Temanggung (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, mendorong pemerintah desa membuat hutan desa dalam program "Sabuk Gunung" untuk konservasi lahan di kawasan Gunung Sumbing, Sindoro, dan Prau.

"Kami mendorong desa-desa untuk membuat hutan desa di tanah milik desa," kata Bupati Temanggung M. Al Khadziq di Temanggung, Selasa.

Ia menyampaikan bahwa lingkungan hidup di lerang Gunung Sumbing, Sindoro, dan Prau dewasa ini semakin gundul, tidak ada pohon-pohon yang bisa menahan erosi tanah maupun menahan air.

Baca juga: Temanggung siapkan 125 ribu bibit pohon untuk hijaukan lahan kritis

Kondisi tersebut membuat sumber mata air di kawasan Kabupaten Temanggung setiap tahun semakin menurun debitnya dan bahkan jumlah mata air yang mati semakin banyak.

"Hal tersebut bisa dilihat kenyataan bahwa setiap tahun desa-desa yang membutuhkan droping air ketika musim kemarau jumlahnya semakin banyak," katanya.

Menurut dia, hasil identifikasi masalah potensi kekeringan dan potensi matinya sumber air di Kabupaten Temanggung ini terjadi antara lain karena di kawasan lereng Gunung Sumbing, Sindoro, dan Prau semakin sedikit pohon tegakan.

Kebanyakan pohon dibabat oleh masyarakat untuk kepentingan bertani karena dianggap bisa menaungi tanaman pertanian sehingga tanaman pertanian itu tumbuh tidak optimal.

"Sehingga pohon-pohon dibabat karena alasan ekonomi. Meskipun alasannya ekonomi tetapi menjadi kewajiban semua masyarakat untuk menyelamatkan lingkungan hidup," katanya.

Ia mengatakan dengan menanam banyak pohon masyarakat Temanggung akan mendapat manfaat berupa cadangan air tanah yang kembali melimpah.

"Tetapi secara global ini sudah menjadi penting untuk penyediaan cadangan oksigen yang lebih banyak lagi," katanya.

Baca juga: Anggaran konservasi lahan kritis di Temanggung sebesar Rp2,5 miliar
Baca juga: Temanggung konservasi kawasan Sindoro, Sumbing dan Prau

Pewarta : Heru Suyitno
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024