Purwokerto (ANTARA) - Kota Purwokerto dan Cilacap, Jawa Tengah, mengalami deflasi pada Juli 2020, kata Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Purwokerto Samsun Hadi.

"Kondisi deflasi pada periode Juli 2020 juga terjadi pada seluruh kota pengukuran inflasi di Jawa Tengah. Akan tetapi, deflasi di Purwokerto dan Cilacap merupakan yang terendah di Jawa Tengah," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu.

Dalam hal ini, kata dia, deflasi pada bulan Juli di Purwokerto sebesar 0,20 persen, sedangkan Cilacap sebesr 0,17 persen.

Bahkan, lanjut dia, deflasi di Purwokerto dan Cilacap terpantau lebih rendah dari deflasi di Jawa Tengah yang sebesar 0,09 persen maupun nasional yang sebesar 0,10 persen.

"Pada bulan Juni 2020, Purwokerto mengalami inflasi sebesar 0,40 dan Cilacap mengalami inflasi 0,28 persen," jelasnya.

Samsun mengatakan deflasi pada bulan Juli di Purwokerto terutama bersumber dari penurunan harga komoditas pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberi andil sebesar minus 0,27 persen.

Menurut dia, penurunan harga tersebut terutama terjadi pada komoditas bawang merah, daging ayam ras, bawang putih, dan gula pasir.

"Namun deflasi jauh tertahan oleh peningkatan harga komoditas tarif kereta api, telur ayam ras, dan emas perhiasan," katanya.

Ia mengatakan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Banyumas pada bulan Juli telah melakukan serangkaian kegiatan untuk mengendalikan inflasi seperti operasi pasar gula pasir dan pemantauan rutin terhadap harga komoditas bahan pangan strategis.

Selain itu, kata dia, TPID Kabupaten Banyumas juga melakukan langkah-langkah mitigasi terkait dengan datangnya musim kemarau dengan melaksanakan kegiatan percepatan musim tanam padi, pemberian bantuan benih padi varietas umur pendek, dan budi daya usaha tani hemat air.

"Inflasi di Purwokerto pada bulan Agustus diperkirakan masih terjaga rendah pada rentang 0 persen hingga 0,20 persen. Harga komoditas makanan seperti bawang merah, bawang putih, daging ayam ras, dan gula pasir diperkirakan terkendali seiring dengan pasokan yang mencukupi," katanya.

Menurut dia, sumber tekanan inflasi pada bulan Agustus berasal dari masih tingginya harga emas perhiasan dan risiko meningkatnya harga beras pascapanen raya.

Sementara untuk deflasi di Cilacap pada bulan Juli, kata dia, terutama didorong oleh penurunan harga komoditas pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan andil sebesar minus 0,41 persen.

"Penurunan harga komoditas tersebut utamanya bersumber pada penurunan harga bawang merah, daging ayam ras, bawang putih, dan gula pasir. Laju deflasi di Cilacap tertahan oleh kenaikan tarif sekolah dasar dan sekolah menengah pertama serta kenaikan harga emas perhiasan dan rokok," katanya.

Samsun mengatakan pengendalian inflasi pada bulan Juli di Cilacap tidak lepas dari upaya yang dilakukan oleh TPID setempat, antara lain operasi pasar gula pasir, penyaluran jaring pengaman ekonomi pada UMKM, distribusi cadangan pangan masyarakat, dan sebagainya.

Menurut dia, tingkat inflasi pada bulan Agustus di Cilacap diperkirakan rendah dan berada pada rentang 0 persen hingga 0,15 persen.

"Potensi inflasi pada bulan Agustus di Cilacap diperkirakan berasal dari kenaikan harga emas perhiasan serta kenaikan harga beras dan cabai seiring dengan belum masuknya masa panen raya," katanya.

Selain itu, kata dia, mulai normalnya pasokan telur ayam ras di pasaran diperkirakan turut mendorong laju inflasi.

Di sisi lain, lanjut dia, inflasi diperkirakan akan tertahan oleh penurunan harga dari kelompok makanan seperti daging ayam ras, bawang merah, bawang putih, dan gula pasir seiring dengan ketersediaan pasokan komoditas tersebut di masyarakat.

"Dari sisi eksternal, faktor yang berpotensi menyumbang inflasi di Purwokerto dan Cilacap, antara lain kenaikan harga komoditas impor sebagai dampak dari fluktuasi nilai tukar rupiah dan kondisi perdagangan dunia," katanya.

Menurut dia, potensi kenaikan harga emas dunia seiring dengan ketidakpastian ekonomi global dan makin meluasnya pandemi COVID-19 yang membatasi aktivitas produksi dan perdagangan juga berisiko terhadap pencapaian inflasi pada tahun 2020.

"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, dan pihak terkait lainnya sebagai upaya untuk menjamin ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan keterjangkauan harga khususnya untuk bahan kebutuhan pokok," kata Samsun. ***1***

Pewarta : Sumarwoto
Editor : Antarajateng
Copyright © ANTARA 2024