Banyumas (ANTARA) - Puluhan mantan narapidana yang menjadi klien Balai Pemasyarakatan (Bapas) Purwokerto mendapatkan pelatihan produksi minyak serei sebagai bekal mereka untuk bisa hidup mandiri saat kembali ke masyarakat.

"Secara umum, jumlah klien kami yang berasal dari Kabupaten Banyumas sendiri itu ada 427 klien, yang terserap di sini sekitar 50 orang," kata Kepala Bapas Purwokerto Edy Sarwono di Desa Kedungrandu, Kecamatan Patikraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis.

Dia mengatakan hal itu kepada wartawan di sela kunjungan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Reynhard Saut Poltak Silitonga di Rumah Penyulingan Sereh Wangi binaan Bapas Purwokerto.

Baca juga: Bekali napi terjun ke masyarakat, Bapas Purwokerto-Peradi SAI bangun rumah kreatif

Ia mengharapkan program pembinaan berupa penyulingan minyak serei itu dapat berkembang di seluruh wilayah kerja Bapas Purwokerto yang meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen.

"Mudah-mudahan dari 1.070 klien kami di empat kabupaten per hari ini, kami bisa melakukan pengawasan dan bimbingannya," katanya.

Dia mengatakan lahan budi daya serei dan menjadi lokasi penyulingan minyak serei itu milik Kemenkumham dengan luas sekitar 3,5 hektare.

Pihaknya juga mendapat pinjaman lahan seluas 1,5 hektare milik Pemerintah Kabupaten Banyumas di bekas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Tugel yang akan digunakan kegiatan program pembinaan, khususnya pengembangan usaha minyak serei.

Direktur Utama PT Dewara Nusajaya Wahyu Baharudin mengatakan pihaknya menjadi pendamping dalam program pembinaan yang diselenggarakan Bapas Purwokerto, khususnya penyulingan minyak serei.

"Dari lahan yang ada, per satu hektare menghasilkan daun serei basah 10 ton. Dari 10 ton daun basah itu, bisa mendapatkan minyak sebanyak satu persennya (10 kilogram, red.)," katanya.

Dengan penambahan lahan dari sebelumnya 3,5 menjadi lima hektare, dia optimistis dapat panen serei dan memproduksi minyak serei setiap hari.

Dia mengatakan kapasitas penyulingan di tempat itu masih kecil dan berbeda dengan di Pulau Nusakambangan yang berkapasitas satu ton.

"Kalau di sini hanya 250 kilogram per hari. Jadi dalam sehari, kami hanya satu kali menyuling untuk kapasitas minyak 250 kilogram," katanya.

Ia mengakui harga minyak serei fluktuatif dan saat sekarang tergolong bagus seiring dengan adanya pandemi COVID-19 karena mencapai kisaran Rp250 ribu per kilogram.

Wahyu mengatakan bibit serei yang dibudidayakan merupakan jenis terbaru dan dapat menghasilkan minyak kualitas bagus, sehingga layak ekspor.

"Oleh karena itu, kami ada dua sesi, satu adalah minyak murni untuk dijual langsung, kedua berupa turunannya yang diproses untuk membuat bahan dasar lainnya seperti karbol, 'hand sanitizer' (penyanitasi tangan), atau produk lain," katanya.

Dia mengakui produk minyak serei Rumah Penyulingan Sereh Wangi belum diekspor secara langsung melainkan digabungan dengan ekspor yang dilakukan PT Dewara Nusajaya.

Ia menjelaskan hal itu disebabkan pihaknya mengembangkan usaha minyak serei tidak hanya di Banyumas.

"Kami bekerja sama dengan Ditjen Pemasyarakatan untuk mengembangkannya di Lapas Kota Agung Lampung, Lapas Gunung Sugih Lampung, di Nusakambangan, terus di daerah Jeruklegi Cilacap, banyak," katanya. 

Baca juga: Kegiatan pembinaan Bapas Purwokerto jadi percontohan
 

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024