Solo (ANTARA) - Kepala Polda Jawa Tengah Irjen Pol. Ahmad Luthfi mengajak semua tokoh agama dan masyarakat di Soloraya untuk bersatu bangkit untuk mengalahkan COVID-19 pada masa pandemi di Indonesia.

"Kami tidak harus kalah melawan segala problem kesehatan pada masa pandemi COVID-19. Roda perekonomian harus bangkit bersama di tengah masa pandemi COVID-19," kata Kapolda di sela Silaturahmi Kebinekaan dan Doa Bersama oleh Maulana Al Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya di Benteng Vastenburg Solo, Senin.

Pada acara tersebut, selain Kapolda Jateng, juga hadir Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Bakti Agus Fadjari, Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo, sejumlah bupati di Soloraya, dan tokoh masyarakat/agama.

Pada kegiatan tersebut, kata Kapolda, momentum yang luar biasa karena semua tahu di Tanah Air, bahkan dunia mengalami krisis kesehatan, yakni pandemi COVID-19 yang tidak tahu pakan akan berakhir.

Baca juga: Presiden minta Kemenkes buat rencana tes COVID-19 seluruh provinsi

Menurut Kapolda, kegiatan tersebut baik dari Rumah Dinas Wali Kota Surakarta Loji Gandrung hingga ke lokasi Benteng Vantenburg Solo ini tidak ada satu pun yang datang ke sini tidak memakai masker.

"Tidak ada satu pun yang hadir tidak menjalani tes cepat COVID-19. Hal ini menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 tidak hanya melanda Indonesia, termasuk Jateng khususnya Solo Raya," kata Kapolda.

Oleh karena itu, pihaknya TNI/Polri di garda depan dalam rangka melaksanakan Inpres Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam rangka Penanganan COVID-19.

"Kita semua harus bersatu untuk memerangi pandemi COVID-19. Kami tidak tahu sampai kapan akan berakhir. Masyarakat tidak boleh kalah oleh adanya problema kesehatan yang berimplikasi pada ekonomi yang akan berujung pada sosial yang bakal mengganggu kamtibmas," kata Kapolda.

Kapolda mengatakan bahwa acara tersebut dalam rangka memupuk memperkuat tali persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI).

"Jadi, beda agama, ras, suku, dan beda apa pun dianggap musuh intoleransi. Mereka jika dibiarkan menjadi potensi untuk memecah belah NKRI," katanya.

Menurut dia, intoleransi akan meningkat menjadi radikalisme. Radikalisme tidak hanya beda, mereka akan mengganti konsep NKRI itu dengan konsep lain meski masih dalam wancana.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan bahwa pada masa pandemi COVID-19 di Jateng, khususnya di Soloraya, sampai kapan akan berakhir belum jelas. Hal ini sudah berdampak pada perekonomian.

"Ayo pakai masker, jagak jarak, dan rajin mencuci tangan pakai sabun. Ayo bersama-sama menjaga karena dampaknya sudah merambat ke perekonomian, dan Jateng sudah turun hingga 5,9 persen," kata Gubernur.

Selain itu, Gubernur juga mengajak semua elemen masyarakat untuk tolong menolong dan berdoa untuk semua masyarakat Jateng khususnya dan Indonesia pada umumnya tetap sehat.

Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Bakti Agus Fadjari dalam kesempatan itu juga mengajak semua elemen masyarakat bersama-sama menjaga keragaman NKRI.

"Kita jaga situasi kebangsaan kita, kemasyarakartan kita sehingga menjadi lebih baik. tercipta kedamaian dan tentunya sesuai dengan tujuan negara, masyarakat adil makmur, dan sejahtera," kata Pangdam pada acara yang dihadiri sekitar 450 orang.

Acar tersebut dilihat melalui live streaming Youtube dan live Instagram Polresta Surakarta lebih dari 7.000 orang. 

Baca juga: Presiden Jokowi minta waspadai klaster perkantoran, keluarga, dan pilkada
Baca juga: India susul Brazil sebagai negara terparah kedua terpukul COVID-19

Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024