Boyolali (ANTARA) - Pedagang pasar tradisional di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, sudah kembali beraktivitas seperti biasa setelah tutup sehari ikut menyukseskan gerakan "Boyolali di Rumah Saja", sehingga tidak berjualan selama satu hari khusus Minggu.
"Pemerintah Kabupaten Boyolali menerapkan gerakan Boyolali di Rumah Saja pada Minggu (27/6), mendapat dukungan dan respons baik oleh para pedagang pasar tradisional dengan tidak berjualan selama sehari," kata Kepala UPT Pasar Tradisional Boyolali, Teguh Siswanto, di Boyolali, Senin.
Para pedagang pasar di Boyolali kini sudah mulai beraktivitas kembali seperti biasa setelah mereka libur satu hari.
Menurut Teguh, imbauan Gerakan Boyolali di Rumah Saja tersebut sudah disosialisasikan beberapa hari sebelumnya agar para pedagang siap mendukung gerakan itu, untuk mencegah penularan COVID-19.
"Kami melakukan sosialisasi kepada semua pedagang dan pengunjung di pasar tradisional Boyolali, pada Jumat (25/6), bahwa Gerakan Boyolali di Rumah Saja digelar khusus hari Minggu saja," katanya.
Menurut dia, dampak dari gerakan Boyolali di Rumah Saja tersebut cukup terasa dari segi pendapatan dan pelayanan yang kurang maksimal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Namun, hal tersebut dapat teratasi karena masyarakat telah belanja memenuhi kebutuhan pokok pada Sabtu (26/6) atau sebelum diliburkan pada Minggu (27/6).
"Kami untuk dampak perekonomian memang dari pendapatan memang berkurang. Namun, soal kebutuhan pokok dari masyarakat atau pengunjung pasar itu, sudah antisipasi belanja sebelum gerakan itu, dimulai," katanya.
UPT Pasar Boyolali menaungi tujuh pasar dengan retribusi setiap hari berkisar Rp3 juta. Dalam masa pandemi COVID-19 ini, omzet di Pasar Boyolali mencapai Rp2 miliar.
Salah satu pedagang Pasar Boyolali, Eni Widayati, mengaku mulai beraktivitas kembali untuk berjualan ayam seperti biasa pada Senin ini.
Dirinya ikut gerakan Boyolali di Rumah Saja, libur selama satu hari pada Minggu (27/6).
"Saya melihat bukan hanya pasar tradisional yang tutup, tetapi juga toko, kios, swalayan, dan warung-warung di pusat Kota Boyolali. Meskipun saya libur tetapi omzet berjualan daging ayam rata-rata mencapai Rp4 juta hingga Rp5 juta per hari dan mampu meraup keuntungan sekitar Rp1 juta hingga Rp1,5 juta dari hasil berjualan dua kuintal ayam setiap harinya," katanya.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Boyolali Karseno mengatakan gerakan Boyolali di Rumah Saja sudah disosialisasikan ke pasar-pasar tradisional di Boyolali, sehingga para pedagang dan pengunjung berpartisipasi untuk tidak ada kegiatan di pasar khusus pada hari Minggu (27/6) dan Minggu (4/7).
"Kami sudah memberitahukan sebelumnya kepada para pedagang dan peguyupannya pada hari Minggu tutup mendukung pemerintah daerah dalam menekan angka COVID-19 melalui gerakan Boyolali di Rumah Saja," katanya.
Di Boyolali ada 33 pasar tradisional yang semua memahami soal gerakan Boyolali di Rumah Saja, sehingga kedisiplinan tidak ada aktivitas di pasar berjalan sukses dan lancar.
"Pemerintah Kabupaten Boyolali menerapkan gerakan Boyolali di Rumah Saja pada Minggu (27/6), mendapat dukungan dan respons baik oleh para pedagang pasar tradisional dengan tidak berjualan selama sehari," kata Kepala UPT Pasar Tradisional Boyolali, Teguh Siswanto, di Boyolali, Senin.
Para pedagang pasar di Boyolali kini sudah mulai beraktivitas kembali seperti biasa setelah mereka libur satu hari.
Menurut Teguh, imbauan Gerakan Boyolali di Rumah Saja tersebut sudah disosialisasikan beberapa hari sebelumnya agar para pedagang siap mendukung gerakan itu, untuk mencegah penularan COVID-19.
"Kami melakukan sosialisasi kepada semua pedagang dan pengunjung di pasar tradisional Boyolali, pada Jumat (25/6), bahwa Gerakan Boyolali di Rumah Saja digelar khusus hari Minggu saja," katanya.
Menurut dia, dampak dari gerakan Boyolali di Rumah Saja tersebut cukup terasa dari segi pendapatan dan pelayanan yang kurang maksimal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Namun, hal tersebut dapat teratasi karena masyarakat telah belanja memenuhi kebutuhan pokok pada Sabtu (26/6) atau sebelum diliburkan pada Minggu (27/6).
"Kami untuk dampak perekonomian memang dari pendapatan memang berkurang. Namun, soal kebutuhan pokok dari masyarakat atau pengunjung pasar itu, sudah antisipasi belanja sebelum gerakan itu, dimulai," katanya.
UPT Pasar Boyolali menaungi tujuh pasar dengan retribusi setiap hari berkisar Rp3 juta. Dalam masa pandemi COVID-19 ini, omzet di Pasar Boyolali mencapai Rp2 miliar.
Salah satu pedagang Pasar Boyolali, Eni Widayati, mengaku mulai beraktivitas kembali untuk berjualan ayam seperti biasa pada Senin ini.
Dirinya ikut gerakan Boyolali di Rumah Saja, libur selama satu hari pada Minggu (27/6).
"Saya melihat bukan hanya pasar tradisional yang tutup, tetapi juga toko, kios, swalayan, dan warung-warung di pusat Kota Boyolali. Meskipun saya libur tetapi omzet berjualan daging ayam rata-rata mencapai Rp4 juta hingga Rp5 juta per hari dan mampu meraup keuntungan sekitar Rp1 juta hingga Rp1,5 juta dari hasil berjualan dua kuintal ayam setiap harinya," katanya.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Boyolali Karseno mengatakan gerakan Boyolali di Rumah Saja sudah disosialisasikan ke pasar-pasar tradisional di Boyolali, sehingga para pedagang dan pengunjung berpartisipasi untuk tidak ada kegiatan di pasar khusus pada hari Minggu (27/6) dan Minggu (4/7).
"Kami sudah memberitahukan sebelumnya kepada para pedagang dan peguyupannya pada hari Minggu tutup mendukung pemerintah daerah dalam menekan angka COVID-19 melalui gerakan Boyolali di Rumah Saja," katanya.
Di Boyolali ada 33 pasar tradisional yang semua memahami soal gerakan Boyolali di Rumah Saja, sehingga kedisiplinan tidak ada aktivitas di pasar berjalan sukses dan lancar.