Solo (ANTARA) -
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong pelaksanaan program terapi konvalesen bagi pasien COVID-19 karena ikhtiar itu menunjukkan hasil yang positif.

"Sekarang mulai banyak yang tertarik, tentu ini berita yang menggembirakan. RSUD Moewardi sudah siap, RSUP dr. Kariadi juga siap. Ini ikhtiar yang mesti terus diupayakan," kata dia saat meninjau program terapi plasma konvalesen di RSUD Moewardi Kota Surakarta, di Solo, Selasa.

Dalam kunjungan kerjanya, Ganjar mendapat laporan bahwa terapi plasma konvalesen sudah dilakukan terhadap 69 pasien COVID-19 dengan berbagai kategori kondisi pasien mulai sedang, berat, dan kritis itu ternyata memberikan dampak yang cukup signifikan.

"Setelah diberikan terapi plasma konvalesen untuk pasien COVID-19, potensi sembuhnya cukup tinggi. Kalau yang kritis mungkin memiliki komplikasi yang lain, tapi yang menengah ke ringan potensinya sembuh tinggi. Akan terus kami dorong program ini, bekerja sama dengan rumah sakit, PMI dan masyarakat penyintas," ujarnya.

Baca juga: Semangati pasien COVID, Ganjar minta ikut sosialisasikan donor plasma

Ganjar juga mendorong kepada seluruh penyintas COVID-19 untuk mendonorkan plasmanya dalam program terapi ini karena semakin banyak penyintas yang terlibat, maka bisa dikelola dan diaplikasikan dengan baik.

"Apalagi kata ahli, plasma itu hanya bisa diambil selama enam bulan setelah penyintas sembuh. Artinya durasi waktu tidak lama, maka kita harus mengedukasi mereka dan mudah-mudahan berkenan mendonorkan plasmanya," katanya.

Salah satu anggota tim uji klinis plasma konvalesen RSUD Moewardi Kota Solo dr. Artrien Adhiputri mengatakan bahwa sudah ada 69 pasien yang mendapat terapi plasma konvalesen.

"Hasilnya cukup baik, total yang meninggal ada 18 pasien, itu yang kategori pasien kritis, tapi untuk yang sedang dan berat, responsnya cukup baik," ujarnya.

Baca juga: Airlangga Hartarto donorkan plasma konvalesen COVID-19

Ia menyebut untuk pasien COVID-19 yang meninggal dunia setelah dilakukan plasma konvalesen memang sudah dalam kondisi sangat kritis, sedangkan pasien yang ringan, sedang sampai berat, kondisinya membaik bahkan ada yang sudah sembuh setelah dilakukan terapi itu.

"Tapi yang harus diingat, bahwa terapi plasma ini tidak berdiri sendiri. Ini hanya terapi tambahan yang keberhasilannya tidak terlepas dari tindakan medis lainnya," katanya.

Artrien menambahkan kesulitan yang dihadapi saat ini terkait dengan terapi plasma konvalesen adalah minimnya donor plasma.

Dia berharap, masyarakat yang pernah positif COVID-19 untuk sukarela melakukan donor.(LHP)

Pewarta : Wisnu Adhi Nugroho
Editor : Nur Istibsaroh
Copyright © ANTARA 2024