Purwokerto (ANTARA) - Pandemi COVID-19 di Indonesia, menjadikan aktifitas masyarakat untuk berinteraksi dihentikan dan beralih menggunakan aktivitas daring. Kondisi ini tidaklah mudah untuk Lembaga Pendidikan. Proses pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran jarak jauh. 

Berbagai kebijakan pemerintah telah dikeluarkan dari pengaturan zona boleh tidaknya sekolah dibuka atau tidak dengan aturan protokol kesehatan yang ketat, termonitor membudayakan pola hidup bersih dan sehat dalam rangka pencegahan dan pengendalian COVID-19. 

Meskipun sudah diberikan pedoman pembelajaran di masa COVID-19, di beberapa daerah banyak memilih pembelajaran dengan daring untuk mencegah penyebaran virus COVID-19. Tetapi dalam pelaksanaannya, banyak persoalan yang terjadi dalam pembelajaran daring ini. 

Hasil survei Tanoto Foundation terkait pembelajaran jarak jauh (PJJ) pada 332 kepala sekolah, 1.368 guru, 2.218 siswa, dan 1.712 orang tua yang dirilis kompas.com, ditemukan tiga masalah utama. 

Pertama, sebanyak 56 persen orang tua yang jadi responden mengaku kurang sabar dan jenuh menangani kemampuan dan konsentrasi anak yang duduk di bangku SD/MI dan 34 persen orang tua yang anaknya duduk di bangku SMP/MTs. 

Kedua, orang tua kesulitan menjelaskan materi pelajaran ke anak untuk SD/MI (19 persen) dan SMP/MTs (28 persen). Ketiga, Orang tua kesulitan memahami materi pelajaran anak untuk SD/MI (15 persen) dan SMP/MTs (24 persen). 

Data tersebut menunjukan kelangsungan belajar mengajar yang tidak dilakukan di sekolah berpotensi menimbulkan dampak negatif yang berkepanjangan. Pada akhirnya tujuan pendidikan dan fungsi sekolah untuk menciptakan proses pembelajaran dan suasana belajar tidak tercapai. 


Sekolah sebagai lembaga

Kondisi sekolah di masa pandemi COVID-19 sangat memprihatinkan. Kondisi ini mengingatkan kembali gagasan Ivan Illich, seorang pemikir pendidikan yang pernah hidup di Amerika. Semangat membebaskan masyarakat dari kecenderungan menganggap sekolah sebagai satu-satunya lembaga pendidikan merupakan gagasan Ivan Illich dalam memandang fungsi sekolah tidak lagi sejalan dengan tujuan pendidikan untuk memanusiakan manusia.

Sekolah sebagai Lembaga itu terdapat adanya guru, kehadiran siswa di sekolah dan sekolah terdapat kurikulum. Kritik Ivan Illich sekolah sebagai lembaga, pendidikan seharusnya hak semua orang untuk belajar. 

Baca juga: Akademisi: Perlu kolaborasi guru-orang tua dalam pembelajaran daring

Tetapi kenyataannya, sekolah dipenuhi dengan kewajiban-kewajiban tertentu. Kepatuhan siswa harus hadir dan belajar di sekolah. Sekolah seperti dijadikan sebagai tempat satu-satunya untuk belajar. 

Anak yang pandai identik dengan anak sekolahan. Sekolah juga dibuat peringkat, manusia dibuat kelas-kelas yang tidak memanusiakan manusia. Terdapat kurikulum yang merupakan sebagai modal sekolah, kurikulum terdapat kurikulum tersembunyi yang menanamkan pandangan bahwa jika menginginkan kehidupan yang baik dan benar itu harus mengikuti apa yang diajarkan di sekolah. Guru dalam melaksanakan kurikulum, guru hanya mengikuti apa yang ada dalam kurikulum.


Sekolah di masa pandemi

Sejalan dengan kritik Ivan Illich, sekolah di masa pandemi merupakan bukti nyata hilangnya fungsi sekolah sebagai lembaga, yaitu hilangnya peran guru, tidak adanya lagi kehadiran siswa di sekolah dan hilangnya tujuan kurikulum tersembunyi sebagai pandangan bahwa sekolah merupakatan satu-satunya tempat untuk belajar. 

Menjadi pertanyaan besar hari ini, apakah sekolah sebagai Lembaga masih sesuai dengan fungsi sekolah dan tujuan kurikulum didalamnya dapat tercapai dengan pembelajaran daring saat ini. 

Pada kenyataannya pembelajaran jarak jauh atau daring masih dianggap sebagai proses sekolah meskipun dengan berbagai kekurangan baik dari guru, siswa dan orang tua. 
Dilihat dari keadaan guru dan siswa, sekolah di masa pandemi, guru kesulitan dalam berkomunikasi dengan siswa. Hal ini karena keterbatasan model pembelajaran daring yang tidak lagi pada ruang kelas di sekolah, melainkan sekolah berpindah di masyarakat atau di rumah. 

Pada masa pandemi ini, orang tua atau keluarga justru menjadi guru sekolah di rumah. Orang tua mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran dan memotivasi anak saat mendampingi belajar di rumah. 

Begitu juga dengan pencapaian kurikulum, guru mengalami kesulitan mengelola pembelajaran daring dan cenderung fokus pada penuntasan kurikulum, waktu pembelajaran berkurang sehingga guru tidak mungkin memenuhi beban jam mengajar.

Fungsi sekolah di masa pandemi COVID-19 dan fungsi sekolah dalam pandangan Ivan Illich, bisa menjadi sebuah refleksi. Sekolah sebagai Lembaga seharusnya merupakan tempat yang mudah diakses, mudah diperoleh sumber pengetahunnya, tidak terikat pada sebuah profesi dan menerima masukan secara terbuka. 

Sejatinya fungsi sekolah adalah untuk menciptakan tujuan pendidikan memanusiakan manusia, tidak untuk membatasi waktu, tempat, bentuk, dan aturan siswa dalam belajar. Hal ini bisa menjadi bahan kajian dalam merumuskan fungsi sekolah setelah masa pandemi COVID-19, terkait tujuan dari fungsi sekolah yang seharusnya berjalan sesuai tujuan pendidikan.


*) Irfan Fatkhurohman, Dosen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan mahasiswa Program Doktoral (S3) Universitas Negeri Yogyakarta.

Baca juga: PPG UMP kembali catatkan prestasi baru di tingkat nasional
Baca juga: FEB UMP raih Juara 1 Kompetisi 10 Days Challenge 2020

Pewarta : Irfan Fatkhurohman *)
Editor : Sumarwoto
Copyright © ANTARA 2024