Rembang (ANTARA) - Kehadiran Rumah BUMN Rembang tak hanya mendorong ribuan UMKM agar naik kelas, namun juga memperkuat status Rembang sebagai Kabupaten Kreatif yang telah disematkan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) RI.

Sektor industri kreatif di Kota Garam ini dipacu agar lebih menggeliat. Sektor usaha yang bertumpu pada kreativitas untuk memberi nilai lebih pada produk maupun jasa yang mayoritas digerakkan oleh kalangan milenial ini diharapkan juga ikut mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah.


Wajah Nurrohman terlihat sumringah ketika melihat berbagai fasilitas yang ada di Rumah BUMN Rembang. Pelaku usaha yang juga pelestari Batik Lasem ini mengapresiasi kehadiran Rumah BUMN Rembang.

Sebab menurutnya dari sisi konsep hingga fasilitas, Rumah BUMN Rembang tergolong paket komplet. Ada tempat workshop (pelatihan) dan ruang meeting VIP, zona display (ruang pamer), zona coworking space (ruang untuk berkarya dan bekerja bersama), hingga pojok seni budaya.

“Bisa dibilang ini sempurna. Apalagi ada coworking space. Tinggal pengoperasiannya nanti seperti apa agar Rumah BUMN Rembang ini benar-benar punya kontribusi nyata tidak hanya untuk UMKM namun juga sektor industri kreatif. Saya tertarik mau mengajak anak didik dari kalangan milenial yang bergerak di bidang desain grafis dan animasi untuk beraktivitas di Rumah BUMN Rembang,” kata owner Batik Najma Lasem Rembang ini.

Tahun lalu, Bekraf memilih Rembang sebagai salah satu kabupaten kreatif di Indonesia. Rembang ditetapkan sebagai kabupaten kreatif dengan sub sektor unggulan kriya dengan penyebutan khusus kabupaten konservasi budaya. Dan apreasisi dari Bekraf ini lantaran sumbangsih batik tulis Lasem yang memang merupakan lokomotif ekonomi kreatif di Kabupaten Rembang.

Nurrohman berharap agar pengelolaan Rumah BUMN Rembang dilakukan secara profesional. Berbagai fasilitas yang memadai juga perlu ditunjang dengan sumber daya manusia (SDM) yang faham tentang product knowledge berbagai produk UMKM yang ada di Rumah BUMN. Tak hanya itu, personel itu juga memiliki kemampuan marketing yang memadai. Upaya ini juga akan sangat membantu pemasaran dan perluasan pasar pelaku usaha UMKM.

“Berdasar pengalaman saya selama bertahun-tahun menggeluti usaha batik Lasem, karakter calon customer itu bermacam-macam. Kalau kita punya kemampuan marketing yang baik, maka customer yang semula hanya membeli satu produk bisa menambah daftar transaksinya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Semisal tidak transaksi itu juga akan membantu citra positif Rumah BUMN Rembang maupun UMKM. Semisal batik Lasem maka itu juga membantu eksistensi kearifan lokal khas Rembang ini,” ujarnya.

Selain itu, Nurrohman juga mengusulkan agar pengelola Rumah BUMN melakukan langkah terobosan. Semisal memperkuat kemitraan dengan OPD maupun instansi pemerintah maupun swasta lain di wilayah Rembang. Sehingga ketika mereka ada tamu dari luar daerah maka tempat pertemuan bisa dilaksanakan di Rumah BUMN Rembang.

“Ini juga sekaligus untuk lebih mengenalkan Rumah BUMN dan UMKM maupun berbagai aktivitas yang ada di dalamnya kepada pihak luar,” jelas Nurrohman.

Pembina Forum UMKM Rembang Setyo Hariyadi menilai Rumah BUMN Rembang cocok untuk pemberdayaan kalangan milenial. Pojok seni budaya hingga basecamp milenial berupa coffee shop yang kekinian serta studio di Rumah BUMN Rembang mewakili area khusus untuk anak-anak muda tersebut.

Menurut Tyo –panggilan akrab Setyo Hariyadi- saat pandemi COVID-19 banyak generasi milenial mulai dari kalangan siswa, mahasiswa hingga anak muda pada umumnya yang beraktivitas di rumah. Oleh karena itu, lewat Rumah BUMN Rembang kalangan milenial juga bisa dikenalkan dengan dunia wirausaha.

“Semisal lewat talkshow yang diadakan di sini. Intinya mereka dikenalkan jika wirausaha itu keren dan tidak ribet seperti yang dibayangkan. Milenial yang tidak punya usaha juga bisa gabung,” paparnya.

Anggota Forum UMKM Rembang berjumlah 300 pelaku usaha. Mereka bergerak di berbagai klaster usaha. Mulai dari klaster Batik Lasem, olahan ikan, kopi, mebel, barang rajutan, makanan ringan dan lain sebagainya. Meski baru diresmikan sepekan lalu, namun saat ini, sudah ada 50 pelaku usaha yang tergabung dalam Forum UMKM Rembang yang terdaftar sebagai member dan produknya sudah terdisplay di Rumah BUMN Rembang. Sisanya masuk secara bertahap.
  Rumah BUMN Rembang. Dok. Semen Gresik
Tyo ingin Rumah BUMN Rembang mampu mewadahi seluruh UMKM di Rembang yang jumlahnya diperkirakan sekitar 40 ribu pelaku usaha. Dan, UMKM yang beraktivitas di Rumah BUMN Rembang tak hanya yang produknya berupa barang saja, namun juga jasa. Semisal fotografi, film, olah suara yang termasuk dalam industri kreatif.

“Intinya tidak membatasi, siapa pun boleh bergabung. Sebab Rembang memang memiliki potensi untuk pengembangan industri kreatif jadi harus dikolaborasikan agar hasilnya maksimal,” ucap Tyo.

Kepala Unit Komunikasi dan Bina Lingkungan PT Semen Gresik Dharma Sunyata mengatakan pengelolaan Rumah BUMN Rembang memang dilakukan secara profesional. Rumah BUMN Rembang merupakan wadah agar UMKM maupun pelaku industri kreatif bisa lebih tumbuh dan berkembang. Mereka terus didorong agar bisa lebih berkreasi menciptakan produk maupun jasa unggulan.

Menurut Dharma Sunyata, berbagai fasilitas di Rumah BUMN Rembang bisa diakses dengan gratis. UMKM, pelaku sektor industri kreatif atau kalangan milenial hanya perlu terus kreatif dan terus mengasah kemampuan agar bisa terus berkembang seiring ketatnya persaingan pasar.

“Rumah BUMN ini merupakan wujud dukungan nyata SIG untuk ikut memajukan UMKM maupun sektor industri kreatif. Ujung dari proses ini juga untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Rembang," tandas Dharma Sunyata. (bagian kedua dari dua tulisan) *** (KSM)


Pewarta : KSM
Editor : Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024