Cilacap (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mengingatkan masyarakat setempat untuk mewaspadai peningkatan curah hujan yang berpotensi terjadi pada bulan Oktober-November.
"Berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG, curah hujan pada bulan Oktober-November diprakirakan tinggi seiring dengan adanya La Nina moderat," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Tri Komara Sidhy di Cilacap, Selasa.
Ia mengakui dalam beberapa waktu terakhir, genangan air dan tanah longsor telah melanda sejumlah wilayah Cilacap.
Baca juga: BMKG Banjarnegara minta masyarakat waspadai potensi curah hujan tinggi
Bahkan, kata dia, kejadian tanah retak yang berpotensi longsor dilaporkan terjadi pada hari Selasa (20/10) di Desa Jambusari, Kecamatan Jeruklegi, akibat hujan lebat yang terjadi pada hari Minggu-Senin (18-19/10).
"Tanah fondasi di Jalan Raya Jeruklegi-Wangon yang merupakan ruas jalan nasional, mengalami retak sepanjang 10 meter dan lebar 2,5 meter sehingga rawan longsor. Jika retakan tanah tersebut tidak segera ditangani, sejumlah rumah warga di sekitarnya berpotensi terkena longsoran," katanya.
Menurut dia, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pihak terkait guna menangani retakan tanah tersebut agar tidak terjadi longsor.
Lebih lanjut, Tri Komara mengatakan pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi terutama di daerah rawan banjir dan longsor.
"Kami juga telah membentuk desa tangguh bencana banjir maupun longsor serta memlakukan pemetaan daerah rawan bencana, menyiapkan sumber daya kebencanaan, membuat arah jalur evakuasi, rumah panggung, untuk tempat pengungsian, titik kumpul di masing-masing desa yang mempunyai ancaman banjir maupun longsor, menyiapkan Pos Siaga di masing-masing kecamatan maupun UPT BPBD," katanya.
Ia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan siaga selama 24 jam dalam tujuh hari. "Siaga tanpa jeda. Jangan sampai lengah dan terlambat dalam evakuasi," katanya.
Sebelumnya, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo memrakirakan curah hujan selama bulan Oktober-November tinggi karena adanya La Nina moderat.
"Jadi beberapa wilayah termasuk Cilacap dan sekitarnya, akumulasinya (akumulasi hujan, red.) tinggi, sehingga masih ada kemungkinan terjadi curah hujan di atas normal atau lebih dari rata-rata," katanya.
Selain itu, kata dia, bulan Oktober-November merupakan puncak musim hujan untuk wilayah Cilacap bagian selatan dan pesisir selatan Cilacap.
Sementara puncak musim hujan untuk wilayah Cilacap bagian barat, Cilacap bagian utara, Cilacap bagian tengah, serta Kabupaten Banyumas dan sekitarnya berlangsung pada bulan Desember-Januari.
"Oleh karena itu, masyarakat di wilayah Cilacap bagian selatan dan pesisir selatan diimbau mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem pada bulan Oktober-November meskipun sebenarnya baru memasuki musim hujan. Ini karena pengaruh La Nina yang sebelumnya lemah menjadi moderat, sehingga curah hujannya diprediksi di atas normal atau di atas rata-rata," katanya.
Baca juga: BMKG: Waspadai La Nina dapat picu bencana hidrometeorologi
Baca juga: BMKG: Nelayan harus antisipasi kemungkinan terjadinya gelombang tinggi
"Berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG, curah hujan pada bulan Oktober-November diprakirakan tinggi seiring dengan adanya La Nina moderat," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Tri Komara Sidhy di Cilacap, Selasa.
Ia mengakui dalam beberapa waktu terakhir, genangan air dan tanah longsor telah melanda sejumlah wilayah Cilacap.
Baca juga: BMKG Banjarnegara minta masyarakat waspadai potensi curah hujan tinggi
Bahkan, kata dia, kejadian tanah retak yang berpotensi longsor dilaporkan terjadi pada hari Selasa (20/10) di Desa Jambusari, Kecamatan Jeruklegi, akibat hujan lebat yang terjadi pada hari Minggu-Senin (18-19/10).
"Tanah fondasi di Jalan Raya Jeruklegi-Wangon yang merupakan ruas jalan nasional, mengalami retak sepanjang 10 meter dan lebar 2,5 meter sehingga rawan longsor. Jika retakan tanah tersebut tidak segera ditangani, sejumlah rumah warga di sekitarnya berpotensi terkena longsoran," katanya.
Menurut dia, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pihak terkait guna menangani retakan tanah tersebut agar tidak terjadi longsor.
Lebih lanjut, Tri Komara mengatakan pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi terutama di daerah rawan banjir dan longsor.
"Kami juga telah membentuk desa tangguh bencana banjir maupun longsor serta memlakukan pemetaan daerah rawan bencana, menyiapkan sumber daya kebencanaan, membuat arah jalur evakuasi, rumah panggung, untuk tempat pengungsian, titik kumpul di masing-masing desa yang mempunyai ancaman banjir maupun longsor, menyiapkan Pos Siaga di masing-masing kecamatan maupun UPT BPBD," katanya.
Ia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan siaga selama 24 jam dalam tujuh hari. "Siaga tanpa jeda. Jangan sampai lengah dan terlambat dalam evakuasi," katanya.
Sebelumnya, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo memrakirakan curah hujan selama bulan Oktober-November tinggi karena adanya La Nina moderat.
"Jadi beberapa wilayah termasuk Cilacap dan sekitarnya, akumulasinya (akumulasi hujan, red.) tinggi, sehingga masih ada kemungkinan terjadi curah hujan di atas normal atau lebih dari rata-rata," katanya.
Selain itu, kata dia, bulan Oktober-November merupakan puncak musim hujan untuk wilayah Cilacap bagian selatan dan pesisir selatan Cilacap.
Sementara puncak musim hujan untuk wilayah Cilacap bagian barat, Cilacap bagian utara, Cilacap bagian tengah, serta Kabupaten Banyumas dan sekitarnya berlangsung pada bulan Desember-Januari.
"Oleh karena itu, masyarakat di wilayah Cilacap bagian selatan dan pesisir selatan diimbau mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem pada bulan Oktober-November meskipun sebenarnya baru memasuki musim hujan. Ini karena pengaruh La Nina yang sebelumnya lemah menjadi moderat, sehingga curah hujannya diprediksi di atas normal atau di atas rata-rata," katanya.
Baca juga: BMKG: Waspadai La Nina dapat picu bencana hidrometeorologi
Baca juga: BMKG: Nelayan harus antisipasi kemungkinan terjadinya gelombang tinggi