Solo (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) menyatakan penyaluran bantuan sosial (bansos) membantu berputarnya ekonomi di tengah pandemi COVID-19 yang hingga saat ini masih menerpa Indonesia.
"Bansos ini tujuannya untuk memastikan daya beli masyarakat khususnya golongan menengah ke bawah. Kalau mereka tidak bekerja kan tidak dapat tambahan apa-apa," kata Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Bambang Pramono di Solo, Senin.
Oleh karena itu, dikatakannya, pemerintah memutuskan untuk memperkuat program bantuan sosial ini.
Baca juga: Ganjar minta masyarakat melapor jika ada korupsi bansos
"Bagaimana realisasinya itu yang penting. Meski demikian, dari data kami memang saat ini pergerakan uang lebih lambat," katanya.
Berdasarkan data, dikatakannya, saat ini aliran uang Soloraya menunjukkan "net inflow". Pada bulan November 2020 tercatat realisasi "inflow" sebesar Rp24,6 triliun dan realisasi "outflow" sebesar Rp11,9 triliun sehingga terjadi "net inflow" sebesar Rp12,7 triliun.
"Artinya uang yang masuk ke BI lebih besar dibandingkan 'outflow' (arus uang keluar). Itu indikasi dari pertumbuhan ekonomi bahwa pergerakan uang lebih lambat. Kondisi ini juga terefleksi pada inflasi," katanya.
Dengan kondisi tersebut, diperkirakan ke depan angka inflasi akan lebih rendah lagi. Sebagai contoh, terakhir inflasi di Kota Solo di angka 0,17 persen atau meningkat dibandingkan bulan Oktober sebesar 0,10 persen.
"Sejauh ini memang Soloraya jalan terus inflasinya, artinya ada kegiatan ekonomi. Kami ingin inflasi tahunan tetap terkendali di angka 3 +/-1 persen," katanya.
Meski demikian, sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dengan capaian inflasi Kota Solo tersebut, laju inflasi tahun kalender atau periode Januari-November 2020 untuk Kota Solo sebesar 1,06 persen.
Baca juga: Mensos tersangka kasus korupsi bansos miliki kekayaan Rp47 miliar
Baca juga: Pemkot Magelang pastikan tidak terjadi dobel penerima bansos APBD
"Bansos ini tujuannya untuk memastikan daya beli masyarakat khususnya golongan menengah ke bawah. Kalau mereka tidak bekerja kan tidak dapat tambahan apa-apa," kata Kepala BI Kantor Perwakilan Surakarta Bambang Pramono di Solo, Senin.
Oleh karena itu, dikatakannya, pemerintah memutuskan untuk memperkuat program bantuan sosial ini.
Baca juga: Ganjar minta masyarakat melapor jika ada korupsi bansos
"Bagaimana realisasinya itu yang penting. Meski demikian, dari data kami memang saat ini pergerakan uang lebih lambat," katanya.
Berdasarkan data, dikatakannya, saat ini aliran uang Soloraya menunjukkan "net inflow". Pada bulan November 2020 tercatat realisasi "inflow" sebesar Rp24,6 triliun dan realisasi "outflow" sebesar Rp11,9 triliun sehingga terjadi "net inflow" sebesar Rp12,7 triliun.
"Artinya uang yang masuk ke BI lebih besar dibandingkan 'outflow' (arus uang keluar). Itu indikasi dari pertumbuhan ekonomi bahwa pergerakan uang lebih lambat. Kondisi ini juga terefleksi pada inflasi," katanya.
Dengan kondisi tersebut, diperkirakan ke depan angka inflasi akan lebih rendah lagi. Sebagai contoh, terakhir inflasi di Kota Solo di angka 0,17 persen atau meningkat dibandingkan bulan Oktober sebesar 0,10 persen.
"Sejauh ini memang Soloraya jalan terus inflasinya, artinya ada kegiatan ekonomi. Kami ingin inflasi tahunan tetap terkendali di angka 3 +/-1 persen," katanya.
Meski demikian, sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dengan capaian inflasi Kota Solo tersebut, laju inflasi tahun kalender atau periode Januari-November 2020 untuk Kota Solo sebesar 1,06 persen.
Baca juga: Mensos tersangka kasus korupsi bansos miliki kekayaan Rp47 miliar
Baca juga: Pemkot Magelang pastikan tidak terjadi dobel penerima bansos APBD