Jakarta (ANTARA) - Kepala Lembaga Biologi Molekular Eijkman Amin Soebandrio mengatakan kapasitas produksi vaksin dunia diperkirakan hanya mampu memenuhi kebutuhan vaksin COVID-19 untuk setengah atau 50 persen dari total penduduk dunia.
"Kapasitas produksi vaksin dunia hanya kurang lebih separuh dari jumlah penduduk dunia jadi banyak negara yang tidak mampu atau mau memproduksi vaksin sendiri karena pertimbangan ekonomi dan sebagainya," kata Amin dalam seminar virtual Harmonisasi Triple Helix: Kemandirian dan Kedaulatan Produk Inovasi Nasional, Jakarta, Kamis.
Baca juga: Izin edar vaksin Merah Putih diharapkan awal 2022
Dengan kondisi kapasitas produksi vaksin dunia seperti itu, maka perlu ada kemandirian bangsa Indonesia untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan vaksin dalam negeri.
Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta tentu akan menghadapi masalah jika hanya mengandalkan vaksin dari luar.
Untuk menciptakan kekebalan kelompok atau "herd immunity" terhadap COVID-19 saja maka perlu sekitar 70 persen dari penduduk Indonesia harus diberikan vaksin.
Jika 70 persen penduduk Indonesia adalah 175 juta jiwa, maka diperlukan sebanyak 350 juta vaksin karena perlu dua kali suntikan dosis vaksin.
Baca juga: Pengembangan vaksin utamakan keamanan dan kemanjuran
Apalagi jika seluruh penduduk Indonesia yang 260 juta jiwa itu diberikan vaksin, maka diperlukan sekitar 520 juta dosis vaksin.
Jika hanya mengandalkan vaksin dari luar negeri, maka yang terjadi adalah "perebutan" vaksin.
Oleh karena itu, Indonesia harus memiliki kemandirian vaksin dengan menghasilkan vaksin Merah Putih yang saat ini sedang dikembangkan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan lembaga penelitian atau perguruan tinggi lain di Indonesia.
"Kita harus punya kemampuan membuat vaksin sendiri," ujarnya.
Baca juga: Kemristek: 3 perusahaan swasta produksi 1 miliar dosis vaksin COVID-19
Baca juga: Pemerintah prediksi proses vaksin COVID-19 dari Eijkman paling cepat
Baca juga: Menristek: Eijkman bersiap uji kandidat bibit vaksin COVID-19 di hewan
"Kapasitas produksi vaksin dunia hanya kurang lebih separuh dari jumlah penduduk dunia jadi banyak negara yang tidak mampu atau mau memproduksi vaksin sendiri karena pertimbangan ekonomi dan sebagainya," kata Amin dalam seminar virtual Harmonisasi Triple Helix: Kemandirian dan Kedaulatan Produk Inovasi Nasional, Jakarta, Kamis.
Baca juga: Izin edar vaksin Merah Putih diharapkan awal 2022
Dengan kondisi kapasitas produksi vaksin dunia seperti itu, maka perlu ada kemandirian bangsa Indonesia untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan vaksin dalam negeri.
Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta tentu akan menghadapi masalah jika hanya mengandalkan vaksin dari luar.
Untuk menciptakan kekebalan kelompok atau "herd immunity" terhadap COVID-19 saja maka perlu sekitar 70 persen dari penduduk Indonesia harus diberikan vaksin.
Jika 70 persen penduduk Indonesia adalah 175 juta jiwa, maka diperlukan sebanyak 350 juta vaksin karena perlu dua kali suntikan dosis vaksin.
Baca juga: Pengembangan vaksin utamakan keamanan dan kemanjuran
Apalagi jika seluruh penduduk Indonesia yang 260 juta jiwa itu diberikan vaksin, maka diperlukan sekitar 520 juta dosis vaksin.
Jika hanya mengandalkan vaksin dari luar negeri, maka yang terjadi adalah "perebutan" vaksin.
Oleh karena itu, Indonesia harus memiliki kemandirian vaksin dengan menghasilkan vaksin Merah Putih yang saat ini sedang dikembangkan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan lembaga penelitian atau perguruan tinggi lain di Indonesia.
"Kita harus punya kemampuan membuat vaksin sendiri," ujarnya.
Baca juga: Kemristek: 3 perusahaan swasta produksi 1 miliar dosis vaksin COVID-19
Baca juga: Pemerintah prediksi proses vaksin COVID-19 dari Eijkman paling cepat
Baca juga: Menristek: Eijkman bersiap uji kandidat bibit vaksin COVID-19 di hewan