Jakarta (ANTARA) - Kepala Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengingatkan agar masyarakat mewaspadai penyebaran COVID-19 dalam aktivitas keagamaan.
"Kita harapkan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan betul-betul dilakukan sesuai dengan aturan yang ada yaitu patuh kepada protokol kesehatan. Kecenderungan yang terjadi di India adalah karena mengabaikan protokol kesehatan saat melakukan ritual keagamaan," kata Doni Monardo di Kantor Presiden Jakarta, Senin.
Saat ini India mengalami gelombang kedua COVID-19. Negara tersebut melaporkan rekor infeksi COVID-19 selama empat hari berturut-turut dengan data pada Minggu (25/4) ada 349.691 kasus baru dan 2.767 kematian, hal tersebut membuat rumah sakit kehabisan tempat tidur dan oksigen.
Diketahui lebih dari 1.000 orang dinyatakan positif COVID-19 pasca melakukan ritual mandi bersama di sungai Gangga tanpa menerapkan protokol kesehatan.
"Kita sekali lagi harus sadar bahwa hal-hal yang dapat menimbulkan persoalan dengan peningkatan COVID-19 adalah karena tidak patuh kepada protokol kesehatan, sekali lagi momentum Ramadhan, momentum kegiatan Idul Fitri harus kita sadari tahun ini pun mohon tidak mudik dulu, harus bersabar, harus bisa menahan diri," ungkap Doni.
Pemerintah sudah mengeluarkan larangan mudik berdasarkan Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran COVID-19 yang berlaku mulai 6-17 Mei 2021 di seluruh Indonesia.
Pemerintah juga memberlakukan pengetatan persyaratan pelaku perjalanan dalam negeri (PPDN) selama H-14 peniadaan mudik (22 April - 5 Mei 2021) dan H+7 peniadaan mudik (18 Mei-24 Mei 2021). Surat tersebut mengatur wajibnya menunjukkan surat keterangan negatif COVID-19 dalam berbagai transportasi, baik udara hingga laut.
"Ini semuanya untuk kepentingan bersama. Kita harus bisa menyelamatkan diri kita, menyelamatkan keluarga kita dan juga menyelamatkan bangsa kita," tambahnya.
Menurut Doni, sudah terbukti setiap libur panjang akan diakhiri dengan peningkatan kasus COVID-19 dan penambahan jumlah pasien di rumah sakit serta angka kematian yang tinggi, termasuk gugurnya para dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
"Salah satu solusi dalam mengatasi kerinduan terhadap warga untuk tidak mudik ini adalah melakukan berbagai upaya silaturahmi secara virtual," ujarnya.
Doni juga meminta agar posko-posko yang ada di daerah bisa memberikan kesempatan kepada keluarga yang belum memiliki fasilitas untuk berkomunikasi secara virtual untuk bisa difasilitasi.
Senada dengan Doni, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa kasus positif COVID-19 di India dapat naik ratusan kali lipat hingga 349.000 kasus per hari dari tadinya 5000 kasus per hari.
"Jadi teman-teman bisa bayangkan lonjakan yang sangat tinggi dan itu disebabkan oleh dua hal utama, yang pertama adalah mutasi baru yang masuk B117 dan juga ada mutasi lokal B1617 di sana. Jadi mutasi virus baru penyebab pertamanya," kata Budi.
Namun sebab kedua adalah tidak konsisten menjalankan protokol kesehatan.
"Jadi karena merasa bahwa jumlah kasusnya sudah turun karena vaksinasi di India itu tinggi dan cepat sekali, mereka menjadi lengah, menjadi lalai, menjadi tidak waspada," kata Budi Gunadi.
"Kita harapkan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan betul-betul dilakukan sesuai dengan aturan yang ada yaitu patuh kepada protokol kesehatan. Kecenderungan yang terjadi di India adalah karena mengabaikan protokol kesehatan saat melakukan ritual keagamaan," kata Doni Monardo di Kantor Presiden Jakarta, Senin.
Saat ini India mengalami gelombang kedua COVID-19. Negara tersebut melaporkan rekor infeksi COVID-19 selama empat hari berturut-turut dengan data pada Minggu (25/4) ada 349.691 kasus baru dan 2.767 kematian, hal tersebut membuat rumah sakit kehabisan tempat tidur dan oksigen.
Diketahui lebih dari 1.000 orang dinyatakan positif COVID-19 pasca melakukan ritual mandi bersama di sungai Gangga tanpa menerapkan protokol kesehatan.
"Kita sekali lagi harus sadar bahwa hal-hal yang dapat menimbulkan persoalan dengan peningkatan COVID-19 adalah karena tidak patuh kepada protokol kesehatan, sekali lagi momentum Ramadhan, momentum kegiatan Idul Fitri harus kita sadari tahun ini pun mohon tidak mudik dulu, harus bersabar, harus bisa menahan diri," ungkap Doni.
Pemerintah sudah mengeluarkan larangan mudik berdasarkan Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran COVID-19 yang berlaku mulai 6-17 Mei 2021 di seluruh Indonesia.
Pemerintah juga memberlakukan pengetatan persyaratan pelaku perjalanan dalam negeri (PPDN) selama H-14 peniadaan mudik (22 April - 5 Mei 2021) dan H+7 peniadaan mudik (18 Mei-24 Mei 2021). Surat tersebut mengatur wajibnya menunjukkan surat keterangan negatif COVID-19 dalam berbagai transportasi, baik udara hingga laut.
"Ini semuanya untuk kepentingan bersama. Kita harus bisa menyelamatkan diri kita, menyelamatkan keluarga kita dan juga menyelamatkan bangsa kita," tambahnya.
Menurut Doni, sudah terbukti setiap libur panjang akan diakhiri dengan peningkatan kasus COVID-19 dan penambahan jumlah pasien di rumah sakit serta angka kematian yang tinggi, termasuk gugurnya para dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
"Salah satu solusi dalam mengatasi kerinduan terhadap warga untuk tidak mudik ini adalah melakukan berbagai upaya silaturahmi secara virtual," ujarnya.
Doni juga meminta agar posko-posko yang ada di daerah bisa memberikan kesempatan kepada keluarga yang belum memiliki fasilitas untuk berkomunikasi secara virtual untuk bisa difasilitasi.
Senada dengan Doni, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa kasus positif COVID-19 di India dapat naik ratusan kali lipat hingga 349.000 kasus per hari dari tadinya 5000 kasus per hari.
"Jadi teman-teman bisa bayangkan lonjakan yang sangat tinggi dan itu disebabkan oleh dua hal utama, yang pertama adalah mutasi baru yang masuk B117 dan juga ada mutasi lokal B1617 di sana. Jadi mutasi virus baru penyebab pertamanya," kata Budi.
Namun sebab kedua adalah tidak konsisten menjalankan protokol kesehatan.
"Jadi karena merasa bahwa jumlah kasusnya sudah turun karena vaksinasi di India itu tinggi dan cepat sekali, mereka menjadi lengah, menjadi lalai, menjadi tidak waspada," kata Budi Gunadi.