Boyolali (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali menyebutkan jumlah pasien sembuh COVID-19 di wilayah itu terus bertambah dan saat ini mencapai 2.114 kasus atau sekitar 82 persen dari total positif 2.566 kasus.
Kepala Dinkes Kabupaten Boyolali Ratri S. Survivalina di Boyolali, Kamis, mengatakan pasien sembuh COVID-19 di daerah itu pada Selasa (15/12) tercatat 74 kasus dan Rabu (16/12) tercatat 29 kasus sehingga totalnya mencapai 2.114 kasus.
Dari total akumulasi COVID-19 di Boyolali 2.566 kasus, dengan rincian pasien yang masih dirawat di rumah sakit 52 kasus, isolasi mandiri 215 kasus, pasien sembuh 2.114 kasus, dan meninggal dunia 85 kasus.
"Jumlah pasien COVID-19 yang meninggal dunia sebanyak 85 kasus atau sekitar tiga persen dari jumlah akumulasi terkonfirmasi positif," kata Ratri.
Baca juga: Kesembuhan kasus COVID-19 di Boyolali 78 persen
Ia menyebut penskoran angka Indeks Kesehatan Masyarakat (IKM) COVID-19 di Boyolali 1,89 atau masuk zona risiko sedang dengan warna oranye.
Ratri mengatakan klaster COVID-19 di Boyolali hingga saat ini terus berkurang, sedangkan yang masih aktif ada tujuh klaster didominasi kasus keluarga dan tempat kerja. Sebanyak tujuh klaster itu, tersebar di Kecamatan Ngemplak, Boyolali Kota, Banyudono, Sambi, dan Sawit.
Penurunan jumlah klaster di Boyolali, katanya, karena adanya deteksi secara cepat kepada kasus-kasus yang positif COVID-19.
Pihaknya segera melakukan isolasi dan karantina bagi warga yang positif COVID-19.
"Warga terkonfirmasi COVID-19 dalam proses menuju kesembuhan, dan rata-rata mereka sudah sembuh," kata dia.
Selain itu, katanya, kesadaran masyarakat sekarang sudah mulai muncul untuk melakukan pengetesan dan isolasi atau karantina mandiri, dengan menerapkan protokol kesehatan, dan tidak pergi ke mana-mana.
"Hal ini, dapat dilihat angka kasus terkonfirnasi positif COVID-19, juga terus semakin menurun di Boyolali," kata Ratri.
Kendati demikian, pihaknya tetap meminta masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan, yakni memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun sesering mungkin.
"Kami minta hindari kerumunan yang berpotensi penyebaran virus corona disease 2019 (COVID-19)," katanya.
Kepala Dinkes Kabupaten Boyolali Ratri S. Survivalina di Boyolali, Kamis, mengatakan pasien sembuh COVID-19 di daerah itu pada Selasa (15/12) tercatat 74 kasus dan Rabu (16/12) tercatat 29 kasus sehingga totalnya mencapai 2.114 kasus.
Dari total akumulasi COVID-19 di Boyolali 2.566 kasus, dengan rincian pasien yang masih dirawat di rumah sakit 52 kasus, isolasi mandiri 215 kasus, pasien sembuh 2.114 kasus, dan meninggal dunia 85 kasus.
"Jumlah pasien COVID-19 yang meninggal dunia sebanyak 85 kasus atau sekitar tiga persen dari jumlah akumulasi terkonfirmasi positif," kata Ratri.
Baca juga: Kesembuhan kasus COVID-19 di Boyolali 78 persen
Ia menyebut penskoran angka Indeks Kesehatan Masyarakat (IKM) COVID-19 di Boyolali 1,89 atau masuk zona risiko sedang dengan warna oranye.
Ratri mengatakan klaster COVID-19 di Boyolali hingga saat ini terus berkurang, sedangkan yang masih aktif ada tujuh klaster didominasi kasus keluarga dan tempat kerja. Sebanyak tujuh klaster itu, tersebar di Kecamatan Ngemplak, Boyolali Kota, Banyudono, Sambi, dan Sawit.
Penurunan jumlah klaster di Boyolali, katanya, karena adanya deteksi secara cepat kepada kasus-kasus yang positif COVID-19.
Pihaknya segera melakukan isolasi dan karantina bagi warga yang positif COVID-19.
"Warga terkonfirmasi COVID-19 dalam proses menuju kesembuhan, dan rata-rata mereka sudah sembuh," kata dia.
Selain itu, katanya, kesadaran masyarakat sekarang sudah mulai muncul untuk melakukan pengetesan dan isolasi atau karantina mandiri, dengan menerapkan protokol kesehatan, dan tidak pergi ke mana-mana.
"Hal ini, dapat dilihat angka kasus terkonfirnasi positif COVID-19, juga terus semakin menurun di Boyolali," kata Ratri.
Kendati demikian, pihaknya tetap meminta masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan, yakni memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun sesering mungkin.
"Kami minta hindari kerumunan yang berpotensi penyebaran virus corona disease 2019 (COVID-19)," katanya.