Semarang (ANTARA) - Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC menyarankan agar warganet menjadikan Hari Media Sosial momentum untuk introspeksi karena kedewasaan netizen ketika berselancar di medsos mendapat penilaian kurang bagus.
"Bahkan, hasil riset Microsoft menilai netizen Indonesia kurang sopan di dunia maya," kata Ketua Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC Doktor Pratama Persadha melalui percakapan WhatsApp kepada ANTARA di Semarang, Selasa pagi.
Hal itu dikatakan pakar keamanan siber dari Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) terkait dengan Hari Medsos yang diperingati setiap 10 Juni sejak 2015.
Menurut dia, hasil riset Microsoft itu tidak mengejutkan mengingat tidak ada kurikulum internet sehat dan aman di jenjang pendidikan mana pun.
Padahal, kata Pratama, hal tersebut seharusnya digalakkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Sosial, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk edukasi di tengah masayarakat.
"Edukasi ini penting, tidak hanya terkait dengan tata krama berinternet, tetapi juga bagaimana berinternet yang aman," kata pria kelahiran Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini.
Ditegaskan pula, tanpa tata krama maka netizen akan mudah dikenai pasal jerat hukum pidana, baik lewat Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) maupun Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Apalagi, lanjut Pratama, pemakai media sosial (medsos) di Tanah Air berdasarkan data We Are Social pada bulan Januari 2021 sudah mencapai 170 juta orang.
Adapun pemakaian paling banyak adalah YouTube. Pasalnya, menurut Pratama, karena saat membeli ponsel android sudah otomatis terinstal YouTube.
Setelah situs web berbagi video yang dibuat oleh tiga mantan karyawan PayPal pada bulan Februari 2005 itu, baru WhatsApp. WA ini menjadi platform messaging (pesan instan) paling banyak digunakan di Indonesia dan negara lain.
Baca juga: Warganet heboh gara-gara Dodit Mulyanto jadi "kekasih" Shandy Aulia
Baca juga: Dituding mata duitan oleh warganet, ini jawaban pecatur Irene Sukandar
"Bahkan, hasil riset Microsoft menilai netizen Indonesia kurang sopan di dunia maya," kata Ketua Lembaga Riset Siber Indonesia CISSReC Doktor Pratama Persadha melalui percakapan WhatsApp kepada ANTARA di Semarang, Selasa pagi.
Hal itu dikatakan pakar keamanan siber dari Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) terkait dengan Hari Medsos yang diperingati setiap 10 Juni sejak 2015.
Menurut dia, hasil riset Microsoft itu tidak mengejutkan mengingat tidak ada kurikulum internet sehat dan aman di jenjang pendidikan mana pun.
Padahal, kata Pratama, hal tersebut seharusnya digalakkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Sosial, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk edukasi di tengah masayarakat.
"Edukasi ini penting, tidak hanya terkait dengan tata krama berinternet, tetapi juga bagaimana berinternet yang aman," kata pria kelahiran Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ini.
Ditegaskan pula, tanpa tata krama maka netizen akan mudah dikenai pasal jerat hukum pidana, baik lewat Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) maupun Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Apalagi, lanjut Pratama, pemakai media sosial (medsos) di Tanah Air berdasarkan data We Are Social pada bulan Januari 2021 sudah mencapai 170 juta orang.
Adapun pemakaian paling banyak adalah YouTube. Pasalnya, menurut Pratama, karena saat membeli ponsel android sudah otomatis terinstal YouTube.
Setelah situs web berbagi video yang dibuat oleh tiga mantan karyawan PayPal pada bulan Februari 2005 itu, baru WhatsApp. WA ini menjadi platform messaging (pesan instan) paling banyak digunakan di Indonesia dan negara lain.
Baca juga: Warganet heboh gara-gara Dodit Mulyanto jadi "kekasih" Shandy Aulia
Baca juga: Dituding mata duitan oleh warganet, ini jawaban pecatur Irene Sukandar