya.

Menurut Yuswohady, kuartal IV 2021 perekonomian Indonesia akan tumbuh pesat dan mencapai puncaknya hingga kuartal I atau semester I 2022 sebelum menuju keseimbangan baru.

Namun Yuswohady menggarisbawahi bahwa rebound tersebut terjadi apabila pada kurun waktu tersebut tidak dibarengi dengan munculnya gelombang ketiga COVID-19.

Ketika masyarakat makin berani keluar untuk membelanjakan uang dan waktunya pada November-Desember 2021, katanya, memang ada kekhawatiran pada awal 2022 muncul gelombang ketiga.

Akan tetapi, katanya mengingatkan, kalaupun terjadi penambahan kasus COVID-19, jumlanya tidak akan semeledak seperti pada gelombang kedua pada pertengahan 2021.

Karena, menurut penulis puluhan buku marketing tersebut, vaksinasi sudah berjalan dengan menyasar lebih dari 94 juta penduduk, 50 juta lebih di antaranya sudah memperoleh dosis lengkap.

"Jadi, vaksin ini memang benar-benar the real game changer," katanya.

Selain itu, masyarakat saat ini juga lebih pintar dan berpengalaman dalam menghadapi COVID-19, tidak seperti awal 2020. Pada awal 2020, sebagian besar masyarakat memang tidak tahu apa yang harus dilakukan kecuali hanya bagaimana bisa selamat, memenuhi kebutuhan dasar, dan bertahan hidup.

Oleh karena itu, Yuswohady memperkirakan pada 2022 bakal banyak terjadi lompatan yang dilakukan oleh pemain-pemain terbaik di bidangnya. "Tahun 2022 merupakan kesempatan membuat lompatan," katanya.

Mengutip hasil survei yang dilakukan Inventure-Alvara belum lama ini, Yuswohady mengungkapkan hampir 60 persen konsumen Indonesia yakin ekonomi bakal pulih pada 2021. Sebanyak 51,5 persen responden juga yakin pandemi akan berakhir 2021.

Terbesar di Asteng
Ahmad Reza memproyeksikan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia mencapai 124 miliar dolar AS dan akan menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2025.

Pada 2019, katanya, ekonomi digital Indonesia berkontribusi sekitar 2,9 persen dari PDB dan akan terus tumbuh seiring dengan pesatnya kemajuan dan perkembangan teknologi digital di Indonesia.

Lima sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara tersebut adalah e-commerce, transportasi dan makanan, online travel, online media, serta layanan finansial.

Telkom Indonesia, katanya, akan tetap menjadi pemain penting dalam perjalanan teknologi digital di Indonesia yang terus berkembang pesat tersebut. 

Baca juga: Menko Perekonomian: Penanganan COVID-19 Indonesia diakui lebih baik
Baca juga: KIT Batang ikut pulihkan perekonomian

Pewarta : Achmad Zaenal M
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024