Semarang (ANTARA) - Sebanyak 21 kabupaten/kota di Jawa Tengah menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 pada tanggal 9 Desember mendatang.
Dari 21 wilayah tersebut, KPU mencatat enam daerah diikuti oleh calon tunggal, atau mereka akan melawan kotak kosong.
Keenam daerah tersebut meliputi Kota Semarang, Kabupaten Sragen, Boyolali, Grobogan, Kebumen, dan Wonosobo.
Baca juga: Menengok persiapan pesta demokrasi calon tunggal
Petahana Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dan Hevearita G. Rahayu kembali mencalonkan diri untuk periode kedua kepemimpinannya di Ibu Kota Jawa Tengah ini.
Duet yang lebih dikenal dengan Hendi-Ita ini memborong dukungan seluruh partai politik di Kota Semarang, baik yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang maupun di luar parlemen.
Seluruh partai politik yang memiliki kursi di DPRD Kota Semarang mengusung pasangan Hendi-Ita sebagai pasangan calon wali kota dan wakil wali kota setempat pada Pilkada Serentak 2020.
Sembilan partai politik penghuni DPRD Kota Semarang tersebut masing-masing PDIP, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Nasional Demokrat (NasDem), dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Pasangan ini juga didukung enam partai di luar parlemen, yakni Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Hanura, Partai Berkarya, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Gelora, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Baca juga: Kampanye via medsos, ibu hamil pun bisa ikut
Target 90 Persen
Ketua Tim Pemenangan Pasangan Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi-Hevearita G. Rahayu (Hendi-Ita), Kadarlusman, menargetkan perolehan suara hingga 90 persen dalam Pilkada 2020.
Menurut dia, target tersebut bisa diraih dengan dukungan struktur 14 partai pengusung dan pendukung pasangan Hendi-Ita.
"Semua partai punya ahli strategi, jadi tugas saya agak ringan," kata Sekretaris DPC PDIP Kota Semarang itu.
Ketua DPRD Kota Semarang yang akrab disapa Pilus tersebut menilai besarnya dukungan terhadap Hendi-Ita untuk kembali mencalonkan diri itu bukan semata-mata tanggung jawab pasangan tersebut untuk mencapai target yang sudah ditentukan.
Ia menilai beban untuk merealisasikan perolehan suara dengan 100 persen dukungan untuk pasangan ini justru berada pada partai pengusung dan pendukung,
"Beban bagi mereka yang mengusung dan mendukung untuk mengembalikan suara seperti saat peroleh di pemilu, atau setidaknya hampir sama," katanya.
Menurut dia, partai pengusung dan pendukung harus mampu membawa konstituennya ke tempat pemungutan suara (TPS) dan memberikan suaranya untuk Hendi-Ita.
Dikatakan pula bahwa strategi kempanye yang akan digelar selama 71 hari ini sudah disiapkan sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku.
Pada masa kampanye pilkada kali ini, kata Pilus, tidak ada juru kampanye tingkat nasional yang hadir untuk memenangkan pasangan Hendi-Ita pada Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang 2020.
"Untuk juru kampanye, hanya dari tingkat lokal di Semarang," kata Pilus.
Menurut dia, hal tersebut sesuai dengan strategi kampanye Hendi-Ita yang tanpa lawan di pilkada ini.
"Strateginya tidak seperti saat kalau ada lawan," katanya.
Sementara Hendrar Prihadi menyatakan kesiapannya untuk menghadapi Pilkada 2020.
Ketua DPC PDIP Kota Semarang ini menegaskan dirinya bersama pasangannya, Hevearita G. Rahayu, tetap serius menghadapi pilkada meski hanya melawan kotak kosong.
"Saya sampaikan, melawan kotak kosong atau tidak, itu sama-sama sulit. Dalam kompetisi model apa pun tetap harus mempersiapkan diri agar tidak jemawa," kata Hendi.
Hendi juga berkomitmen menerapkan protokol kesehatan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pada seluruh tahapan Pilkada 2020.
"Kami siap mematuhi protokol kesehatan dalam setiap tahapan pilkada. Mengutamakan kesehatan dan keselamatan para pemangku kepentingan dalam pilkada," kata Hendi menegaskan.
