Purwokerto (ANTARA) - Pakar pertanian dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Purwanto mengingatkan pentingnya menanam padi dengan varietas tahan kekeringan saat musim tanam ketiga guna menghindari risiko gagal panen.

"Pada wilayah tertentu di mana pada musim tanam ketiga atau musim kemarau masih terdapat potensi hujan, ada petani yang masih mengupayakan menanam padi maka perlu menggunakan varietas yang memiliki ketahanan terhadap kekeringan," katanya di Purwokerto, Jawa Tengah, Senin.

Dosen jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Unsoed itu menambahkan contoh varietas yang memiliki ketahanan terhadap kekeringan antara lain varietas Inpago Unsoed 1, Situ Bagendit dan lain sebagainya. Dengan penggunaan varietas unggul, kata dia, diharapkan dapat menghindari risiko gagal panen.

"Kendati demikian perlu juga dipastikan bahwa masih terdapat potensi hujan atau terdapat sumber air yang lainnya," katanya.

Baca juga: Akademisi ingatkan pentingnya rotasi tanam saat musim kemarau

Menurut dia, jika ketersediaan air tidak mencukupi maka sebaiknya petani melakukan rotasi tanam dari padi menjadi palawija.

Hal senada disampaikan Guru Besar Fakultas Pertanian Unsoed Prof. Loekas Soesanto yang mengingatkan bahwa menanam palawija merupakan solusi terbaik saat musim kemarau guna mencegah gagal panen.

"Solusi terbaik saat musim kemarau dan ketersediaan air irigasi mulai berkurang adalah melakukan rotasi tanaman padi dengan palawija," katanya.

Menurut dia, bila petani masih tetap ingin menanam padi karena merasa ketersediaan air irigasi di wilayahnya masih banyak maka bisa saja dilanjutkan.

"Menurut saya itu sangat tergantung dari ketersediaan air irigasi, jika ketersediannya masih ada bisa lanjut, tetapi yang terbaik adalah rotasi dengan palawija," katanya.

Dia mengatakan palawija merupakan jenis tanaman yang hemat air sehingga tidak memerlukan air irigasi yang melimpah.

"Karena itu palawija merupakan bagian penting dalam rotasi tanaman saat kemarau, contohnya adalah kacang hijau, kedelai, jagung dan lain sebagainya," katanya.

Baca juga: Jateng surplus beras 2,8 juta ton saat pandemi COVID-19
Baca juga: Musim tanam, petani diimbau waspadai wereng batang coklat

Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024