Boyolali (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali penyebutkan jumlah warga terkonfirmasi positif COVID-19 di wilayahnya selama tiga hari terakhir bertambah 92 kasus sehingga akumulasi menjadi 3.791 kasus.

"Penambahan kasus COVID-19 di Boyolali pada Minggu (17/1) ada 45 kasus, Senin (18/1) 12 kasus, dan Selasa (19/1)  35 kasus, sehingga total selama tiga hari ada 92 kasus," kata kepala Dinkes Kabupaten Boyolali Ratri S Survivalina, di Boyolali, Rabu.

Menurut Ratri, jumlah COVID-19 di Boyolali sebanyak 3.791 kasus tersebut terdiri pasien yang masih dirawat di rumah sakit ada sebanyak 184 kasus, isolasi mandiri 158 kasus, dinyatakan sembuh ada 3.336 kasus, dan meninggal dunia 113 kasus.

Baca juga: Tenaga kesehatan Boyolali divaksin COVID-19 pada Februari 2021

"Sehingga, angka kesembuhan di Boyolali saat ini mencapai sekitar 88 persen, sedangkan angka kematian sekitar 3 persen. Skoring Indek Kesehatan Masyarakat (IKM) COVID-19 di Boyolali 1,89, maka masuk zona resiko sedang atau warna orange," kata Ratri.

Dia mengatakan penaambahan kasus COVID-19 di Boyolali  rata-rata berkisar 200 hingga 300 kasus setiap minggu. Puncaknya, penambahan pada minggu ke-46 pada 2020 mencapai 321 kasus. Pada minggu pertama Januari awal 2021 sebanyak 305 kasus, dan posisi tetap di angka yang tinggi. Hal ini, menjadi keprihatinan bersama.

Menurut dia, penyebaran tertinggi COVID-19 di Boyolali saat ini paling banyak di Kecamatan Boyolali kota, karena interaksi-interaksi dan keramaian itu, banyak terjadi di Kecamatan ini. Awalnya, penyebaran COVID-19 banyak terjadi di perbatasan wilayah dengan Solo, seperti Ngemplak, Nogosari, dan Sawit.

Namun, episentrum penyebaran COVID-19 sekarang sudah mulai bergerser di wilayah Kecamatan Boyolali Kota.

Untuk Kasus COVID-19 di Boyolali pada minggu ini, mulai tanggal 11-19 Januari, di Boyolali kota, terbanyak ada tambahan 51 kasus, Nogosari 25 kasus, Banyudono, dan Cepogo masing-masing 23 kasus, Andong (21), Sambi, dan Sawit masing-masing 15 kasus, Klego dan Mojosongo masing-masing 14 kasus, Ngemplak dan Teras masing-masing 13 kasus, Ampel dan Musuk masing-masing 12 kasus, Karanggede, Simo, Juwangi, Selo, Tamansari, Gladagsari, Kemusu dan Wonosamodro masing-masing masih di bawah 10 kasus.

Hal-hal yang menyebabkan angka COVID-19 di Boyolali masih tinggi, kata dia, terutama soal protokol kesehatan banyak yang belum menaati aturan. Dari melihat munculnya klaster-klaster perkantoran di Boyolali, sudah mulai agak lalai mengenai protokol kesehatan.

Menurut dia, kebanyakan kantor-kantor masih menggunakan pendingin (AC) ruangan untuk ruang kerjanya. Hal ini, dapat berpotensi memunculkan kasus karena sirkulasi udara yang tertutup ternyata penyebarannya lebih tinggi dibanding yang sirkulasi menggunakan udara.

Oleh karena itu, Dinkes Boyolali terus berupaya meminta masyarakat tetap menjaga pola hidup bersih, prokes, dengan memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan selalu menjauhi kerumunan, sehingga angka COVID-19 dapat ditekan.

Baca juga: Jateng targetkan vaksinasi COVID-19 nakes tuntas pada 25 Januari 2021
Baca juga: Magelang optimistis PPKM mampu tekan kasus COVID-19

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024