Semarang (ANTARA) - BKKBN Provinsi Jawa Tengah terus melakukan berbagai upaya untuk mencapai target total fertility rate (TFR) atau jumlah anak rata-rata yang akan dilahirkan seorang perempuan pada akhir masa reproduksinya pada angka 2,05.
"Kami (BKKBN Provinsi Jateng, red.) diminta 2,05, sehingga kami harus bermitra dengan TNI, bidan, dokter, IDI, Puskesmas, fasilitas kesehatan, dan lainnya," kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Martin Suanta.
Martin menjelaskan masih tingginya angka TFR di antaranya disumbang dengan tingginya kasus pernikahan usia dini karena semakin muda usia menikah, maka semakin panjang usia reproduksinya.
Selain itu, di tengah masa pandemi COVID-19 menjadi masyarakat enggan pergi ke fasilitas kesehatan dan enggan ber-KB, sehingga hal tersebut dikhawatirkan semakin menambah tingginya angka kelahiran.
Oleh karena itu, lanjut Martin, BKKBN terus melakukan berbagai inovasi dan upaya baik yang ada di tingkat Jateng maupun BKKBN pusat mulai dari sejumlah aksi besar seperti langkah pelayanan KB sejuta akseptor hingga memasifkan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
"Meskipun belum signifikan, tetapi kalau kita (BKKBN dan stakeholder terkait, red.) diam saja, tentu bisa parah (jumlah kelahiran terus bertambah,red.)," kata Martin.
Upaya lain, tambah Martin, BKKBN juga terus memanfaatkan program GenRe untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, serta sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan menyiapkan kehidupan berkeluarga dalam upaya peningkatan kualitas generasi mendatang.
Remaja diharapkan menerapkan usia ideal untuk menikah yaitu minimal 21 tahun bagi perempuan dan minimal 25 tahun bagi laki-laki karena pada remaja putri ukuran tulang panggul baru mencapai 10 cm ketika menginjak 20 tahun ke atas dan ukuran tersebut baru memungkinkan dilewati kepala bayi pada proses persalinan.
Melalui pendekatan ilmiah tersebut diharapkan para remaja dan orang tuanya mampu menerima dan menerapkan konsep pendewasaan usia perkawinan di usia ideal yakni 21 bagi wanita dan 25 bagi pria, karena selain mematangkan fisik juga mental.
"Kami (BKKBN Provinsi Jateng, red.) diminta 2,05, sehingga kami harus bermitra dengan TNI, bidan, dokter, IDI, Puskesmas, fasilitas kesehatan, dan lainnya," kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Martin Suanta.
Martin menjelaskan masih tingginya angka TFR di antaranya disumbang dengan tingginya kasus pernikahan usia dini karena semakin muda usia menikah, maka semakin panjang usia reproduksinya.
Selain itu, di tengah masa pandemi COVID-19 menjadi masyarakat enggan pergi ke fasilitas kesehatan dan enggan ber-KB, sehingga hal tersebut dikhawatirkan semakin menambah tingginya angka kelahiran.
Oleh karena itu, lanjut Martin, BKKBN terus melakukan berbagai inovasi dan upaya baik yang ada di tingkat Jateng maupun BKKBN pusat mulai dari sejumlah aksi besar seperti langkah pelayanan KB sejuta akseptor hingga memasifkan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
"Meskipun belum signifikan, tetapi kalau kita (BKKBN dan stakeholder terkait, red.) diam saja, tentu bisa parah (jumlah kelahiran terus bertambah,red.)," kata Martin.
Upaya lain, tambah Martin, BKKBN juga terus memanfaatkan program GenRe untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, serta sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan menyiapkan kehidupan berkeluarga dalam upaya peningkatan kualitas generasi mendatang.
Remaja diharapkan menerapkan usia ideal untuk menikah yaitu minimal 21 tahun bagi perempuan dan minimal 25 tahun bagi laki-laki karena pada remaja putri ukuran tulang panggul baru mencapai 10 cm ketika menginjak 20 tahun ke atas dan ukuran tersebut baru memungkinkan dilewati kepala bayi pada proses persalinan.
Melalui pendekatan ilmiah tersebut diharapkan para remaja dan orang tuanya mampu menerima dan menerapkan konsep pendewasaan usia perkawinan di usia ideal yakni 21 bagi wanita dan 25 bagi pria, karena selain mematangkan fisik juga mental.