Semarang (ANTARA) -
Lima alternatif yang dibahas dalam Rakor Ketersediaan Oksigen Medis Jawa Tengah di kantor Gubernur Jateng , Semarang, Selasa itu, teknis distribusi yang terkendala akses rumah sakit, konversi oksigen industri ke kesehatan, penghematan oksigen oleh rumah sakit, instalasi oksigen generator, hingga penggabungan perusahaan pemasok oksigen.
"Kami mencoba meminta melalui pemerintah pusat, 'mbok' dikonversi. Konversilah yang dari industri ke kesehatan agar (kekurangan pasokan oksigen, red.) bisa terpenuhi," kata Ganjar.
Menurut dia, permasalahan lainnya adalah teknis pengiriman oksigen sebab seringkali kendaraan pengangkut oksigen berkapasitas besar (isotank) tidak bisa masuk rumah sakit.
"(Transporter, red.) yang gede-gede ini tidak mungkin karena rata-rata rumah sakitnya tidak menyiapkan (jalan masuk, red.) yang lebih lebar. 'Waduh Pak ada gapurane, ada pagere Pak', nah saya bilang kalau seperti itu dirobohkan aja gapuranya 'wong' sudah darurat," tegas Ganjar.
Alternatif lainnya yakni penghematan oksigen di rumah sakit dengan cara mengganti alat dari HFNC (High Flow Nasal Cannula) ke Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) yang aliran oksigennya tidak terlalu tinggi, serta harganya lebih terjangkau.
"Itu sudah dipraktikkan di Rumah Sakit Moewardi. Maka tadi kami sampaikan sama Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia apakah setuju, minimal dari sisi penghematan. Jadi gerakannya di hulu kami mencari, transporternya aman, rumah sakit bisa berhemat, tapi ini 'sustain' sehingga kemudian stok yang ada di rumah sakit itu mencukupi untuk meng-'cover' pasien," ujarnya.
Selain itu, Ganjar juga berencana menggabungkan kelola perusahaan pemasok dengan distributor oksigen di masa darurat ini sehingga pelaksanaannya bisa terbuka dan lebih cepat mengatasi ketersediaan oksigen ini.
"Perusahaan-perusahaan supplier yang ada, distributor yang ada mau gabungkan agar punya MoU sehingga menjadi open access, 'kalau gak 'kan nanti sendiri-sendiri, ini punyaku kok saya gak mau setor sana kok'. Gak bisa, ini kondisi darurat," katanya.(LHP)
Baca juga: Bupati Purbalingga pantau persediaan tabung oksigen
Baca juga: Pemkab Pekalongan berupaya mencukupi oksigen di RSUD Kraton
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beserta pihak terkait membahas lima alternatif upaya pemenuhan kebutuhan oksigen seluruh wilayah di Jateng dengan mengedepankan situasi kedaruratan.
Lima alternatif yang dibahas dalam Rakor Ketersediaan Oksigen Medis Jawa Tengah di kantor Gubernur Jateng , Semarang, Selasa itu, teknis distribusi yang terkendala akses rumah sakit, konversi oksigen industri ke kesehatan, penghematan oksigen oleh rumah sakit, instalasi oksigen generator, hingga penggabungan perusahaan pemasok oksigen.
"Kami mencoba meminta melalui pemerintah pusat, 'mbok' dikonversi. Konversilah yang dari industri ke kesehatan agar (kekurangan pasokan oksigen, red.) bisa terpenuhi," kata Ganjar.
Menurut dia, permasalahan lainnya adalah teknis pengiriman oksigen sebab seringkali kendaraan pengangkut oksigen berkapasitas besar (isotank) tidak bisa masuk rumah sakit.
"(Transporter, red.) yang gede-gede ini tidak mungkin karena rata-rata rumah sakitnya tidak menyiapkan (jalan masuk, red.) yang lebih lebar. 'Waduh Pak ada gapurane, ada pagere Pak', nah saya bilang kalau seperti itu dirobohkan aja gapuranya 'wong' sudah darurat," tegas Ganjar.
Alternatif lainnya yakni penghematan oksigen di rumah sakit dengan cara mengganti alat dari HFNC (High Flow Nasal Cannula) ke Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) yang aliran oksigennya tidak terlalu tinggi, serta harganya lebih terjangkau.
"Itu sudah dipraktikkan di Rumah Sakit Moewardi. Maka tadi kami sampaikan sama Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia apakah setuju, minimal dari sisi penghematan. Jadi gerakannya di hulu kami mencari, transporternya aman, rumah sakit bisa berhemat, tapi ini 'sustain' sehingga kemudian stok yang ada di rumah sakit itu mencukupi untuk meng-'cover' pasien," ujarnya.
Selain itu, Ganjar juga berencana menggabungkan kelola perusahaan pemasok dengan distributor oksigen di masa darurat ini sehingga pelaksanaannya bisa terbuka dan lebih cepat mengatasi ketersediaan oksigen ini.
"Perusahaan-perusahaan supplier yang ada, distributor yang ada mau gabungkan agar punya MoU sehingga menjadi open access, 'kalau gak 'kan nanti sendiri-sendiri, ini punyaku kok saya gak mau setor sana kok'. Gak bisa, ini kondisi darurat," katanya.(LHP)
Baca juga: Bupati Purbalingga pantau persediaan tabung oksigen
Baca juga: Pemkab Pekalongan berupaya mencukupi oksigen di RSUD Kraton