Semarang (ANTARA) - BKKBN Provinsi Jawa Tengah terus menggenjot penurunan angka stunting apalagi terdapat dana alokasi khusus bantuan operasional keluarga berencana (DAK BOKB) agar akses dan mutu pelayanan kesehatan dapat lebih meningkat dan terjadi pemerataan layanan.
Kepala Biro Keuangan BKKBN Akhmad Taufik dalam kunjungannya pada uji coba pelayanan KB dengan DAK BOKB di Semarang, Kamis menjelaskan penanganan stunting dibutuhkan keterlibatan semua pihak termasuk dari keluarga.
"Tidak hanya gizi yang cukup, tetapi juga kesiapan ibu dan ayahnya. Pasangan harus memenuhi syarat yang ditentukan (harus cukup umur,red) karena jika tidak dampaknya di antaranya anak yang lahir menjadi tidak sehat," kata Akhmad Taufik.
Kepala Biro Keuangan BKKBN Akhmad Taufik bersama Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah Martin Suanta serta tim Disdalduk dan KB Kota Semarang, Dinas Kesehatan Kota Semarang, IBI Kota Semarang, beserta tim berkunjung di Balai Kota Semarang dan salah satu klinik di Kota Semarang untuk uji coba pelayanan KB dengan DAK BOKB.
Kepala Perwakilan BKKBN Jateng Martin Suanta mengakui rata-rata angka stunting di Jateng masih tinggi dan hampir sama dengan angka rata-rata angka nasional yang mencapai 27,6 persen.
"Dari angka 27,6 persen tersebut, Jateng menargetkan bisa turun hingga hanya di angka rata-rata 14 persen. DAK BOKB diharapkan bisa mendukung pelaksanaan Program Bangga Kencana," kata Martin.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang menerima kunjungan tim BKKBN menyampaikan terima kasih dan dirinya mengakui diperlukan banyak pihak untuk menangani permasalahan kependudukan salah satunya terkait dengan stunting.
"Terima kasih BKKBN. Kita memang harus kompak dalam menangani permasalahan kependudukan, tidak bisa egosentris masing-masing wilayah," kata Hendrar Prihadi.
Dana Alokasi Khusus (DAK) BOKB tersebut diharapkan dapat mendukung daerah dalam pencapaian SPM kesehatan dan pencapaian akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan, peningkatan pemerataan pelayanan KB, mendukung percepatan penurunan angka kematian ibu (AKI), dan stunting melalui penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja dan penguatan pengasuhan 1000 hari pertama kelahiran.
BKKBN juga terus melakukan perubahan di antaranya slogan 2 anak cukup diganti menjadi 2 anak lebih sehat serta logo BKKBN yang lebih milenial serta penyebutan program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana) sebagai akronim baru.
Kepala Biro Keuangan BKKBN Akhmad Taufik dalam kunjungannya pada uji coba pelayanan KB dengan DAK BOKB di Semarang, Kamis menjelaskan penanganan stunting dibutuhkan keterlibatan semua pihak termasuk dari keluarga.
"Tidak hanya gizi yang cukup, tetapi juga kesiapan ibu dan ayahnya. Pasangan harus memenuhi syarat yang ditentukan (harus cukup umur,red) karena jika tidak dampaknya di antaranya anak yang lahir menjadi tidak sehat," kata Akhmad Taufik.
Kepala Biro Keuangan BKKBN Akhmad Taufik bersama Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah Martin Suanta serta tim Disdalduk dan KB Kota Semarang, Dinas Kesehatan Kota Semarang, IBI Kota Semarang, beserta tim berkunjung di Balai Kota Semarang dan salah satu klinik di Kota Semarang untuk uji coba pelayanan KB dengan DAK BOKB.
Kepala Perwakilan BKKBN Jateng Martin Suanta mengakui rata-rata angka stunting di Jateng masih tinggi dan hampir sama dengan angka rata-rata angka nasional yang mencapai 27,6 persen.
"Dari angka 27,6 persen tersebut, Jateng menargetkan bisa turun hingga hanya di angka rata-rata 14 persen. DAK BOKB diharapkan bisa mendukung pelaksanaan Program Bangga Kencana," kata Martin.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang menerima kunjungan tim BKKBN menyampaikan terima kasih dan dirinya mengakui diperlukan banyak pihak untuk menangani permasalahan kependudukan salah satunya terkait dengan stunting.
"Terima kasih BKKBN. Kita memang harus kompak dalam menangani permasalahan kependudukan, tidak bisa egosentris masing-masing wilayah," kata Hendrar Prihadi.
Dana Alokasi Khusus (DAK) BOKB tersebut diharapkan dapat mendukung daerah dalam pencapaian SPM kesehatan dan pencapaian akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan, peningkatan pemerataan pelayanan KB, mendukung percepatan penurunan angka kematian ibu (AKI), dan stunting melalui penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja dan penguatan pengasuhan 1000 hari pertama kelahiran.
BKKBN juga terus melakukan perubahan di antaranya slogan 2 anak cukup diganti menjadi 2 anak lebih sehat serta logo BKKBN yang lebih milenial serta penyebutan program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana) sebagai akronim baru.