Banjarnegara (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah pada 2021 mengoptimalkan penggunaan alat deteksi dini tanah longsor sebagai salah satu upaya mitigasi bencana hidrometeorologis di wilayah itu.

"Kami akan terus mengoptimalkan penggunaan alat deteksi dini tanah longsor yang berfungsi untuk mendeteksi dini adanya pergerakan tanah sebagai upaya pengurangan risiko bencana," kata Bupati Banjarnegara Budhi Sarwono di Banjarnegara, Kamis

Dia mengatakan pemasangan alat deteksi longsor salah satu bentuk upaya pencegahan terhadap tanah bergerak.

Fungsinya, kata dia, mendeteksi pergerakan tanah sejak awal sehingga bisa menjadi peringatan dini bagi warga sekitar.

Dia mengatakan saat ini alat deteksi longsor tersebut telah dipasang di sejumlah lokasi rawan pergerakan tanah di wilayah ini.

Menurut data BPBD Banjarnegara, alat deteksi dini jenis Elwasi bantuan dari BPBD Banjarnegara itu telah dipasang di Kecamatan Pandanarum, Pagedongan, dan Mlaya, sedangkan dari UGM telah dipasang di 13 titik lokasi rawan longsor lainnya di daerah tersebut.

Pemkab Banjarnegara juga terus menyosialisasikan fungsi, perawatan alat, dan pengarahan kesiapsiagaan kepada masyarakat di wilayah setempat.

Dengan demikian diharapkan masyarakat dapat mengetahui tanda-tanda awal pergerakan tanah atau longsor.

"Ini merupakan upaya dari Pemkab Banjarnegara untuk mendukung upaya mitigasi atau pengurangan risiko bencana yang terus ditingkatkan dari tahun ke tahun," katanya.

Selain mengoptimalkan alat deteksi dini bencana longsor, pihaknya pada 2021 mengintensifkan pengembangan desa tangguh bencana guna mengajak masyarakat berperan aktif dalam upaya mitigasi bencana.

"Desa tangguh bencana merupakan program berbasis masyarakat dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya bencana," katanya.

Koordinator Bidang Bencana Geologi Pusat Mitigasi (Pusmit) Universitas Jenderal Soedirman Dr. Indra Permanajati pada kesempatan sebelumnya juga mengingatkan pentingnya mitigasi dan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi saat pancaroba dari kemarau ke hujan.

"Masyarakat perlu mewaspadai bencana hidrometeorologi saat musim peralihan, terutama mereka yang tinggal di lokasi rawan bencana," katanya.

Dia menjelaskan bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dipengaruhi fluktuasi keberadaan air, di dalamnya termasuk curah hujan.  Bencana tersebut, dapat meliputi banjir, tanah longsor, angin kencang yang bisa dipengaruhi perubahan musim.

Dengan demikian, kata dia, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan saat terjadi hujan dengan curah hujan sedang hingga tinggi dengan durasi yang lama.

"Kesiapsiagaan terhadap bencana dan upaya mitigasi bencana harus terus disosialisasikan kepada seluruh masyarakat," katanya.

Pewarta : Wuryanti Puspitasari
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024