Hendi-Ita juga siap menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku jika melanggar penerapan protokol kesehatan dalam pelaksanaan tahapan pilkada.
Suara untuk Kotak Kosong
Analis politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Yuwanto mengatakan kotak kosong yang akan menjadi lawan pasangan Hendi-Ita.
Dalam teori, hal semacam itu disebut perilaku pemilih atau voting behavior.
Meski pasangan Hendi-Ita diusung dan didukung seluruh partai politik dalam Pilkada 2020, dia memperkirakan ada yang memilih kotak kosong saat pemungutan suara nanti.
"Kalau 100 persen memilih Hendi-ita kecil kemungkinannya. Pasti ada yang pilih kotak kosong," kata dosen politik dan pemerintahan Undip tersebut.
Dalam realita politik, lanjut dia, merupakan hal yang wajar jika masyarakat ada yang memilih kotak kosong dalam pemilu yang hanya diikuti calon tunggal.
Kehendak partai politik pengusung dan pendukung, menurut Yuwanto, belum tentu merepresentasikan kehendak rakyat.
Meski demikian, kondisi tersebut tidak perlu menjadi hal yang perlu dipikirkan secara serius karena pasangan Hendi-Ita bakal menang mutlak dalam Pilkada 2020.
Justru yang harus menjadi perhatian seluruh pemangku kepentingan, kata dia, memastikan partisipasi pemilih tetap tinggi untuk datang ke TPS pada tanggal 9 Desember 2020.
"Ini bukan hanya tugas KPU, tetapi tugas seluruh pemangku kepentingan," katanya.
Ia mencontohkan partai politik pengusung dan pendukung Hendi-Ita harus lebih menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat.
"Jangan sampai karena berpikir Hendi-Ita pasti jadi, kemudian tidak datang ke TPS," katanya.
Baca juga: Analis: Calon pemilih perlu tunjukkan nasionalisme dengan datangi TPS
Baca juga: Kotak kosong Pilkada Semarang diprediksi tetap dapat suara
Baca juga: "Buzzer" belum diatur, Perludem: PKPU perlu lebih progresif
Dari 21 wilayah tersebut, KPU mencatat enam daerah diikuti oleh calon tunggal, atau mereka akan melawan kotak kosong.
Keenam daerah tersebut meliputi Kota Semarang, Kabupaten Sragen, Boyolali, Grobogan, Kebumen, dan Wonosobo.
Baca juga: Menengok persiapan pesta demokrasi calon tunggal
Petahana Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dan Hevearita G. Rahayu kembali mencalonkan diri untuk periode kedua kepemimpinannya di Ibu Kota Jawa Tengah ini.
Duet yang lebih dikenal dengan Hendi-Ita ini memborong dukungan seluruh partai politik di Kota Semarang, baik yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang maupun di luar parlemen.
Seluruh partai politik yang memiliki kursi di DPRD Kota Semarang mengusung pasangan Hendi-Ita sebagai pasangan calon wali kota dan wakil wali kota setempat pada Pilkada Serentak 2020.
Sembilan partai politik penghuni DPRD Kota Semarang tersebut masing-masing PDIP, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Nasional Demokrat (NasDem), dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Pasangan ini juga didukung enam partai di luar parlemen, yakni Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Partai Hanura, Partai Berkarya, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Gelora, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Baca juga: Kampanye via medsos, ibu hamil pun bisa ikut
Target 90 Persen
Ketua Tim Pemenangan Pasangan Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi-Hevearita G. Rahayu (Hendi-Ita), Kadarlusman, menargetkan perolehan suara hingga 90 persen dalam Pilkada 2020.
Menurut dia, target tersebut bisa diraih dengan dukungan struktur 14 partai pengusung dan pendukung pasangan Hendi-Ita.
"Semua partai punya ahli strategi, jadi tugas saya agak ringan," kata Sekretaris DPC PDIP Kota Semarang itu.
Ketua DPRD Kota Semarang yang akrab disapa Pilus tersebut menilai besarnya dukungan terhadap Hendi-Ita untuk kembali mencalonkan diri itu bukan semata-mata tanggung jawab pasangan tersebut untuk mencapai target yang sudah ditentukan.
