Purwokerto (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, optimistis produksi tanaman pangan khususnya padi, jagung, dan kedelai di wilayah itu meningkat pada tahun 2021 seiring dengan adanya penambahan luas tanam pada musim kemarau.
"Saat ini sebenarnya keuntungan bagi petani karena sebetulnya sudah musim kemarau, tapi istilah kita kemarau basah karena beberapa minggu kemarin masih banyak hujan. Seminggu ini baru satu kali hujan," kata Kepala Dinpertan KP Kabupaten Banyumas Jaka Budi Santoso di Purwokerto, Banyumas, Jumat siang.
Bahkan, kata dia, wilayah yang biasa terdampak kekeringan seperti Kecamatan Kemranjen, Sumpiuh, dan Tambak, sampai saat ini masih terkendali.
Oleh karena itu, kata dia, pola tata tanam yang dilakukan hampir tidak ada perubahan dan masih sama seperti tahun sebelumnya.
"Insya Allah nanti produksi untuk tahun ini, baik padi maupun palawija, ada peningkatan," katanya.
Menurut dia, hal itu disebabkan pada musim kemarau atau musim tanam sadon tahun 2021 terdapat penambahan luas tanam untuk tanaman padi, kedelai, dan jagung.
Dalam hal ini, kata dia, pada tanggal 29 Juli 2021 terdapat penambahan luas tanam untuk tanaman padi seluas 62 hektare, jagung seluas 6 hektare, dan kedelai 114 hektare.
"Dengan demikian, total luas tambah tanam pada musim sadon hingga tanggal 29 Juli tercatat untuk padi mencapai 2.194 hektare, jagung seluas 278 hektare, dan kedelai seluas 677 hektare," katanya.
Lebih lanjut, Jaka mengatakan pertanian merupakan salah satu sektor yang tahan terhadap pandemi COVID-19 karena sektor-sektor lainnya seperti pariwisata, jasa, dan perdagangan banyak yang tumbang.
Kendati demikian, dia mengakui harga gabah di tingkat petani saat sekarang justru anjlok di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) seiring dengan adanya peningkatan produksi.
"Di mana-mana panen raya, sehingga harga gabah kering panen menjadi turun," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pemerintah bersama Perum Bulog berupaya mengendalikan harga gabah dengan melakukan penyerapan atau pembelian dari petani sesuai HPP.
"Saat ini sebenarnya keuntungan bagi petani karena sebetulnya sudah musim kemarau, tapi istilah kita kemarau basah karena beberapa minggu kemarin masih banyak hujan. Seminggu ini baru satu kali hujan," kata Kepala Dinpertan KP Kabupaten Banyumas Jaka Budi Santoso di Purwokerto, Banyumas, Jumat siang.
Bahkan, kata dia, wilayah yang biasa terdampak kekeringan seperti Kecamatan Kemranjen, Sumpiuh, dan Tambak, sampai saat ini masih terkendali.
Oleh karena itu, kata dia, pola tata tanam yang dilakukan hampir tidak ada perubahan dan masih sama seperti tahun sebelumnya.
"Insya Allah nanti produksi untuk tahun ini, baik padi maupun palawija, ada peningkatan," katanya.
Menurut dia, hal itu disebabkan pada musim kemarau atau musim tanam sadon tahun 2021 terdapat penambahan luas tanam untuk tanaman padi, kedelai, dan jagung.
Dalam hal ini, kata dia, pada tanggal 29 Juli 2021 terdapat penambahan luas tanam untuk tanaman padi seluas 62 hektare, jagung seluas 6 hektare, dan kedelai 114 hektare.
"Dengan demikian, total luas tambah tanam pada musim sadon hingga tanggal 29 Juli tercatat untuk padi mencapai 2.194 hektare, jagung seluas 278 hektare, dan kedelai seluas 677 hektare," katanya.
Lebih lanjut, Jaka mengatakan pertanian merupakan salah satu sektor yang tahan terhadap pandemi COVID-19 karena sektor-sektor lainnya seperti pariwisata, jasa, dan perdagangan banyak yang tumbang.
Kendati demikian, dia mengakui harga gabah di tingkat petani saat sekarang justru anjlok di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) seiring dengan adanya peningkatan produksi.
"Di mana-mana panen raya, sehingga harga gabah kering panen menjadi turun," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pemerintah bersama Perum Bulog berupaya mengendalikan harga gabah dengan melakukan penyerapan atau pembelian dari petani sesuai HPP.