Ia menilai beban untuk merealisasikan perolehan suara dengan 100 persen dukungan untuk pasangan ini justru berada pada partai pengusung dan pendukung,
"Beban bagi mereka yang mengusung dan mendukung untuk mengembalikan suara seperti saat peroleh di pemilu, atau setidaknya hampir sama," katanya.
Menurut dia, partai pengusung dan pendukung harus mampu membawa konstituennya ke tempat pemungutan suara (TPS) dan memberikan suaranya untuk Hendi-Ita.
Dikatakan pula bahwa strategi kempanye yang akan digelar selama 71 hari ini sudah disiapkan sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku.
Pada masa kampanye pilkada kali ini, kata Pilus, tidak ada juru kampanye tingkat nasional yang hadir untuk memenangkan pasangan Hendi-Ita pada Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang 2020.
"Untuk juru kampanye, hanya dari tingkat lokal di Semarang," kata Pilus.
Menurut dia, hal tersebut sesuai dengan strategi kampanye Hendi-Ita yang tanpa lawan di pilkada ini.
"Strateginya tidak seperti saat kalau ada lawan," katanya.
Sementara Hendrar Prihadi menyatakan kesiapannya untuk menghadapi Pilkada 2020.
Ketua DPC PDIP Kota Semarang ini menegaskan dirinya bersama pasangannya, Hevearita G. Rahayu, tetap serius menghadapi pilkada meski hanya melawan kotak kosong.
"Saya sampaikan, melawan kotak kosong atau tidak, itu sama-sama sulit. Dalam kompetisi model apa pun tetap harus mempersiapkan diri agar tidak jemawa," kata Hendi.
Hendi juga berkomitmen menerapkan protokol kesehatan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pada seluruh tahapan Pilkada 2020.
"Kami siap mematuhi protokol kesehatan dalam setiap tahapan pilkada. Mengutamakan kesehatan dan keselamatan para pemangku kepentingan dalam pilkada," kata Hendi menegaskan.
Hendi-Ita juga siap menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku jika melanggar penerapan protokol kesehatan dalam pelaksanaan tahapan pilkada.
Suara untuk Kotak Kosong
Analis politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Yuwanto mengatakan kotak kosong yang akan menjadi lawan pasangan Hendi-Ita.
Dalam teori, hal semacam itu disebut perilaku pemilih atau voting behavior.
Meski pasangan Hendi-Ita diusung dan didukung seluruh partai politik dalam Pilkada 2020, dia memperkirakan ada yang memilih kotak kosong saat pemungutan suara nanti.
"Kalau 100 persen memilih Hendi-ita kecil kemungkinannya. Pasti ada yang pilih kotak kosong," kata dosen politik dan pemerintahan Undip tersebut.
Dalam realita politik, lanjut dia, merupakan hal yang wajar jika masyarakat ada yang memilih kotak kosong dalam pemilu yang hanya diikuti calon tunggal.
Kehendak partai politik pengusung dan pendukung, menurut Yuwanto, belum tentu merepresentasikan kehendak rakyat.
Meski demikian, kondisi tersebut tidak perlu menjadi hal yang perlu dipikirkan secara serius karena pasangan Hendi-Ita bakal menang mutlak dalam Pilkada 2020.
Justru yang harus menjadi perhatian seluruh pemangku kepentingan, kata dia, memastikan partisipasi pemilih tetap tinggi untuk datang ke TPS pada tanggal 9 Desember 2020.
"Ini bukan hanya tugas KPU, tetapi tugas seluruh pemangku kepentingan," katanya.
Ia mencontohkan partai politik pengusung dan pendukung Hendi-Ita harus lebih menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat.
"Jangan sampai karena berpikir Hendi-Ita pasti jadi, kemudian tidak datang ke TPS," katanya.
Baca juga: Analis: Calon pemilih perlu tunjukkan nasionalisme dengan datangi TPS
Baca juga: Kotak kosong Pilkada Semarang diprediksi tetap dapat suara
Baca juga: "Buzzer" belum diatur, Perludem: PKPU perlu lebih progresif